Penutupan terkait COVID-19 Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca 17 Persen
pada tanggal
21 Mei 2020
WASHINGTON, LELEMUKU.COM - Sebuah studi ilmiah yang diterbitkan hari Selasa (19/5/2020) menunjukkan berbagai pembatasan terkait COVID-19 yang diberlakukan oleh pemerintahan di seluruh dunia sejak Maret 2020 mendorong penurunan emisi gas rumah kaca secara global setiap hari sebanyak 17 persen pada awal April.
Akan tetapi para penulis studi itu, yang diterbitkan hari Selasa dalam jurnal ilmiah Nature Climate Change, mengatakan hal itu kemungkinan hanya akan bersifat sementara menjelang pembukaan ekonomi kembali.
Studi itu menjelaskan pada tahun-tahun menjelang pandemi virus corona, emisi karbon dioksida (CO2) meningkat sekitar satu persen per tahun dibandingkan dekade sebelumnya. Namun pengurangan mobilitas penduduk menyebabkan perubahan drastis dalam penggunaan energi, demikian juga emisi CO2.
Para peneliti menjelaskan, langkah-langkah pembatasan mendorong turunnya permintaan atas listrik dan kegiatansejumlah industri dan layanan jasa angkutan - yang bertanggung jawab atas 86 persen emisi CO2.
Meskipun ekonomi dunia kembali normal, studi tersebut memperkirakan total emisi tahun 2020 kemungkinan akan mengalami penurunan antara 4 hingga 7 persen dibanding tahun sebelumnya. Tingkat emisi akhir tahun 2020 tergantung pada berapa cepat, dan kesadaran penduduk di seluruh dunia untuk kembali melanjutkan kegiatan seperti biasanya.
Para peneliti menyatakan beberapa kebijakan pemerintah atas energi dan emisi setelah pandemi COVID-19 dapat mempengaruhi arah tingkat emisi CO2 global selama beberapa dekade ke depan. Harian Washington
Post melaporkan sejumlah pemimpin di Jerman dan Inggris mengamati perubahan positif tersebut dan berjanji untuk menerapkan kebijakan yang akan terus menurunkan emisi gas rumah kaca pasca-pandemi. (VOA)
Akan tetapi para penulis studi itu, yang diterbitkan hari Selasa dalam jurnal ilmiah Nature Climate Change, mengatakan hal itu kemungkinan hanya akan bersifat sementara menjelang pembukaan ekonomi kembali.
Studi itu menjelaskan pada tahun-tahun menjelang pandemi virus corona, emisi karbon dioksida (CO2) meningkat sekitar satu persen per tahun dibandingkan dekade sebelumnya. Namun pengurangan mobilitas penduduk menyebabkan perubahan drastis dalam penggunaan energi, demikian juga emisi CO2.
Para peneliti menjelaskan, langkah-langkah pembatasan mendorong turunnya permintaan atas listrik dan kegiatansejumlah industri dan layanan jasa angkutan - yang bertanggung jawab atas 86 persen emisi CO2.
Meskipun ekonomi dunia kembali normal, studi tersebut memperkirakan total emisi tahun 2020 kemungkinan akan mengalami penurunan antara 4 hingga 7 persen dibanding tahun sebelumnya. Tingkat emisi akhir tahun 2020 tergantung pada berapa cepat, dan kesadaran penduduk di seluruh dunia untuk kembali melanjutkan kegiatan seperti biasanya.
Para peneliti menyatakan beberapa kebijakan pemerintah atas energi dan emisi setelah pandemi COVID-19 dapat mempengaruhi arah tingkat emisi CO2 global selama beberapa dekade ke depan. Harian Washington
Post melaporkan sejumlah pemimpin di Jerman dan Inggris mengamati perubahan positif tersebut dan berjanji untuk menerapkan kebijakan yang akan terus menurunkan emisi gas rumah kaca pasca-pandemi. (VOA)