613 Kali Gempa Bumi Guncang Pulau Ambon dan Seram
pada tanggal
01 Oktober 2019
AMBON, LELEMUKU.COM - Sejak gempa bumi pertama berkekuatan 6,8 magnitudo mengguncang Kota Ambon, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) dan Kabupaten Maluku Tengah (Malteng) pada Kamis (26/9) pagi, rententan aktivitas gempa susulan terus mengguncang kepulauan Maluku.
Menurut informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geosifika (BMKG), hingga Minggu (29/9) pagi dilaporkan sekitar 613 gempa susulan, dan sebanyak 72 gempa susulan dirasakan di Kdi Kairatu, Ambon V MMI, Masohi III MMI, dan Banda II MMI.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Ambon, Andi Azhar Rusdin, S.Si, M.Sc menyatakan jumlah ini masih terus bertambah namun, guncangannya diperkirakan akan terus melemah dengan magnitudo dari 4 SR hingga 2 SR.
"Secara statistik frekuensi kejadian gempa cenderung semakin mengecil," jelas dia.
Sehubungan dengan kondisi pascagempa, BMKG meminta masyarakat agar tidak terpancing isu atau berita bohong yang beredar dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Selain itu, masyarakat juga dihimbau untuk memastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarluaskan melalui kanal informasi yang resmi.
"BMKG telah menyatakan bahwa isu akan terjadi gempa besar dan tsunami di Ambon, Teluk Piru, dan Saparua adalah tidak benar atau berita bohong (hoax), karena hingga saat ini belum ada teknologi yang dapat memprediksi gempabumi dengan tepat, dan akurat kapan, dimana dan berapa kekuatannya," ungkap dia.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menyatakan ada pertanda sebelum gempa kuat Kairatu di Pulau Maluku dan sekitarnya berupa serentetan gempa kecil sebulan lalu.
“Sejak 28 Agustus 2019 terjadi sebanyak 30 kali gempa,” kata dia pada Jumat (27/9).
Penanda itu yang disebut gempa pendahuluan (foreshocks). Kekuatan rentetan gempa itu bermagnitudo 1,5 hingga 3,5. Setelah gempa utama terjadi gempa susulan. Hingga Jumat 27 September 2019 pagi pukul 06.00 BMKG mencatat 239 kali gempa susulan.
Gempa utama bermagnitudo 6,8 yang dimutakhirkan datanya menjadi 6,5 mengguncang Ambon dan sekitarnya pada pukul 08.46 WIT dengan lokasi pusat gempa berada pada koordinat 3.38 LS dan 128.43 BT, tepatnya sekitar 40 kilometer arah timur laut Ambon. Pusat gempa berada pada kedalaman 10 kilometer. Koordinat sumber gempa ada pada titik 3.63 LS dan 128.36 BT tepatnya sekitar 18 kilometer arah timur laut Ambon.
BMKG menduga kuat pembangkit gempa itu adalah struktur sesar yang melintas di wilayah Kecamatan Kairatu Selatan. Dalam peta tektonik Pulau Seram tampak struktur sesar ini berarah barat daya-timur laut. Sesar ini memiliki pergerakan mendatar-mengiri.
“Struktur sesar itu belum memiliki nama, sehingga kami namai Sesar Kairatu,” kata Daryono.
Gempa itu juga mengakibatkan 534 rumah rusak, kemudian 12 unit rumah ibadah, 8 kantor pemerintahan, 6 sarana pendidikan, 1 fasilitas kesehatan, 1 pasar, dan 1 jembatan yang juga dinyatakan rusak.
Selain merusak bangunan, gempa itu menimbulkan korban. Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat hingga Minggu (29/9) jumlah korban jiwa dari gempa kuat itu mencapai 30 orang.
“Berdasarkan laporan BPBD Provinsi Maluku tanggal 29 September 2019 Pukul 07.00 WIT, jumlah korban meninggal dunia sebanyak 30 orang dan luka-luka 156 orang,” ujar Plt. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Agus Wibowo.
Rinciannya sebagai berikut, di Kota Ambon korban meninggal dunia sebanyak 10 orang. dan 31 orang luka-luka. Di SBB, 6 orang meninggal dan 17 luka-luka. serta data dari Malteng, 14 orang meninggal dunia dan 2018 luka-luka.
Sementara total pengungsi dari tiga wilayah tersebut mencapai 244.780 jiwa. Mereka rata-rata mengevakuasi diri ke tempat tinggi dan kaki-kaki gunung.
Jumlah itu, kata Agus, bisa bertambah sebab pendataan masih terus dilakukan. Lokasi yang jauh dan sulit serta akses transportasi yang terbatas, cukup menyulitkan tim turun mendapat data detil di lapangan.
“Pendataan akan terus dilakukan oleh BPBD Provinsi Maluku, BPBD Kota Ambon, BPBD Kabupaten Seram Bagian Barat dan BPBD Kabupaten Maluku Tengah. BNPB mengirimkan Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk membantu dan mendampingi BPBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Maluku,” tuturnya.
Sehubungan dengan alat deteksi dini tsunami pihaknya sudah memiliki fasilitas pemantau yang sangat layak di Maluku.
"BNPB tidak memiliki rencana untuk membangun alat deteksi tsunami. Di pihak lain, Badan Informasi Geospasial (BIG) telah berencana membangun 7 stasiun pasang surut di wilayah Maluku. Ini merupakan salah satu komponen Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) yang berfungsi untuk mengukur tinggi gelombang pasang surut," jelas dia.
Sementara itu Walikota Ambon, Richard Louhenapessy menetapkan status tanggap darurat yang berlaku pada 26 September hingga 9 Oktober 2019.
