Warga Indonesia di Washington Sumbang Makanan ke Pekerja Medis AS
pada tanggal
24 Juni 2020
WASHINGTON, LELEMUKU.COM - Di tengah pandemi, dimana kini orang lebih banyak memilih untuk berdiam di rumah, para pekerja kesehatan yang berada di garda terdepan, masih terus harus berjuang melawan COVID-19. Jam kerja yang panjang dan risiko terpapar oleh penyakit yang belum ada obatnya ini hanyalah beberapa tantangan yang harus dihadapi. Belum lagi tekanan psikologis, rasa lelah, dan bahkan kekerasan fisik, seperti yang dilansir dari situs organisasi kesehatan sedunia, WHO.
Sebagai tanda terima kasih atas jasa yang telah dilakukan, warga di Amerika Serikat pun berupaya untuk terus menyemangati dan menghibur, dengan berbagai cara. Salah satunya melalui donasi makanan yang kerap berdatangan ke berbagai fasilitas kesehatan di Amerika Serikat.
“Donasi makanan dari berbagai restoran, mereka tiap hari tuh kirim ke kita. Jadi banyaklah yang men-support kita, dari orang luar yang nggak ada hubungannya dengan kesehatan gitu,” jelas Antonius Connors, perawat asal Indonesia di bagian ICU di rumah sakit George Washington University di Washington, D.C kepada VOA melalui wawancara lewat Zoom belum lama ini.
Perawat asal Indonesia, Hasna Palupi yang bekerja di Washington Hospital Center yang juga berlokasi di Washington, D.C., juga mendapati hal yang sama. Melalui wawancara virtual lewat Zoom dengan VOA, ia bercerita, minuman dan makanan seperti, “free coffee, donat, snacks, free lunch,” dari komunitas kerap berdatangan ke tempat kerjanya.
Komunitas Indonesia Tergerak Kirim Donasi Makanan Untuk Pekerja Kesehatan di AS
Dampak penutupan bisnis dan anjloknya ekonomi akibat pandemi COVID-19 ikut dirasakan oleh pebisnis asal Indonesia, Emil Ranakusuma, pemilik bisnis waralaba sandwich dan salad, yang memiliki empat toko di negara bagian Virginia, Amerika Serikat.
Berkurangnya pendapatan karena anjlok konsumen yang datang, membuat Emil terpaksa menutup satu tokonya yang berada di dalam mall dan mengurangi jumlah pegawai, serta jam operasional tokonya. Biasanya ia mempekerjakan sekitar 25 hingga 30 karyawan, namun kini ia terpaksa merumahkan sebagian dan hanya menugaskan dua atau tiga pegawai di setiap tokonya yang masih beroperasi.
“Bisnis saya itu tidak terbiasa dengan digital order ya, kemudian juga kita kurang juga untuk digital marketing, dan kita nggak punya drive thru, dan juga kita tidak punya armada delivery sendiri. Sales kita itu secara umum down sampai 50 persen,” ujar Emil saat diwawancara melalui Skype oleh VOA.
Hingga suatu hari, ia mendapatkan ide dari teman-temannya yang juga adalah pebisnis waralaba, untuk menggalang dana. Dana tersebut lalu ia gunakan sebagai biaya untuk membuat sandwich, yang ia donasikan kepada para pekerja di garda terdepan, termasuk mereka yang bekerja di sektor kesehatan.
“Itu menggugah juga buat saya. Saya bikin GoFundMe juga, kita bikin semacam portal buat donasi. Kemudian kita (kirim) kefirst responder, kayak misalnyafire station guy, polisi, dokter, atau (rumah sakit),” jelasnya.
Bersama putranya, Pasha Ranakusuma, Emil berkeliling mengantarkan makanan ke rumah-rumah sakit di negara bagian Virginia.
"Saya tahu bahwa setiap orang terdampak negatif di tengah krisis ini, termasuk bisnis ayah saya. Tapi saya tahu bahwa kami masih beruntung dibanding para pekerja di garda terdepan, mengingat bagaimana sibuknya mereka dengan kewajiban mereka," kata Pasha kepada VOA.
