Warga Sumba Barat Daya Gotong Royong Perbaiki Jalan Antara Waitabula - Gonggol
pada tanggal
27 Mei 2020
TAMBOLAKA, LELEMUKU.COM – Masyarakat Kelurahan Waitabula melakukan kerja bakti untuk memperbaiki jalan rusak yang tidak bisa dilewati oleh kendaraan roda dua dan empat.
Jalan bintang merupakan jalan yang menghubungkan antara Kelurahan Waitabula dengan Gonggol Desa Weerena Kecamatan Kota Tambolaka Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Senin (25/5/2020).
Dipantau oleh media, sekelompok masyarakat yang dipimpin oleh Bulu Dappa memperbaiki jalan sertu tersebut yang tidak bisa dilewati lagi karena jalanan berlumpur, sehingga praktis kendaraan roda empat tidak bisa melewatinya.
Dan masyarakat dari Waitabula yang hendak menuju Gonggol harus putar ambil haluan lewat Keretana atau jalan samping pom bensin Taworara.
Bulu Dapa kepada media menjelaskan dirinya merasa prihatin walaupun jalan tersebut berada di lokasi Kelurahan Waitabula.
Sehingga ia berinisiatif dan mengajak masyarakat setempat untuk saling patungan Rp50.000 sampai Rp 100.000 untuk bisa membeli batu gunung dan dikerjakan secara manual dengan memakai tenaga manusia.
“Saya sebenarnya adalah warga masyarakat dari Gonggol, tetapi sering melewati jalan ini kalau berkunjung ke Waitabula. Kemarin saya sangat prihatin melihat satu truk tertahan lumpur disini tidak bisa lewat sama sekali, sehingga hari ini saya mengajak beberapa warga masyarakat untuk saling kumpul tangan dan membeli batu gunung untuk menutupi lumpur dijalan ini” tuturnya.
Lebih lanjut Bulu Dapa merasa bersyukur karena anak-anak muda yang berada disekitaran kampung belakang mendukung penuh dan mau bergotong royong untuk memperbaiki jalan yang penuh lumpur tersebut.
“Dari kumpul tangan bersama tadi pagi, uang terkumpul Rp650.000 sehingga kami bisa membeli batu gunung, sedangkan untuk tenaga, warga masyarakat disini secara sukarela kami bekerja dengan menggunakan palu dan hamar saja,” katanya.
Hal senada juga disampaikan oleh Yohanes Ate yang merasa prihatin dengan keadaan jalan Bintang tersebut, yang sudah dikerjakan mendai jalan sertu sejak belasan tahun yang lalu.
“Saya heran Waitabula ini daerah Kota di SBD ini tetapi sepertinya tidak ada lagi perhatian dari Pemerintah. Sudah seharusnya Waitabula sebagai daerah sentral dan ibu kota SBD, jalan ini diaspal," katanya.
Tetapi hingga saat ini tidak ada pergerakan sama sekali, sehingga begitu ada orang yang ajak swadaya untuk memperbaikinya kami langsung setuju dan bahu membahu untuk mengerjakannya.
Yohanes sangat menyayangkan karena jalan ini selain dapat menghubungi keluarahan Waitabula dan desa Wee Rena, dan khusus untuk sekelompok masyarakat di Gonggol adalah masyarakat yang pendapatan ekonomi rumah tangganya dari menjual batu potong.
“Karena jalan ini rusak dan tidak bisa dilewati oleh kendaraan roda empat maka praktis usaha batu potong dari warga di Gonggol jadi macet. Batu mereka tidak bisa terjual karena sarana transportasi yang terganggu,” tuturnya sedih.
Lebih lanjut kata Yohanes, ditengah merebaknya wabah Covid-19 ini, praktis masyarakat tidak mempunyai pemasukan untuk kehidupan rumah tangganya. Setiap kali musim hujan, jalan ini pasti tidak bisa dilewati.
Dirinya bersama masyarakat sekitar dan masyarakat Gonggol berharap tahun ini ada perhatian dari pemerintah Kabupaten untuk membuat aspal lapen.
