Teori Konpirasi dari Kelompok Q Anon Masih Subur Pasca Pelantikan Joe Biden Jadi Presiden AS
pada tanggal
22 Januari 2021
WASHINGTON, LELEMUKU.COM - Selama beberapa tahun terakhir, ada kelompok penganut teori konspirasi yang bernama QAnon saling memotivai setiap anggotanya untuk mempercayai masa ketika mantan Presiden Donald Trump akan mengatur penangkapan massal, pengadilan militer, dan eksekusi atas musuh-musuhnya yang menyembah setan dan mengorbankan anak.
Salah satu perwakilan kelompok Q Anom menyatakan bahwa hari pelantikan Joe Biden adalah masa mereka untuk mempertahankan keyakinan mereka, sebab perhitungan yang mereka yakini akan datang untuk musuh-musuh Demokrat terkemuka dan musuh Trump siap terjadi.
Meski dilain sisi Pengikut QAnon bergulat dengan kemarahan, kebingungan, dan kekecewaan pada hari Rabu ketika Presiden Joe Biden dilantik.
Beberapa orang percaya menemukan cara untuk memutarbalikkan narasi teori konspirasi yang berbelit-belit agar sesuai dengan keyakinan mereka bahwa kemenangan Biden adalah ilusi dan bahwa Trump akan mengamankan masa jabatan kedua.
Yang lainnya, kata dia, berpegang pada gagasan bahwa Trump akan tetap menjadi "presiden bayangan" selama masa jabatan Biden.
Beberapa bahkan melontarkan gagasan bahwa upacara pelantikan itu dibuat oleh komputer atau bahwa Biden sendiri bisa menjadi "Q" yang misterius, yang konon adalah orang dalam pemerintah yang memposting petunjuk samar atau buram tentang konspirasi tersebut.
Namun, bagi banyak orang lainnya, kepergian Trump menimbulkan keraguan.
"Saya sangat takut sekarang, saya benar-benar merasa tidak akan terjadi apa-apa sekarang. Saya benar-benar hancur," tulis salah satu poster di saluran Telegram yang populer dengan orang-orang yang percaya QAnon.
Mike Rothschild, penulis buku QAnon yang berjudul "The Storm is Upon Us atau Badai Ada Dihadapan Kita," mengatakan masih terlalu dini untuk mengukur apakah gelombang kekecewaan yang melanda QAnon pada hari Rabu adalah titik balik atau kemunduran sekilas untuk gerakan tersebut.
“Saya pikir orang-orang ini telah menyerah terlalu banyak dan berkorban terlalu banyak dalam keluarga mereka dan dalam kehidupan pribadi mereka,” katanya.
"Mereka telah mempercayai hal ini sepenuhnya, sehingga menjauh dari peristiwa ini bukanlah hal yang nyata bagi kebanyakan mereka."
Saat pelantikan Biden berlangsung, banyak banyak papan pesandan grup online QAnon yang dipenuhi dengan olok-olokkan kepada konspirasi tersebut.
Beberapa poster QAnon yang sudah lama mengatakan mereka berencana untuk menjauh dari media sosial, meski hanya untuk sementara, mengikuti apa yang dilakukan Trump usai masa kepresidenannya.
QAnon muncul pada tahun 2017 melalui papan pesan online tanpa nama sebelum bermigrasi ke Twitter, Facebook, dan platform utama lainnya.
Meskipun platform Facebook dan Twitter berjanji tahun lalu untuk menghapus situs mereka dari QAnon, akun dengan ribuan pengikut setia tetap ada hingga saat ini.
Bahkan ketika perusahaan teknologi akhirnya menonaktifkan ribuan pengguna yang menggunakan retorika kekerasan untuk mendorong protes hasil pemilu di Capitol AS pada 6 Januari lalu.
Twitter mengumumkan telah menangguhkan lebih dari 70.000 akun QAnon pada hari-hari setelah kericuhan. Facebook, sementara itu membubarkan lebih dari 57.000 halaman, grup, profil Facebook, dan akun Instagram.
Sementara itu Donald Trump juga dilarang menggunakan akun Facebook, Twitter, dan YouTube miliknya.
Para pengikut QAnon lainnya masih menemukan cara untuk mempromosikan pesan mereka di Facebook dan Twitter, mendesak para pengikutnya untuk terus berharap bahwa Trump akan menemukan cara untuk tetap menjabat atau mengekspos jaringan tersembunyi dari para pemimpin pemerintah yang mereka yakini mengoperasikan berbagai kejahatan termasuk perdagangan manusia. (AP)