"Rasanya sangat puas bisa memberi kembali dan membantu para pekerja yang mempertaruhkan nyawa mereka untuk melawan COVID-19, sehingga kita bisa kembali ke masyarakat," tambahnya.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Nur Cholis, pemilik bisnis waralaba makanan Jepang sushi asal Indonesia di negara bagian Maryland, yang sudah beroperasi sejak lima tahun belakangan ini. Bekerja sama dengan masjid komunitas Muslim Indonesia, IMAAM Center yang berlokasi di Silver Spring, Maryland, ia mendonasikan 100 kotak sushi kepada para pekerja kesehatan di rumah sakit Holy Cross yang letaknya tak jauh dari IMAAM Center.
Nur Cholis sangat merasakan dampak pandemi COVID-19 setelah bisnisnya mengalami penurunan sekitar 30 persen. Namun, situasi yang penuh dengan ketidakpastian ini lalu membuat hatinya tergerak untuk membantu para pekerja kesehatan yang dengan “keberanian yang luar biasa” harus rela berhadapan langsung dengan virus corona. Saat IMAAM Center mengajaknya bekerja sama, ia pun langsung menyetujuinya.
“Kalau menurut saya, apa yang kami lakukan, donasi ini, sebetulnya nggak ada apa-apanya gitu. Tapi minimal, kami ingin menunjukkan empati, simpati kami, apresiasi kami kepada mereka, bahwa inilah bentuk kami (walau) tidak seberapa, tapi minimal bisa membahagiakan mereka. Walaupun hanya mungkin sekadar makan siang,” jelas Nur Cholis kepada VOA lewat wawancara melalui Zoom belum lama ini.
Pemberian donasi makanan ke rumah sakit di negara bagian Maryland ini berawal dari ide yang diajukan oleh para anak-anak muda yang tergabung di komunitas IMAAM Center. Presiden IMAAM Center, Arif Mustofa, menjelaskan bahwa ini adalah rangkaian bantuan pandemi COVID-19, yang mereka giatkan untuk membantu masyarakat di lingkungan IMAAM Center.
“Anak-anak IMAAM Youth itu berinisiasi untuk memberikan bantuan juga, tapi kepada first responders, kepada para tenaga kerja kesehatan yang memang di front-line, yangdealingdengan pandemi COVID-19,” jelas pria yang bekerja di bidang komputer dan teknologi ini.
Donasi Makanan Harus Penuhi Persyaratan Tertentu
Bantuan yang diberikan kepada rumah sakit di Amerika Serikat, khususnya yang berupa donasi makanan harus melalui berbagai persyaratan. Makanan yang diberikan harus dimasak di dapur yang memiliki izin dari pemerintah kota setempat. Nur Cholis dianggap telah memenuhi seluruh persyaratan ini. Donasi makanan ini terbukti juga membantu usaha Nur Cholis di masa yang sulit ini.
“Perusahaan sushi salah satunya yang kita tunjuk, perusahaan mas Nur Cholis. Kemarin itu sempat kesulitan, jadi kita bantu memberikan order. Walaupun ini kecil tapi ya paling tidak memberikan kesempatan beliau untuk industrinya tetap berputar ya, “kata Arif Mustofa.
Arif Mustofa menambahkan organisasi IMAAM memang menginginkan “supaya roda ekonomi tetap berputar,” dan mereka mempunyai dana yang bisa membantu yang membutuhkan.
Donasi makanan ini berhasil menebar senyum di wajah para pekerja kesehatan yang menerimanya. Mereka sangat berterima kasih dan mengapresiasi hal itu.
“Ini sebetulnya juga salah satu (cara) dari kita reach out, bahwa kita ingin support mereka, bahwa kita ada di sini, yang selalu memperhatikan kerja-kerja mereka. Bahkan di IMAAM Center itu kita kasih banner besar-besar di sana, ucapan terima kasih kepada semua yang terlibat, terutama yang di front-line ini,” ujar Nur Cholis.