Sehingga jalur transportasi kedua wilayah ini lancar dan bagi masyarakat Gonggol yang bergerak menjual batu potong bisa kembali melanjutkan pekerjaannya. (Infopublik)
Jalan bintang merupakan jalan yang menghubungkan antara Kelurahan Waitabula dengan Gonggol Desa Weerena Kecamatan Kota Tambolaka Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Senin (25/5/2020).
Dipantau oleh media, sekelompok masyarakat yang dipimpin oleh Bulu Dappa memperbaiki jalan sertu tersebut yang tidak bisa dilewati lagi karena jalanan berlumpur, sehingga praktis kendaraan roda empat tidak bisa melewatinya.
Dan masyarakat dari Waitabula yang hendak menuju Gonggol harus putar ambil haluan lewat Keretana atau jalan samping pom bensin Taworara.
Bulu Dapa kepada media menjelaskan dirinya merasa prihatin walaupun jalan tersebut berada di lokasi Kelurahan Waitabula.
Sehingga ia berinisiatif dan mengajak masyarakat setempat untuk saling patungan Rp50.000 sampai Rp 100.000 untuk bisa membeli batu gunung dan dikerjakan secara manual dengan memakai tenaga manusia.
“Saya sebenarnya adalah warga masyarakat dari Gonggol, tetapi sering melewati jalan ini kalau berkunjung ke Waitabula. Kemarin saya sangat prihatin melihat satu truk tertahan lumpur disini tidak bisa lewat sama sekali, sehingga hari ini saya mengajak beberapa warga masyarakat untuk saling kumpul tangan dan membeli batu gunung untuk menutupi lumpur dijalan ini” tuturnya.
Lebih lanjut Bulu Dapa merasa bersyukur karena anak-anak muda yang berada disekitaran kampung belakang mendukung penuh dan mau bergotong royong untuk memperbaiki jalan yang penuh lumpur tersebut.
“Dari kumpul tangan bersama tadi pagi, uang terkumpul Rp650.000 sehingga kami bisa membeli batu gunung, sedangkan untuk tenaga, warga masyarakat disini secara sukarela kami bekerja dengan menggunakan palu dan hamar saja,” katanya.
Hal senada juga disampaikan oleh Yohanes Ate yang merasa prihatin dengan keadaan jalan Bintang tersebut, yang sudah dikerjakan mendai jalan sertu sejak belasan tahun yang lalu.
“Saya heran Waitabula ini daerah Kota di SBD ini tetapi sepertinya tidak ada lagi perhatian dari Pemerintah. Sudah seharusnya Waitabula sebagai daerah sentral dan ibu kota SBD, jalan ini diaspal," katanya.
Tetapi hingga saat ini tidak ada pergerakan sama sekali, sehingga begitu ada orang yang ajak swadaya untuk memperbaikinya kami langsung setuju dan bahu membahu untuk mengerjakannya.
Yohanes sangat menyayangkan karena jalan ini selain dapat menghubungi keluarahan Waitabula dan desa Wee Rena, dan khusus untuk sekelompok masyarakat di Gonggol adalah masyarakat yang pendapatan ekonomi rumah tangganya dari menjual batu potong.
“Karena jalan ini rusak dan tidak bisa dilewati oleh kendaraan roda empat maka praktis usaha batu potong dari warga di Gonggol jadi macet. Batu mereka tidak bisa terjual karena sarana transportasi yang terganggu,” tuturnya sedih.
Lebih lanjut kata Yohanes, ditengah merebaknya wabah Covid-19 ini, praktis masyarakat tidak mempunyai pemasukan untuk kehidupan rumah tangganya. Setiap kali musim hujan, jalan ini pasti tidak bisa dilewati.
Dirinya bersama masyarakat sekitar dan masyarakat Gonggol berharap tahun ini ada perhatian dari pemerintah Kabupaten untuk membuat aspal lapen.
Sehingga jalur transportasi kedua wilayah ini lancar dan bagi masyarakat Gonggol yang bergerak menjual batu potong bisa kembali melanjutkan pekerjaannya. (Infopublik)