Protes Terabaikannya Proses Pembangunan PLN, Pemuda Romean Upacara 17 Agustus Pakai Tiang Listrik
pada tanggal
28 Agustus 2019
ROMEAN, LELEMUKU.COM - Pemuda di Desa Romean, Kecamatan Fordata, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku yang dipimpin oleh Falentino Sainuka melakukan upacara bendera menggunakan salah satu tiang listrik di halaman kompleks Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) milik Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kantor Pelayanan Romean, Weraria pada Sabtu (17/08/2019) lalu.
3 pemuda diantaranya Falentino Sainuka, Ari Dulanlebit dan Maku Ratumasa menyatakan protes itu dilakukan atas terabaikannya proses pembangunan fasilitas listrik di kecamatan yang berada terpencil di Utara Pulau Yamdena tersebut.
Sebab seluruh fasilitas yang harusnya selesai dibangun pada 2018 itu, termasuk kabel listrik yang tergelar diatas tanah dan tiang listrik yang miring di sepanjang Desa Romean dan Sofyanin malah dibiarkan begitu saja, terbengkalai tanpa ada perawatan dan kepastian kelanjutan pembangunan dari pihak-pihak terkait.
"Dengan ini kami atas nama Falentino Sainuka, Ari Dulanlebit dan Maku Ratumasa mewakili seluruh pemuda Fordata, menyampaikan kepada pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Tanimbar agar dapat dengan segera menyelesaikan proses pembangunan PLN yang sampai dengan sekarang masih mandek dan belum berfungsi sebagai alat penerangan bagi masyarakat Fordata," ujar Sainuka dalam pesan singkatnya pada Selasa (27/08/2019).
Dikatakan aksi protes dengan mengibarkan bendera di tiang listrik PLN ini merupakan keprihatinan yang selama ini dikeluhkan oleh masyarakat di kecamatan yang sebelumnnya bernama Yaru itu.
Sebab pasca terhentinya pembangunan fasilitas PLN pada akhir 2017 lalu oleh kontraktor. Masyarakat yang awalnya sudah membayangkan akan mendapatkan layanan listrik gratis, menjadi patah harapan dan mengeluhkan ketidak jelasan pembangunan.
Sainuka menyatakan, pihaknya sangat berharap seluruh pihak terkait terutama Bupati Tanimbar, Petrus Fatlolon dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kabupaten agar dapat memperhatikan aspirasi dan keluh kesah masyarakat Fordata yang hingga saat ini belum dapat menikmati aliran listik yang sama seperti kecamatan lainnya di Tanimbar.
"74 tahun kemerdekaan, namun hanya sebatas ucapan bibir dan expetasi. Karna sampai sekarang, kami masih hidup didalam kegelapan. Entah sampai kapan harapan kami anak Fordata bisa terwujud?" tulis dia dalam pesan protes mereka. (Albert Batlayeri)
3 pemuda diantaranya Falentino Sainuka, Ari Dulanlebit dan Maku Ratumasa menyatakan protes itu dilakukan atas terabaikannya proses pembangunan fasilitas listrik di kecamatan yang berada terpencil di Utara Pulau Yamdena tersebut.
Sebab seluruh fasilitas yang harusnya selesai dibangun pada 2018 itu, termasuk kabel listrik yang tergelar diatas tanah dan tiang listrik yang miring di sepanjang Desa Romean dan Sofyanin malah dibiarkan begitu saja, terbengkalai tanpa ada perawatan dan kepastian kelanjutan pembangunan dari pihak-pihak terkait.
"Dengan ini kami atas nama Falentino Sainuka, Ari Dulanlebit dan Maku Ratumasa mewakili seluruh pemuda Fordata, menyampaikan kepada pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Tanimbar agar dapat dengan segera menyelesaikan proses pembangunan PLN yang sampai dengan sekarang masih mandek dan belum berfungsi sebagai alat penerangan bagi masyarakat Fordata," ujar Sainuka dalam pesan singkatnya pada Selasa (27/08/2019).
Dikatakan aksi protes dengan mengibarkan bendera di tiang listrik PLN ini merupakan keprihatinan yang selama ini dikeluhkan oleh masyarakat di kecamatan yang sebelumnnya bernama Yaru itu.
Sebab pasca terhentinya pembangunan fasilitas PLN pada akhir 2017 lalu oleh kontraktor. Masyarakat yang awalnya sudah membayangkan akan mendapatkan layanan listrik gratis, menjadi patah harapan dan mengeluhkan ketidak jelasan pembangunan.
Sainuka menyatakan, pihaknya sangat berharap seluruh pihak terkait terutama Bupati Tanimbar, Petrus Fatlolon dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kabupaten agar dapat memperhatikan aspirasi dan keluh kesah masyarakat Fordata yang hingga saat ini belum dapat menikmati aliran listik yang sama seperti kecamatan lainnya di Tanimbar.
"74 tahun kemerdekaan, namun hanya sebatas ucapan bibir dan expetasi. Karna sampai sekarang, kami masih hidup didalam kegelapan. Entah sampai kapan harapan kami anak Fordata bisa terwujud?" tulis dia dalam pesan protes mereka. (Albert Batlayeri)