Inilah Pidato Presiden Republik Afrika Selatan, Matamela Cyril Ramaphosa di Debat Umum PBB ke 75
pada tanggal
23 September 2020
NEW YORK, LELEMUKU.COM - Matamela Cyril Ramaphosa, Presiden Republik Afrika Selatan, menyampaikan debat umum Sidang ke-75 Sidang Umum PBB (New York, 22-29 September 2020).
Baca Juga
Mengutip seruan Sekretaris Jenderal untuk sistem perdagangan multilateral yang lebih inklusif dan seimbang, dia meminta komunitas internasional untuk mendukung peluncuran paket stimulus yang komprehensif untuk negara-negara Afrika. Paket seperti itu akan membantu mengurangi implikasi kesehatan dari COVID-19 dan membantu membangun kembali ekonomi yang tertutup sambil memastikan bahwa tidak ada negara yang tertinggal.
Dia melanjutkan dengan menyerukan pencabutan sanksi ekonomi terhadap Zimbabwe dan Sudan untuk memungkinkan negara-negara tersebut menangani pandemi, dan untuk penangguhan pembayaran atas utang Afrika.
Dia melanjutkan dengan menyatakan bahwa tahun 2020 akan dikenang atas penolakan terhadap rasisme di bawah Gerakan Black Lives Matter, mengungkapkan dukungan Afrika Selatan untuk tuntutan pemberantasan rasisme dan menyerukan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk meningkatkan upayanya untuk memerangi ketidakadilan di bagian depan itu.
"Komunitas internasional harus meningkatkan upaya untuk memberdayakan perempuan dan anak perempuan, katanya, melaporkan bahwa Uni Afrika sedang bekerja untuk menyelesaikan konvensi tentang kekerasan terhadap perempuan tahun ini. Sementara Uni Afrika melanjutkan upaya resolusi konflik dan pemeliharaan perdamaiannya, sangat penting untuk melembagakan kerja sama Uni Afrika-PBB dan menyelesaikan masalah pembayaran," tegasnya.
Dia melanjutkan dengan menunjukkan bahwa komposisi Dewan Keamanan tidak mencerminkan dunia saat ini, meminta Organisasi untuk menangani masalah ini dengan mendesak.
Memperhatikan bahwa Palestina dan Sahara Barat terus hidup di bawah pendudukan, dia juga menyerukan pencabutan blokade terhadap Kuba. Krisis iklim membutuhkan kolaborasi global, tambahnya. Saat dunia membangun kembali setelah pandemi, ia memiliki peluang untuk menempatkan ekonomi global pada jalur hijau dan rendah karbon, katanya, menggarisbawahi bahwa upaya pemulihan global harus menempatkan perubahan iklim sebagai pusatnya.
"Tatanan dunia harus berakar pada solidaritas dan kesatuan tujuan, katanya, seraya menambahkan bahwa COVID-19 telah menghadirkan pilihan antara kerja sama global atau mengejar kepentingan pribadi yang sempit. Jalan yang dipilih akan menentukan takdir kolektif dunia," katanya. (PBB)
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Lelemuku.com selain "" di Grup Telegram Lelemuku.com. Klik link https://t.me/lelemukucom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.