Kesadaran Masyarakat SBD Taati Protokol Kesehatan Covid-19 Masih Rendah
pada tanggal
16 Mei 2020
TAMBOLAKA, LELEMUKU.COM - Kesadaran masyarakat Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengikuti anjuran Pemerintah dan Protokol Kesehatan mencegah penyebaran wabah Covid-19 masih rendah.
Selain itu terkesan menganggap sepeleh upaya-upaya yang sudah dilakukan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
Berdasarkan pantauan, masyarakat belum menyadari pentingnya social distancing dan physical distancing serta selalu menggunakan masker apabila bepergian. Padahal tim gugus tugas penanganan Covid-19 SBD tak henti-hentinya melakukan sosialisasi dan penyuluhan bahkan sudah keliling SBD untuk melakukan penyemprotan desinfektan.
Seperti yang terlihat pada Senin (11/5/2020) di Pelabuhan kapal feri yang baru, masyarakat dengan santai melakukan kegiatan rekreasi di pinggir pantai tanpa menggunakan masker serta menjaga jarak.
Tim gugus satgas Covid-19 Kabupaten SBD yang turun untuk memberi himbauan dan edukasi pencegahan penyebaran Covid-19 cukup kaget karena masyarakat belum mengetahui adanya larangan untuk berkumpul dalam jumlah banyak.
Ironisnya diantara kelompok masyarakat itu ada juga ASN yang belum mengetahui pentingnya menjaga jarak dan larangan Pemda SBD untuk berkumpul dalam jumlah yang banyak. Masyarakat menganggap wabah Covid-19 sudah tidak ada lagi.
Jika ditanya tentang masker jawaban yang diperoleh adalah susah mendapatkannya atau harganya yang mahal. Bahkan ada sebagian masyarakat yang belum memahami apa itu virus corona. Padahal tim Covid-19 SBD dari kabupaten, kecamatan hingga ke desa-desa sudah masuk keluar kampung/dusun untuk memberikan edukasi dan sosialisasi tentang wabah virus corona.
“Saya kaget ada PNS yang mengaku belum mengetahui adanya larangan untuk berkumpul dalam jumlah yang banyak” ujar dr. Selan anggota tim Satgas SBD.
Dirinya merasa bahwa upaya-upaya yang sudah dilakukan oleh gugus tugas penanggulangan Covid-19 SBD selama ini menjadi sia-sia saja.“Mungkin kalau sudah ada yang positif covid-19 baru masyarakat takut dan mau mematuhi anjuran Pemerintah dan Protokol Kesehatannya” tuturnya.
Menurutnya, pemberitaan oleh media online juga kadang mendapat kecaman dari beberapa masyarakat yang merasa terganggu dengan update data Covid-19 di SBD. Tidak segan-segan terjadi perdebatan di media sosial tentang keterbukaan Pemerintah dalam hal ini tim penanggulangan Covid-19."Berita-berita yang harusnya memberikan edukasi dan arahan-arahan Pemerintah untuk menjaga jarak dianggap berita hoax."kata Selan.
dr. Selan merasa gemas dengan kesadaran masyarakat yang masih rendah tersebut.“Buat gemas saja nih orang-orang, ok besok kita operasi masker, kita harus buat mereka jera dengan cara sedikit kekerasan, contoh dengan gaya-gaya India.”tuturnya kesal. (infoPublik)
Selain itu terkesan menganggap sepeleh upaya-upaya yang sudah dilakukan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
Berdasarkan pantauan, masyarakat belum menyadari pentingnya social distancing dan physical distancing serta selalu menggunakan masker apabila bepergian. Padahal tim gugus tugas penanganan Covid-19 SBD tak henti-hentinya melakukan sosialisasi dan penyuluhan bahkan sudah keliling SBD untuk melakukan penyemprotan desinfektan.
Seperti yang terlihat pada Senin (11/5/2020) di Pelabuhan kapal feri yang baru, masyarakat dengan santai melakukan kegiatan rekreasi di pinggir pantai tanpa menggunakan masker serta menjaga jarak.
Tim gugus satgas Covid-19 Kabupaten SBD yang turun untuk memberi himbauan dan edukasi pencegahan penyebaran Covid-19 cukup kaget karena masyarakat belum mengetahui adanya larangan untuk berkumpul dalam jumlah banyak.
Ironisnya diantara kelompok masyarakat itu ada juga ASN yang belum mengetahui pentingnya menjaga jarak dan larangan Pemda SBD untuk berkumpul dalam jumlah yang banyak. Masyarakat menganggap wabah Covid-19 sudah tidak ada lagi.
Jika ditanya tentang masker jawaban yang diperoleh adalah susah mendapatkannya atau harganya yang mahal. Bahkan ada sebagian masyarakat yang belum memahami apa itu virus corona. Padahal tim Covid-19 SBD dari kabupaten, kecamatan hingga ke desa-desa sudah masuk keluar kampung/dusun untuk memberikan edukasi dan sosialisasi tentang wabah virus corona.
“Saya kaget ada PNS yang mengaku belum mengetahui adanya larangan untuk berkumpul dalam jumlah yang banyak” ujar dr. Selan anggota tim Satgas SBD.
Dirinya merasa bahwa upaya-upaya yang sudah dilakukan oleh gugus tugas penanggulangan Covid-19 SBD selama ini menjadi sia-sia saja.“Mungkin kalau sudah ada yang positif covid-19 baru masyarakat takut dan mau mematuhi anjuran Pemerintah dan Protokol Kesehatannya” tuturnya.
Menurutnya, pemberitaan oleh media online juga kadang mendapat kecaman dari beberapa masyarakat yang merasa terganggu dengan update data Covid-19 di SBD. Tidak segan-segan terjadi perdebatan di media sosial tentang keterbukaan Pemerintah dalam hal ini tim penanggulangan Covid-19."Berita-berita yang harusnya memberikan edukasi dan arahan-arahan Pemerintah untuk menjaga jarak dianggap berita hoax."kata Selan.
dr. Selan merasa gemas dengan kesadaran masyarakat yang masih rendah tersebut.“Buat gemas saja nih orang-orang, ok besok kita operasi masker, kita harus buat mereka jera dengan cara sedikit kekerasan, contoh dengan gaya-gaya India.”tuturnya kesal. (infoPublik)