Doni Monardo Pastikan COVID-19 Ancaman Nyata, Bukan Rekayasa dan Konspirasi
pada tanggal
11 Agustus 2020
AMBON, LELEMUKU.COM – Kepala
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo membeberkan sejumlah
fakta terkait upaya pemerintah dalam
penanganan Covid-19 yang terjadi selama ini.
Mantan Pangdam XVI Pattimura ini
mengungkapkan tidak mudah memutuskan mata rantai Covid-19. Jumlah pasien
meninggal di seluruh dunia akibat pandemi sekitar 700 ribu jiwa. Sementara di
Indonesia berjumlah 5 ribu jiwa.
“Penularan Covid kali ini
bukanlah yang perdana. Wabah ini pertama kali menular pada Maret 1918 hingga
September 1919 di Spanyol. Jumlah korban jiwa kala itu sangat banyak,” kata
Doni dalam paparannya dalam Webiner bertema ‘Perilaku Baru Pandemi Covid-19’
yang dipandu langsung Mendagri Tito Karnavian dan ikuti oleh Gubernur Maluku Murad Ismail,
Ketua TP PKK Maluku Widya Murad Ismail dan Sekretaris Daerah Kasrul Selang, di
Kediaman Gubernur, Poka Ambon, Senin (10/8/2020).
Webinar ini juga menyorot realisasi penggunaan maske, cuci tangan dan
jaga jarak untuk perubahan perilaku baru pandemi Covid-19.
Dalam penjelasannya, Doni
mengaku, pihaknya saat ini sedang merancang strategi, yakni memanfaatkan media
secara maksimal. Sebab, berdasarkan survei 63 persen keberhasilan sosialisasi
ditentukan oleh media.
Untuk itu, Gubernur,
Bupati/Walikota se-Indonesia pun dihimbau dapat menggunakan strategi yang tepat
di wilayah kerjanya masing-masing,
sesuai program edukasi, sosialisasi dan metigasi. Terutama dengan
memilih orang-orang berpengaruh di suatu
kawasan sebagai ikon penanganan Covid-19 dan tidak berpatokan hanya kepada
pejabat negara/daerah.
"Mayoritas masyarakat kita
sangat patuh kepada orang tua, khususnya ibu. Olehnya itu, Tim Penggerak PKK
tingkat nasional maupun daerah harus mampu menjadi bagian strategis dalam upaya
sosialisasi penanganan Covid-19," lanjutnya.
Doni menegaskan, Covid-19 bukan
rekayasa atau konspirasi, namun ancamannya nyata. Belum ada kepastian kapan
pandemi berakhir. Vaksin penyembuh virus ini, bahkan diketahui belum ditemukan.
Andai telah ditemukan,
pemberiannya pun bakal diberikan secara bergilir. Mengingat jumlahnya yang
terbatas.
"Olehnya itu, opsi kami
adalah melindungi warga rentan berusia di atas 60 tahun. Sebab, 80 persen angka
kematian Covid-19 adalah pasien berusia 50-60 tahun lebih. Jika bisa
melindungi, setidaknya kita telah memberikan perlindungan 85 persen warga
Indonesia," tuturnya.
Sementara itu, Mendagri Tito yang
bertindak sebagai moderator menjelaskan, perihal Instruksi Presiden Nomor 6
Tahun 2020 tentang Peningkatan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan
dalam Pencegahan dan Pengendalian Covid-19, telah dibahas dalam sebuah diskusi
bersama jajaran para menteri dipimpin Menteri Polhukam Mahfud MD.
Dalam waktu dekat, akan ada
penjelasan rinci dari pejabat terkait.
"Prinsipnya, kita
mengedepankan langkah persuasif (mengajak) secara bertahap dan sistematis.
Memang kalangan masyarakat menengah memahami empat prinsip protokol kesehatan,
namun di tingkat bawah, perlu ada langkah lainnya," jelasnya.
Atas dasar itu, lanjut Tito,
mengenai pemakaian masker, diketahui ada sebagian masyarakat yang ingin memakai
masker namun tidak mampu membeli hingga perlu dilakukan pembagian masker.
Sebaliknya, ada sebagian masyarakat yang mampu membeli, namun kurang memahami kegunaan
memakai masker.
"Banyak hasil penelitian
menyimpulkan, 50-70 persen penularan akan bisa ditekan apabila masyarakat
selalu memakai masker saat beraktifitas," lanjutnya. (HumasMaluku)