Tidak Panen Tepat Waktu, Petani di Merauke Keluhkan Kurangnya Mesin Perontok Padi
pada tanggal
14 Mei 2020
MERAUKE, LELEMUKU.COM - Petani di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua saat ini mengeluhkan kurangnya Combine Harvester yakni mesin perontok padi, sehingga membuat sebagian padi petani rusak karena tidak dipanen tepat waktu.
Keluhan dari para petani ini disampaikan langsung oleh Kepala Distrik Tanah Miring Risky Khairul Firmansyah, di hadapan Bupati Merauke Frederikus Gebze, dan Ketua DPRD Merauke Benjamin Latumahina saat panen dan tanam di Kampung Yabamaru, SP 9 Tanah Miring, Selasa (12/5/2020).
Kadistrik menjelaskan, untuk musim tanam rendengan tahun 2020 target seluas 9.365 hektare dan terealisasi sampai April 8.653 hektare, sedangkan yang sudah dipanen, 2.805 hektare.
‘’Kenapa panennya ini baru 2.000 hektare. Bisa dilihat yang ada di hadapan kita sekarang. Padinya sudah sangat tua dan baru dipanen sekarang. Coba ke belakang-belakang sana. Combine angkat tangan, karena padi sudah rebah terendam air, karena combinenya kurang,’’ ujar dia.
Menurut dia, HP miliknya bunyi setiap hari dihubungi petani hanya bertanya bagaimana caranya agar padi bisa dipanen. ‘’Tetangga sawah bisa berkelahi gara-gara urutannya disalib. Gara-gara solar. Tolong pak. Percuma kita panen ribuan kalau combinenya tidak ada,’’ kata dia.
Dia menjelaskan bahwa, untuk panen secara manual tidak bisa dilakukan petani karena tenaga yang kurang. Belum lagi biaya dari Combine tersebut yang selama ini hanya Rp1,8 juta per hektare, dan sekarang naik menjadi Rp2 juta. ‘’Sekali lagi mewakili petani, tolong agar Combinennya ditambah. Petani bukan malas memanen secara manual tapi persoalannya tenaga yang tidak ada. Kalau Combine tidak ada, banyak padi yang rusak,’’ terang dia.
Sunarto, salah satu ketua kelompok dari SP 8 Tanah Miring mengungkapkan bahwa untuk satu musim panen jika mesin Combinenya sehat maka bisa melayani 100 hektare.
Ia mencontohkan, di SP 8 Tanah Miring yang
pada musim tanam rendengan tahun ini seluas 12.000 hektare yang hanya dilayani 9 mesin. ‘’Tentu itu sangat kurang karena beberapa mesin Combine merupakan mesin tua,’’ tambah dia.
Terkait dengan keluhan kekurangan mesin Combine tersebut, Bupati Merauke Frederikus Gebze, mengajak Dewan segera membentuk Pansus dewan untuk dapat dilakukan kajian berapa jumlah Combine Harvester yang dibutuhkan untuk luas target 36.000 hektare lahan sawah. (InfoPublik)
Keluhan dari para petani ini disampaikan langsung oleh Kepala Distrik Tanah Miring Risky Khairul Firmansyah, di hadapan Bupati Merauke Frederikus Gebze, dan Ketua DPRD Merauke Benjamin Latumahina saat panen dan tanam di Kampung Yabamaru, SP 9 Tanah Miring, Selasa (12/5/2020).
Kadistrik menjelaskan, untuk musim tanam rendengan tahun 2020 target seluas 9.365 hektare dan terealisasi sampai April 8.653 hektare, sedangkan yang sudah dipanen, 2.805 hektare.
‘’Kenapa panennya ini baru 2.000 hektare. Bisa dilihat yang ada di hadapan kita sekarang. Padinya sudah sangat tua dan baru dipanen sekarang. Coba ke belakang-belakang sana. Combine angkat tangan, karena padi sudah rebah terendam air, karena combinenya kurang,’’ ujar dia.
Menurut dia, HP miliknya bunyi setiap hari dihubungi petani hanya bertanya bagaimana caranya agar padi bisa dipanen. ‘’Tetangga sawah bisa berkelahi gara-gara urutannya disalib. Gara-gara solar. Tolong pak. Percuma kita panen ribuan kalau combinenya tidak ada,’’ kata dia.
Dia menjelaskan bahwa, untuk panen secara manual tidak bisa dilakukan petani karena tenaga yang kurang. Belum lagi biaya dari Combine tersebut yang selama ini hanya Rp1,8 juta per hektare, dan sekarang naik menjadi Rp2 juta. ‘’Sekali lagi mewakili petani, tolong agar Combinennya ditambah. Petani bukan malas memanen secara manual tapi persoalannya tenaga yang tidak ada. Kalau Combine tidak ada, banyak padi yang rusak,’’ terang dia.
Sunarto, salah satu ketua kelompok dari SP 8 Tanah Miring mengungkapkan bahwa untuk satu musim panen jika mesin Combinenya sehat maka bisa melayani 100 hektare.
Ia mencontohkan, di SP 8 Tanah Miring yang
pada musim tanam rendengan tahun ini seluas 12.000 hektare yang hanya dilayani 9 mesin. ‘’Tentu itu sangat kurang karena beberapa mesin Combine merupakan mesin tua,’’ tambah dia.
Terkait dengan keluhan kekurangan mesin Combine tersebut, Bupati Merauke Frederikus Gebze, mengajak Dewan segera membentuk Pansus dewan untuk dapat dilakukan kajian berapa jumlah Combine Harvester yang dibutuhkan untuk luas target 36.000 hektare lahan sawah. (InfoPublik)