Inilah Kesaksian Warga Pulau Lancang Saat Pesawat Sriwijaya Air SJ182 Jatuh
pada tanggal
11 Januari 2021
JAKARTA, LELEMUKU.COM - Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak jatuh di gugusan Kepulauan Seribu, Utara Jakarta, pada Sabtu 9 Januari 2020. Sejumlah warga menyebutkan bahwa suarat jatuhnya pesawat tersebut menggelegar hingga menggetarkan rumah mereka.
Junaenah, warga Pulau Lancang menyatakan mendengar suara menggelegar sekitar pukul 14.40 WIB. Saat itu dirinya tengah berada di dalam rumah karena hujan lebat terus mengguyur.
"Hari itu hujan campur angin kencang, tiba-tiba ada suara 'duar' terdengar keras sekali sampai rumah (kaca rumah) bergetar," kata Junaenah kepada Antara, Minggu 10 Januari 2020 petang.
Menurut Junaenah, kala itu, kebanyakan warga Pulau Lancang berada di dalam rumah untuk berlindung dari hujan. Namun, ada pula yang ppergi melaut mencari rajungan.
"Pas dengar saya kaget,'Ya Allah, suara apa itu,' karena besar sekali seperti bom. Tapi saya dan anak-anak tidak keluar karena saya kira hanya petir di tengah hujan," kata perempuan berusia 40 tahun yang jarak rumahnya dari bibir pantai hanya sekitar 200 meter tersebut.
Warga Pulau Lancang baru menduga bahwa suara tersebut berasal dari pesawat Sriwijaya Air yang jatuh pada pukul 16.00 WIB. Saat itu Kementerian Perhubungan menginformasikan pesawat Sriwijaya Air dengan rute Jakarta-Pontianak tersebut hilang kontak di sekitar perairan Kepulauan Seribu.
Dugaan mereka semakin kuat setelah mendengar cerita dari warga lainnya yang baru pulang dari melaut. Menurut para nelayan, suara menggelegar itu berasal dari sebuah pesawat yang mengalami kejadian nahas jatuh di antara tempat mereka dengan Pulau Laki yang tak berpenghuni.
"Nelayan yang baru pulang mengabari bahwa di sana (perairan Pulau Lancang-Pulau Laki) ada pesawat yang jatuh. Saya langsung ingat oh mungkin itu yang siang tadi (saat hujan) saya kira petir sangat besar," ucap Marsu, Ketua RT 001/RW 001 Pulau Lancang.
Tak lama berselang, cerita Marsu, banyak warga Pulau Lancang yang dikerahkan untuk melakukan pencarian dan evakuasi korban.
"Akhirnya pihak berwenang di sini berinisiatif untuk mengumpulkan warga dan melakukan pencarian sebisanya sampai dihentikan sekitar pukul 21.00 WIB," ucap Marsu.
Nelayan yang dimaksud Marsu tak lain adalah Hendrik Mulyadi. Dia mengaku berada tak jauh dari lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 itu. Saat itu Hendrik bersama dua rekannya tengan mencari rajungan di perairan antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.
"Saat itu hujan cukup besar (kemungkinan berkabut), dan kami bertiga di tengah laut sedang konsentrasi mengambil bubu (alat penangkap rajungan), tiba-tiba ada seperti kilat ke arah air disusul dentuman keras, puing berterbangan sama air (ombaknya) tinggi sekali, untung kapal saya enggak apa-apa," kata pria 30 tahun itu dalam perbincangannya dengan Antara di lokasi.
Setelah rangkaian kejadian yang berlangsung di bawah dua menit tersebut, Hendrik mengaku tidak bisa melakukan apa-apa selain bertanya-tanya ada apa gerangan yang terjadi dan sempat mengira itu adalah bom yang jatuh dan meledak.
Dia tak menyangka itu adalah sebuah pesawat karena tak mendengar suara mesin sebelum terjadinya dentuman keras itu. Dia juga menyatakan tak melihat ada kobaran api,
"Suara mesin tidak ada. Terus saat kejadian tidak kelihatan ada api, hanya asap putih, puing-puing yang berterbangan, air yang berombak besar, dan ada aroma seperti bahan bakar," katanya.
Meski tidak mengalami cedera dan kapalnya tidak mengalami kerusakan, Hendrik mengaku masih terguncang, hingga tidak enak makan dan tidur sampai tak sanggup bekerja mencari rajungan seperti sedia kala.
Sebelumnya dikabarkan bahwa Pesawat Sriwijaya Air dengan nomor register PK-CLC jatuh dari ketinggian sekitar 11 ribu kaki. Pesawat diduga
Pesawat berjenis Boeing 737-500 tersebut sempat diundur keberangkatannya karena faktor cuaca.
Berdasarkan data manifest, pesawat yang diproduksi tahun 1994 itu membawa 62 orang terdiri atas 50 penumpang dan 12 orang kru. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, tiga bayi. Sedangkan 12 kru terdiri atas, enam kru aktif dan enam kru ekstra.
Tim SAR gabungan hingga Minggu 10 Januari 2021 malam masih terus melakukan upaya pencarian korban di lokasi jatuhnya pesawat. Setidaknya 10 kantong jenazah berisi potongan tubuh korban telah ditemukan.
Mereka juga menyatakan telah menemukan lokasi Black Box Sriwijaya Air yang bisa mengungkap misteri jatuhnya pesawat tersebut. Namun hingga malam ini Black Box tersebut masih belum dapat ditemukan dan diangkat ke permukaan. (Tempo)