Hanik Humaida Ungkap Gunung Merapi Berstatus Siaga, Lava Pijar Kian Jelas
pada tanggal
11 Januari 2021
JAKARTA, LELEMUKU.COM - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan aktivitas guguran lava pijar Gunung Merapi semakin intens pada Minggu 10 Januari 2021 petang. Warga di sekitar Merapi pun, baik dari wilayah Kabupaten Sleman, Magelang, Klaten dan Boyolali dilarang mendekat ke kawasan rawan bencana (KRB) III.
"Aktivitas guguran lava pijar saat ini terpantau jelas dari kamera pengamatan. Warga diimbau tidak memasuki daerah bahaya," ujar Kepala BPPTKG Hanik Humaida pada Minggu malam 10 Januari 2021.
Sepanjang hari ini dari pagi hingga petang, mulai pukul 00.00-18.00 WIB, setidaknya sudah 4 kali guguran lava pijar terjadi dan material itu meluncur ke arah Kali Krasak. Suara guguran 1 kali sempat terndengar dengan intensitas keras dari Pos Pengamatan Babadan dan volume curah hujan terus meningkat dari 12 mm, 29 mm, lalu meningkat menjadi 93 mm per hari dalam periode pengamatan 12.00-18.00 WIB.
Meski awan panas sudah muncul berulangkali sejak Kamis hingga Sabtu, 7-9 Januari 2021 sampai saat ini jangkauannya belum dinilai membahayakan penduduk karena luncurannya masih di bawah 1 km. "Jadi tingkat aktivitas Gunung Merapi saat ini masih berada di level III atau Siaga," ujarnya.
Hasil pemantauan Gunung Merapi terakhir akhir pekan ini menunjukkan adanya temuan dua kubah lava di bagian tengah dan barat daya. Namun BPPTKG mensinyalir sebenarnya dua kubah itu satu kesatuan yang saat ini belum berkembang dan bisa diukur volumenya secara pasti.
"Sekarang Merapi sudah memasuki fase erupsi, ketika pada 4 Januari kemarin mulai muncul api diam di puncak Merapi dan diikuti lava pijar," ujarnya.
Dari pengamatan visual pada 7 Januari, sempat muncul 9 kali guguran lava pijar ke Kali Krasak sejauh maksimal 500 meter dan awan panas 4 kali.
"Untuk jarak luncur terjauh guguran lava sendiri sejauh 3 km, namun secara umum terjadi pada jarak sekitar 1,5 km," kata dia.
Dengan berbagai aktivitas Merapi yang masih tinggi itu, zona bahaya saat ini ditetapkan maksimal 5 km.
"Secara perhitungan probabilitas masih ada potensi erupsi eksplosif, dari penilaian data terakhir," ujar Hanik.
Warga sendiri dihimbau menjauhi sungai-sungai berhulu Merapi karena curah hujan kian intens di kawasan puncak Merapi memasuki awal 2021 ini.
Ini berkaitan erat dengan makin meningkatnya potensi banjir lahar dingin.
"Kalau material di puncak Merapu volumenya terus bertambah, potensi lahar dingin tentu juga bertambah,"ujarnya. (Tempo)