Mahasiswa Papua Bersatu Saling Bantu Lewat Dapur Papua 'Pandemi Pasti Usai'
pada tanggal
18 Mei 2020
Untuk kesekian kalinya rakyat Indonesia harus dihadapkan dengan penderitaan yang semakin dalam, di tengah tindasan dan hisapan yang tak kunjung henti dihadirkan oleh imperialisme AS bersama dengan Borjuasi besar komprador dan Tuan tanah besar, kini rakyat Indonesia dihadapkan dengan penyebaran Virus Corona (COVID-19).
COVID-19 sudah tersebar ke seluruh provinsi di Indonesia, pada tanggal 12 Mei korban dinyatakan positif terjangkit sebanyak 14.749 orang, korban yang meninggal 1007 orang, dan yang dinyatakan sembuh 306 orang. Sedangkan di Papua, korban positif sebanyak 322, korban yang meninggal 6 orang, dan dinyatakan sembuh 48 orang.
Di Papua barat korban positif 70 orang, korban yang meninggal 1 orang, yang dinyatakan sembuh 2 orang (sumber : cnbncindonesia) data tersebut tentu akan terus meningkat jika melihat upaya dari pemerintah dalam mengatasi penyebaran virus ini yang sangat sembarangan.
Setelah menunjukan arogansi dan kecerobohannya, kini pemerintah menunjukan kepanikan nya dalam mengatasi krisis kesehatan dan mencegah meluasnya penyebaran COVID-19. Berbagai kebijakan telah dikeluarkan, seluruh instrument negara dioptimalkan hingga himbauan kepada masyarakat digencarkan.
Kebijakan sesat pemerintah dengan menutup akses informasi terkait penyebaran COVID-19 dengan dalih supaya masyarakat tidak panik, justru semakin memperburuk keadaan. Rakyat dipaksa untuk menerka-nerka sendiri penyebaran COVID-19, yang justru membahayakan keselamatan rakyat dan mengancam penyebaran virus semakin meluas.
Ditengah situasi keselamatan dan kesehatan rakyat yang sedang terancam akibat dari penyebaran wabah COVID-19 yang semakin cepat di negeri ini pemerintah justru mengilusi rakyat dengan menerbitkan perppu Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona. Ucapan presiden yang menyatakan penambahan anggaran untuk penanganan penyebaran virus ini sebesar Rp 405,1 Triliun yang di implemntasikan dalam perppu tersebut. dengan rincian Rp 70,1 Trilian untuk membantu di sektor industri, Rp 75 Triliun untuk dukungan bagi sektor kesehatan, Rp 110 Triliun untuk pengaman sosial, Rp 150 Triliun bagi stimulus ekonomi untuk menghadapi dampak penyebaran COVID-19.
Namun menjadi sangat menyakitkan bagi rakyat jika melihat anggaran yang sangat besar yakni Rp 150 Triliun rupiah untuk stimulus ekonomi justru dialokasikan oleh presiden untuk menyelamatkan ekonomi yang sejatinya adalah menyelamatkan ekonomi dari borjuasi yang sedang terancam hancur akibat pukulan dari krisis. Hal ini tentu menyakitkan bagi rakyat, karena anggaran negara untuk menanggulangi virus corona (Covid-19) yang cukup besar itu justru tidak dapat dipakai untuk menyelamatkan rakyat dalam menghadapi ancaman wabah COVID-19.
Rakyat Yogyakarta yang sebagiannya adalah mahasiswa juga mengalami dampak dari adanya pandemi COVID-19, mahasiswa yang merantau tidak bisa pulang kerumah karena akses transportasi di tutup akibat pelarangan mudik, di Papua yang daerahnya pertama kali menyatakan lockdown telah mengakibatkan mahasiswa Papua tidak bisa mudik. Keberadaan mahasiswa papua yang tercatat oleh kami dan masih berada di Yogyakarta sampai dengan hari ini yaitu sebanyak 950 orang.
Ditengah situasi krisis dan minimnya bantuan logistik dari pemerintah daerah, mahasiswa harus bisa bertahan hidup di Yogyakarta. Adanya kuliah online membuat pengeluaran mahasiswa semakin bertambah untuk membeli kuota, hal ini tentu semakin menambah beban pengeluaran bagi para mahasiswa. Kondisi rakyat yang secara ekonomi mengalami penurunan selama pandemi ini serta adanya pembatasan aktifitas masyarakat seperti yang terjadi dibeberapa daerah di papua juga berdampak pada ekonomi para mahasiswa asal papua yang berada di Yogyakarta.