Pengungsi di tiga kabupaten dan kota saat ini amat membutuhkan sejumlah bantuan. yakni tenda, hygine kit, family kit, baby kit, selimut, tikar, air besih, makanan bayi serta popok bagi bagi dan lansia. (L01)
Menurut informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geosifika (BMKG), hingga Minggu (29/9) pagi dilaporkan sekitar 613 gempa susulan, dan sebanyak 72 gempa susulan dirasakan di Kdi Kairatu, Ambon V MMI, Masohi III MMI, dan Banda II MMI.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Ambon, Andi Azhar Rusdin, S.Si, M.Sc menyatakan jumlah ini masih terus bertambah namun, guncangannya diperkirakan akan terus melemah dengan magnitudo dari 4 SR hingga 2 SR.
"Secara statistik frekuensi kejadian gempa cenderung semakin mengecil," jelas dia.
Sehubungan dengan kondisi pascagempa, BMKG meminta masyarakat agar tidak terpancing isu atau berita bohong yang beredar dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Selain itu, masyarakat juga dihimbau untuk memastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarluaskan melalui kanal informasi yang resmi.
"BMKG telah menyatakan bahwa isu akan terjadi gempa besar dan tsunami di Ambon, Teluk Piru, dan Saparua adalah tidak benar atau berita bohong (hoax), karena hingga saat ini belum ada teknologi yang dapat memprediksi gempabumi dengan tepat, dan akurat kapan, dimana dan berapa kekuatannya," ungkap dia.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menyatakan ada pertanda sebelum gempa kuat Kairatu di Pulau Maluku dan sekitarnya berupa serentetan gempa kecil sebulan lalu.
“Sejak 28 Agustus 2019 terjadi sebanyak 30 kali gempa,” kata dia pada Jumat (27/9).
Penanda itu yang disebut gempa pendahuluan (foreshocks). Kekuatan rentetan gempa itu bermagnitudo 1,5 hingga 3,5. Setelah gempa utama terjadi gempa susulan. Hingga Jumat 27 September 2019 pagi pukul 06.00 BMKG mencatat 239 kali gempa susulan.
Gempa utama bermagnitudo 6,8 yang dimutakhirkan datanya menjadi 6,5 mengguncang Ambon dan sekitarnya pada pukul 08.46 WIT dengan lokasi pusat gempa berada pada koordinat 3.38 LS dan 128.43 BT, tepatnya sekitar 40 kilometer arah timur laut Ambon. Pusat gempa berada pada kedalaman 10 kilometer. Koordinat sumber gempa ada pada titik 3.63 LS dan 128.36 BT tepatnya sekitar 18 kilometer arah timur laut Ambon.
BMKG menduga kuat pembangkit gempa itu adalah struktur sesar yang melintas di wilayah Kecamatan Kairatu Selatan. Dalam peta tektonik Pulau Seram tampak struktur sesar ini berarah barat daya-timur laut. Sesar ini memiliki pergerakan mendatar-mengiri.
“Struktur sesar itu belum memiliki nama, sehingga kami namai Sesar Kairatu,” kata Daryono.
Gempa itu juga mengakibatkan 534 rumah rusak, kemudian 12 unit rumah ibadah, 8 kantor pemerintahan, 6 sarana pendidikan, 1 fasilitas kesehatan, 1 pasar, dan 1 jembatan yang juga dinyatakan rusak.
Selain merusak bangunan, gempa itu menimbulkan korban. Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat hingga Minggu (29/9) jumlah korban jiwa dari gempa kuat itu mencapai 30 orang.
“Berdasarkan laporan BPBD Provinsi Maluku tanggal 29 September 2019 Pukul 07.00 WIT, jumlah korban meninggal dunia sebanyak 30 orang dan luka-luka 156 orang,” ujar Plt. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Agus Wibowo.
Rinciannya sebagai berikut, di Kota Ambon korban meninggal dunia sebanyak 10 orang. dan 31 orang luka-luka. Di SBB, 6 orang meninggal dan 17 luka-luka. serta data dari Malteng, 14 orang meninggal dunia dan 2018 luka-luka.
Sementara total pengungsi dari tiga wilayah tersebut mencapai 244.780 jiwa. Mereka rata-rata mengevakuasi diri ke tempat tinggi dan kaki-kaki gunung.
Jumlah itu, kata Agus, bisa bertambah sebab pendataan masih terus dilakukan. Lokasi yang jauh dan sulit serta akses transportasi yang terbatas, cukup menyulitkan tim turun mendapat data detil di lapangan.
“Pendataan akan terus dilakukan oleh BPBD Provinsi Maluku, BPBD Kota Ambon, BPBD Kabupaten Seram Bagian Barat dan BPBD Kabupaten Maluku Tengah. BNPB mengirimkan Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk membantu dan mendampingi BPBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Maluku,” tuturnya.
Sehubungan dengan alat deteksi dini tsunami pihaknya sudah memiliki fasilitas pemantau yang sangat layak di Maluku.
"BNPB tidak memiliki rencana untuk membangun alat deteksi tsunami. Di pihak lain, Badan Informasi Geospasial (BIG) telah berencana membangun 7 stasiun pasang surut di wilayah Maluku. Ini merupakan salah satu komponen Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) yang berfungsi untuk mengukur tinggi gelombang pasang surut," jelas dia.
Sementara itu Walikota Ambon, Richard Louhenapessy menetapkan status tanggap darurat yang berlaku pada 26 September hingga 9 Oktober 2019.
Pengungsi di tiga kabupaten dan kota saat ini amat membutuhkan sejumlah bantuan. yakni tenda, hygine kit, family kit, baby kit, selimut, tikar, air besih, makanan bayi serta popok bagi bagi dan lansia. (L01)