Hingga laporan ini disampaikan, jumlah kasus virus corona di seluruh dunia menurut data yang diambil dari Johns Hopkins Coronavirus Resource Center telah mencapai 9.158.912. Bulan April 2020, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat melaporkan telah terdapat lebih dari 9.000 pekerja kesehatan terpapar virus corona. (VOA-Dhania Iman)
Sebagai tanda terima kasih atas jasa yang telah dilakukan, warga di Amerika Serikat pun berupaya untuk terus menyemangati dan menghibur, dengan berbagai cara. Salah satunya melalui donasi makanan yang kerap berdatangan ke berbagai fasilitas kesehatan di Amerika Serikat.
“Donasi makanan dari berbagai restoran, mereka tiap hari tuh kirim ke kita. Jadi banyaklah yang men-support kita, dari orang luar yang nggak ada hubungannya dengan kesehatan gitu,” jelas Antonius Connors, perawat asal Indonesia di bagian ICU di rumah sakit George Washington University di Washington, D.C kepada VOA melalui wawancara lewat Zoom belum lama ini.
Perawat asal Indonesia, Hasna Palupi yang bekerja di Washington Hospital Center yang juga berlokasi di Washington, D.C., juga mendapati hal yang sama. Melalui wawancara virtual lewat Zoom dengan VOA, ia bercerita, minuman dan makanan seperti, “free coffee, donat, snacks, free lunch,” dari komunitas kerap berdatangan ke tempat kerjanya.
Komunitas Indonesia Tergerak Kirim Donasi Makanan Untuk Pekerja Kesehatan di AS
Dampak penutupan bisnis dan anjloknya ekonomi akibat pandemi COVID-19 ikut dirasakan oleh pebisnis asal Indonesia, Emil Ranakusuma, pemilik bisnis waralaba sandwich dan salad, yang memiliki empat toko di negara bagian Virginia, Amerika Serikat.
Berkurangnya pendapatan karena anjlok konsumen yang datang, membuat Emil terpaksa menutup satu tokonya yang berada di dalam mall dan mengurangi jumlah pegawai, serta jam operasional tokonya. Biasanya ia mempekerjakan sekitar 25 hingga 30 karyawan, namun kini ia terpaksa merumahkan sebagian dan hanya menugaskan dua atau tiga pegawai di setiap tokonya yang masih beroperasi.
“Bisnis saya itu tidak terbiasa dengan digital order ya, kemudian juga kita kurang juga untuk digital marketing, dan kita nggak punya drive thru, dan juga kita tidak punya armada delivery sendiri. Sales kita itu secara umum down sampai 50 persen,” ujar Emil saat diwawancara melalui Skype oleh VOA.
Hingga suatu hari, ia mendapatkan ide dari teman-temannya yang juga adalah pebisnis waralaba, untuk menggalang dana. Dana tersebut lalu ia gunakan sebagai biaya untuk membuat sandwich, yang ia donasikan kepada para pekerja di garda terdepan, termasuk mereka yang bekerja di sektor kesehatan.
“Itu menggugah juga buat saya. Saya bikin GoFundMe juga, kita bikin semacam portal buat donasi. Kemudian kita (kirim) kefirst responder, kayak misalnyafire station guy, polisi, dokter, atau (rumah sakit),” jelasnya.
Bersama putranya, Pasha Ranakusuma, Emil berkeliling mengantarkan makanan ke rumah-rumah sakit di negara bagian Virginia.
"Saya tahu bahwa setiap orang terdampak negatif di tengah krisis ini, termasuk bisnis ayah saya. Tapi saya tahu bahwa kami masih beruntung dibanding para pekerja di garda terdepan, mengingat bagaimana sibuknya mereka dengan kewajiban mereka," kata Pasha kepada VOA.
