Iran Minta Pemerintah Indonesia Jelaskan Alasan Penyitaan Kapal Tanker oleh Bakamla
pada tanggal
26 Januari 2021
TEHRAN, LELEMUKU.COM- Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh meminta Indonesia memberikan penjelasan soal penyitaan kapal tanker berbendera negaranya.
Baca Juga
"Tanker pertama kali terdeteksi pada pukul 5:30 pagi waktu setempat menyembunyikan identitas mereka dengan tidak menunjukkan bendera nasional mereka, mematikan sistem identifikasi otomatis dan tidak menanggapi panggilan radio,” kata Kepala Bagian Humas dan Protokol Bakamla Kolonel Wisnu Pramandita.
Wisnu mengatakan kepada Reuters pada hari Senin bahwa kapal tersebut tertangkap basah mentransfer minyak dari MT Horse ke MT Freya dan ada tumpahan minyak di sekitarnya.
Seperti dikutip Reuters, Organisasi Maritim Internasional mengharuskan kapal menggunakan transponder untuk keselamatan dan transparansi. Kru bisa mematikan perangkat jika ada bahaya pembajakan atau bahaya serupa. Tetapi transponder sering kali ditutup untuk menyembunyikan lokasi kapal selama aktivitas terlarang.
Merujuk data pengiriman di Refinitiv Eikon, kedua supertanker yang masing-masing mampu membawa 2 juta barel minyak ini terakhir terlihat awal bulan di lepas pantai Singapura. Very Large Crude Carrier (VLCC) MT Horse, milik National Iranian Tanker Company (NITC), hampir terisi penuh dengan minyak sementara VLCC MT Freya, yang dikelola oleh Shanghai Future Ship Management Co, kosong, data menunjukkan.
NITC belum bisa dihubungi untuk dimintai komentar.
Pencarian oleh Reuters pada direktori perusahaan Cina menemukan bahwa alamat kantor terdaftar sebagai Shanghai Future Ship Management Co dan berada di bawah perusahaan lain bernama Shanghai Chengda Ship Management. Beberapa panggilan yang dilakukan ke kantor tidak dijawab.
Iran telah dituduh menyembunyikan tujuan penjualan minyaknya dengan menonaktifkan sistem pelacakan pada kapal tankernya, sehingga sulit untuk menilai berapa banyak ekspor minyak mentah Teheran karena berusaha untuk melawan sanksi Amerika Serikat.
Seperti diketahui, pada 2018, mantan Presiden Donald Trump menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir Iran 2015 dengan enam negara besar dan menerapkan kembali sanksi yang bertujuan untuk memotong ekspor minyak Teheran menjadi nol. (Tempo)
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Lelemuku.com selain "" di Grup Telegram Lelemuku.com. Klik link https://t.me/lelemukucom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.