Mahasiswa asal papua yang berada di Yogyakarta tentu mengalami keterlambatan uang kiriman baik itu akibat penurunan ekonomi orangtuanya ataupun sebab terbatasnya aktifitas masyarakat di papua. bagi mahasiswa yang masih mendapatkan kiriman yang lancar pun sulit untuk bisa memenuhi kebutuhan pokoknya akibat dari banyaknya wilayah asrama, kos maupun kontrakan mereka berada melakukan isolasi mandiri atau mereka mengalami ketakutan untuk dapat keluar dari tempat tinggal mereka karena ancaman atas penularan COVID-19 ini, terlebih tidak adanya jaminan dari pemerintah atas keamanan dan keselamatan kesehatan rakyat ditengah situasi pandemi ini.
Situasi demikian membuat rakyat tidak bisa terus menggantungkan hidupnya dari solusi yang diberikan pemerintah. hanya dengan sesama rakyatlah, rakyat dapat bergantung. hal tersebut juga menjadi latar belakang dibentuknya Dapur Papua (Pandemi Pasti Usai) yang dibentuk oleh Aliansi Mahasiswa Papua di Yogyakarta dan Seruni Yogyakarta, di dukung juga oleh solidaritas pangan jogja.
Dapur Papua ini adalah bentuk perlawanan dari ketidakseriusan pemerintah dalam menangani COVID-19 dan menjamin hak rakyatnya terpenuhi di masa pandemi ini. Adanya dapur papua bertujuan untuk membantu mencukupi kebutuhan pangan mahasiswa Papua yang berada di Yogyakarta. Dapur Papua juga membutuhkan donasi berupa bahan makanan, sembako dan uang tunai agar dapur ini bisa terus berjalan.
Donasi bisa disalurkan melalui Nomor Rekening 3340-01-004500-500 atas nama YESSICA HADYTIA serta kontak person yang bisa dihubungi melalui Ana dengan nomor telepon 0852-9391-6838 dan Vero dengan nomor 0812-8184-2765. Kemudian informasi lainnya ada di Instagram @dapur_papua dan Facebook Dapur Papua.
Oleh : dr. Penina Selfiana Veronika Sawen, salah satu pendiri Dapur Papua, Dokter Muda lulusan Filipina asal Sowek, Kecamatan Kepulauan Aruri, Kabupaten Supiori,
COVID-19 sudah tersebar ke seluruh provinsi di Indonesia, pada tanggal 12 Mei korban dinyatakan positif terjangkit sebanyak 14.749 orang, korban yang meninggal 1007 orang, dan yang dinyatakan sembuh 306 orang. Sedangkan di Papua, korban positif sebanyak 322, korban yang meninggal 6 orang, dan dinyatakan sembuh 48 orang.
Di Papua barat korban positif 70 orang, korban yang meninggal 1 orang, yang dinyatakan sembuh 2 orang (sumber : cnbncindonesia) data tersebut tentu akan terus meningkat jika melihat upaya dari pemerintah dalam mengatasi penyebaran virus ini yang sangat sembarangan.
Setelah menunjukan arogansi dan kecerobohannya, kini pemerintah menunjukan kepanikan nya dalam mengatasi krisis kesehatan dan mencegah meluasnya penyebaran COVID-19. Berbagai kebijakan telah dikeluarkan, seluruh instrument negara dioptimalkan hingga himbauan kepada masyarakat digencarkan.
Kebijakan sesat pemerintah dengan menutup akses informasi terkait penyebaran COVID-19 dengan dalih supaya masyarakat tidak panik, justru semakin memperburuk keadaan. Rakyat dipaksa untuk menerka-nerka sendiri penyebaran COVID-19, yang justru membahayakan keselamatan rakyat dan mengancam penyebaran virus semakin meluas.
Ditengah situasi keselamatan dan kesehatan rakyat yang sedang terancam akibat dari penyebaran wabah COVID-19 yang semakin cepat di negeri ini pemerintah justru mengilusi rakyat dengan menerbitkan perppu Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona. Ucapan presiden yang menyatakan penambahan anggaran untuk penanganan penyebaran virus ini sebesar Rp 405,1 Triliun yang di implemntasikan dalam perppu tersebut. dengan rincian Rp 70,1 Trilian untuk membantu di sektor industri, Rp 75 Triliun untuk dukungan bagi sektor kesehatan, Rp 110 Triliun untuk pengaman sosial, Rp 150 Triliun bagi stimulus ekonomi untuk menghadapi dampak penyebaran COVID-19.