"Rasanya sangat puas bisa memberi kembali dan membantu para pekerja yang mempertaruhkan nyawa mereka untuk melawan COVID-19, sehingga kita bisa kembali ke masyarakat," tambahnya.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Nur Cholis, pemilik bisnis waralaba makanan Jepang sushi asal Indonesia di negara bagian Maryland, yang sudah beroperasi sejak lima tahun belakangan ini. Bekerja sama dengan masjid komunitas Muslim Indonesia, IMAAM Center yang berlokasi di Silver Spring, Maryland, ia mendonasikan 100 kotak sushi kepada para pekerja kesehatan di rumah sakit Holy Cross yang letaknya tak jauh dari IMAAM Center.
Nur Cholis sangat merasakan dampak pandemi COVID-19 setelah bisnisnya mengalami penurunan sekitar 30 persen. Namun, situasi yang penuh dengan ketidakpastian ini lalu membuat hatinya tergerak untuk membantu para pekerja kesehatan yang dengan “keberanian yang luar biasa” harus rela berhadapan langsung dengan virus corona. Saat IMAAM Center mengajaknya bekerja sama, ia pun langsung menyetujuinya.
“Kalau menurut saya, apa yang kami lakukan, donasi ini, sebetulnya nggak ada apa-apanya gitu. Tapi minimal, kami ingin menunjukkan empati, simpati kami, apresiasi kami kepada mereka, bahwa inilah bentuk kami (walau) tidak seberapa, tapi minimal bisa membahagiakan mereka. Walaupun hanya mungkin sekadar makan siang,” jelas Nur Cholis kepada VOA lewat wawancara melalui Zoom belum lama ini.
Pemberian donasi makanan ke rumah sakit di negara bagian Maryland ini berawal dari ide yang diajukan oleh para anak-anak muda yang tergabung di komunitas IMAAM Center. Presiden IMAAM Center, Arif Mustofa, menjelaskan bahwa ini adalah rangkaian bantuan pandemi COVID-19, yang mereka giatkan untuk membantu masyarakat di lingkungan IMAAM Center.
“Anak-anak IMAAM Youth itu berinisiasi untuk memberikan bantuan juga, tapi kepada first responders, kepada para tenaga kerja kesehatan yang memang di front-line, yangdealingdengan pandemi COVID-19,” jelas pria yang bekerja di bidang komputer dan teknologi ini.
Donasi Makanan Harus Penuhi Persyaratan Tertentu
Bantuan yang diberikan kepada rumah sakit di Amerika Serikat, khususnya yang berupa donasi makanan harus melalui berbagai persyaratan. Makanan yang diberikan harus dimasak di dapur yang memiliki izin dari pemerintah kota setempat. Nur Cholis dianggap telah memenuhi seluruh persyaratan ini. Donasi makanan ini terbukti juga membantu usaha Nur Cholis di masa yang sulit ini.
“Perusahaan sushi salah satunya yang kita tunjuk, perusahaan mas Nur Cholis. Kemarin itu sempat kesulitan, jadi kita bantu memberikan order. Walaupun ini kecil tapi ya paling tidak memberikan kesempatan beliau untuk industrinya tetap berputar ya, “kata Arif Mustofa.
Arif Mustofa menambahkan organisasi IMAAM memang menginginkan “supaya roda ekonomi tetap berputar,” dan mereka mempunyai dana yang bisa membantu yang membutuhkan.
Donasi makanan ini berhasil menebar senyum di wajah para pekerja kesehatan yang menerimanya. Mereka sangat berterima kasih dan mengapresiasi hal itu.
“Ini sebetulnya juga salah satu (cara) dari kita reach out, bahwa kita ingin support mereka, bahwa kita ada di sini, yang selalu memperhatikan kerja-kerja mereka. Bahkan di IMAAM Center itu kita kasih banner besar-besar di sana, ucapan terima kasih kepada semua yang terlibat, terutama yang di front-line ini,” ujar Nur Cholis.
Hingga laporan ini disampaikan, jumlah kasus virus corona di seluruh dunia menurut data yang diambil dari Johns Hopkins Coronavirus Resource Center telah mencapai 9.158.912. Bulan April 2020, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat melaporkan telah terdapat lebih dari 9.000 pekerja kesehatan terpapar virus corona. (VOA-Dhania Iman)