Perempuan di Yordania Olah Daun dan Sisa Tanaman Menjadi Kertas Unik
pada tanggal
13 September 2020
AMMAN, LELEMUKU.COM - Para perempuan itu tergabung dalam koperasi perempuan Iraq Al Amir. Mereka mengatakan proyek ini membantu melestarikan lingkungan sekaligus memberi para perempuan dan petani penghasilan tambahan.
"Daripada dibakar oleh para petani, lebih baik kami beli sisa-sisa tanaman mereka, dan ini membantu mereka sekaligus melindungi lingkungan dari polusi. Kami membuat kertas unik yang tidak pernah ada di Timur Tengah. Kami memproduksi beragam jenis termasuk A4, A2 dan A3," kata Presiden Koperasi Yusra al Abbadi.
Yusra menambahkan bahwa mereka memilih beragam tanaman yang kaya akan serat.
"Kami menggunakan beragam jenis tanaman, dan menggunakan proses berbeda untuk masing-masing tanaman karena mereka menghasilkan warna dan tekstur berbeda. Kami menggunakan batang okra setelah membelinya dari para petani pada musim okra di sekitar Iraq al Amir, dan wilayah lain di Yordania. Kami juga membeli daun pisang dari para petani di Semenanjung Yordania," lanjutnya.
Untuk membuat kertas, diperlukan beberapa tahapan, termasuk memotong-motong tanaman kering dan merendamnya di dalam air selama seminggu. Kemudian, adukan itu di dimasak selama tujuh jam, dan dituang ke berbagai cetakan berbeda untuk membentuk kertas.
Setelah itu, para perempuan itu menciptakan kerajinan dari kertas-kertas itu. Sebagian mengubahnya menjadi kartu yang dihias dengan kaligrafi Arab, lainnya dijadikan tas dan album.
Hasil pemasukan dari penjualan barang-barang kerajinan itu menjadi sumber penghasilan para perempuan tersebut.
Fatthia al Mhyrat, salah satu dari lima perempuan yang mengerjakan proyek itu, sangat bersyukur.
"Syukurlah, ini gagasan yang bagus. Disini tidak banyak pekerjaan, tapi di koperasi, ada pekerjaan. Proyek ini bagus, dan saya senang mengerjakan proyek kerajinan ini. Saya, dan para perempuan disini sangat menikmati pekerjaan ini," kata Fatthia.
Koperasi perempuan itu didirikan di Iraq al Amir pada 1996 dengan tujuan melestarikan warisan arsitektural wilayah itu, dan untuk memberdayakan para perempuan yang tinggal disana. Total ada 15 perempuan yang aktif dalam koperasi tersebut. (VOA)
"Daripada dibakar oleh para petani, lebih baik kami beli sisa-sisa tanaman mereka, dan ini membantu mereka sekaligus melindungi lingkungan dari polusi. Kami membuat kertas unik yang tidak pernah ada di Timur Tengah. Kami memproduksi beragam jenis termasuk A4, A2 dan A3," kata Presiden Koperasi Yusra al Abbadi.
Yusra menambahkan bahwa mereka memilih beragam tanaman yang kaya akan serat.
"Kami menggunakan beragam jenis tanaman, dan menggunakan proses berbeda untuk masing-masing tanaman karena mereka menghasilkan warna dan tekstur berbeda. Kami menggunakan batang okra setelah membelinya dari para petani pada musim okra di sekitar Iraq al Amir, dan wilayah lain di Yordania. Kami juga membeli daun pisang dari para petani di Semenanjung Yordania," lanjutnya.
Untuk membuat kertas, diperlukan beberapa tahapan, termasuk memotong-motong tanaman kering dan merendamnya di dalam air selama seminggu. Kemudian, adukan itu di dimasak selama tujuh jam, dan dituang ke berbagai cetakan berbeda untuk membentuk kertas.
Setelah itu, para perempuan itu menciptakan kerajinan dari kertas-kertas itu. Sebagian mengubahnya menjadi kartu yang dihias dengan kaligrafi Arab, lainnya dijadikan tas dan album.
Hasil pemasukan dari penjualan barang-barang kerajinan itu menjadi sumber penghasilan para perempuan tersebut.
Fatthia al Mhyrat, salah satu dari lima perempuan yang mengerjakan proyek itu, sangat bersyukur.
"Syukurlah, ini gagasan yang bagus. Disini tidak banyak pekerjaan, tapi di koperasi, ada pekerjaan. Proyek ini bagus, dan saya senang mengerjakan proyek kerajinan ini. Saya, dan para perempuan disini sangat menikmati pekerjaan ini," kata Fatthia.
Koperasi perempuan itu didirikan di Iraq al Amir pada 1996 dengan tujuan melestarikan warisan arsitektural wilayah itu, dan untuk memberdayakan para perempuan yang tinggal disana. Total ada 15 perempuan yang aktif dalam koperasi tersebut. (VOA)