Namun menjadi sangat menyakitkan bagi rakyat jika melihat anggaran yang sangat besar yakni Rp 150 Triliun rupiah untuk stimulus ekonomi justru dialokasikan oleh presiden untuk menyelamatkan ekonomi yang sejatinya adalah menyelamatkan ekonomi dari borjuasi yang sedang terancam hancur akibat pukulan dari krisis. Hal ini tentu menyakitkan bagi rakyat, karena anggaran negara untuk menanggulangi virus corona (Covid-19) yang cukup besar itu justru tidak dapat dipakai untuk menyelamatkan rakyat dalam menghadapi ancaman wabah COVID-19.
Rakyat Yogyakarta yang sebagiannya adalah mahasiswa juga mengalami dampak dari adanya pandemi COVID-19, mahasiswa yang merantau tidak bisa pulang kerumah karena akses transportasi di tutup akibat pelarangan mudik, di Papua yang daerahnya pertama kali menyatakan lockdown telah mengakibatkan mahasiswa Papua tidak bisa mudik. Keberadaan mahasiswa papua yang tercatat oleh kami dan masih berada di Yogyakarta sampai dengan hari ini yaitu sebanyak 950 orang.
Ditengah situasi krisis dan minimnya bantuan logistik dari pemerintah daerah, mahasiswa harus bisa bertahan hidup di Yogyakarta. Adanya kuliah online membuat pengeluaran mahasiswa semakin bertambah untuk membeli kuota, hal ini tentu semakin menambah beban pengeluaran bagi para mahasiswa. Kondisi rakyat yang secara ekonomi mengalami penurunan selama pandemi ini serta adanya pembatasan aktifitas masyarakat seperti yang terjadi dibeberapa daerah di papua juga berdampak pada ekonomi para mahasiswa asal papua yang berada di Yogyakarta.
Mahasiswa asal papua yang berada di Yogyakarta tentu mengalami keterlambatan uang kiriman baik itu akibat penurunan ekonomi orangtuanya ataupun sebab terbatasnya aktifitas masyarakat di papua. bagi mahasiswa yang masih mendapatkan kiriman yang lancar pun sulit untuk bisa memenuhi kebutuhan pokoknya akibat dari banyaknya wilayah asrama, kos maupun kontrakan mereka berada melakukan isolasi mandiri atau mereka mengalami ketakutan untuk dapat keluar dari tempat tinggal mereka karena ancaman atas penularan COVID-19 ini, terlebih tidak adanya jaminan dari pemerintah atas keamanan dan keselamatan kesehatan rakyat ditengah situasi pandemi ini.
Situasi demikian membuat rakyat tidak bisa terus menggantungkan hidupnya dari solusi yang diberikan pemerintah. hanya dengan sesama rakyatlah, rakyat dapat bergantung. hal tersebut juga menjadi latar belakang dibentuknya Dapur Papua (Pandemi Pasti Usai) yang dibentuk oleh Aliansi Mahasiswa Papua di Yogyakarta dan Seruni Yogyakarta, di dukung juga oleh solidaritas pangan jogja.
Dapur Papua ini adalah bentuk perlawanan dari ketidakseriusan pemerintah dalam menangani COVID-19 dan menjamin hak rakyatnya terpenuhi di masa pandemi ini. Adanya dapur papua bertujuan untuk membantu mencukupi kebutuhan pangan mahasiswa Papua yang berada di Yogyakarta. Dapur Papua juga membutuhkan donasi berupa bahan makanan, sembako dan uang tunai agar dapur ini bisa terus berjalan.
Donasi bisa disalurkan melalui Nomor Rekening 3340-01-004500-500 atas nama YESSICA HADYTIA serta kontak person yang bisa dihubungi melalui Ana dengan nomor telepon 0852-9391-6838 dan Vero dengan nomor 0812-8184-2765. Kemudian informasi lainnya ada di Instagram @dapur_papua dan Facebook Dapur Papua.
Oleh : dr. Penina Selfiana Veronika Sawen, salah satu pendiri Dapur Papua, Dokter Muda lulusan Filipina asal Sowek, Kecamatan Kepulauan Aruri, Kabupaten Supiori,