Inilah Alasan Lima Bahasa Daerah di Tanimbar Terancam Punah
pada tanggal
20 Februari 2021
SAUMLAKI, LELEMUKU.COM – Peniliti Kantor Bahasa Provinsi Maluku, Harlin, S.S mengungkapkan lima bahasa daerah di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, yaitu Bahasa Fordata, Yamdena, Selaru, Seluasa dan Makatian dari segi pemakaian terancam punah.
Ia mengatakan status tersebut berdasarkan kajian vitalitas bahasa daerah melalui kajian ilmiah atau kebahasaan dengan tujuan mengukur daya hidup atau status bahasa daerah mulai status aman hingga punah yang berkaitan dengan kajian pergeseran, pilihan dan kedwibahasaan pada 2015 dan 2016.
“Dari segi jumlah penutur di atas 1.000 orang, jadi masih aman. Tetapi segi pemakaiannya sudah terancam punah. Karena usia anak-anak hingga usia remaja sudah mulai acuh dengan bahasa daerah,” ungkap Harlin kepada Lelemuku.com pada Sabtu, 20 Februari 2021.
Menurutnya dari hasil penilitian, gejala yang menunjukkan pemakaian bahasa daerah di Tanimbar terancam punah dilihat dari susahnya menemukan anak-anak dan anak muda yang bisa menuturkan bahasa tersebut serta yang masih aktif dan fasih hanya penutur berusia 40 tahun ke atas.
“Data kajian dan penelitian kami, hasilnya ada yang pasif, tahu tetapi tidak bisa mengartikulasikan atau mengkomunikasikan ke orang lain. Itu salah satu gejala terancamnya bahasa daerah,” sebut Harlin.
Solusi yang ia sarankan guna menyelamatkan bahasa tersebut dari kepunahan adalah pembuatan kamus bahasa daerah dalam lima bahasa.
Selain itu, Harlin berharap kepada masyarakat penutur agar kembali mengaktifkan penggunaan kelima bahasa tersebut yang diawali dari orangtua turun kepada anak-anaknya, tetangga hingga organisasi kemasyarakatan.
“Ini harus cepat-cepat kita selamatkan. Mudah-mudahan setelah ada kamus atau buku secara tertulis yang bisa dipelajari oleh masyarakat penutur bahasa itu. Jangan cuek, mari kita melestarikan bahasa daerah, Ini tanggung jawab kita bersama,” pinta Harlin.
Kepunahan bahasa akan terjadi jika sekelompok pemakai bahasa bergeser ke bahasa baru secara total sehingga bahasa terdahulu tidak terpakai lagi.
Kepunahan bahasa berbeda-beda antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lainnya. kemampuan menghadapi tekanan dari luar dan dari dalam bahasa tersebut menentukan tingkat keterancaman dan kepunahan bahasa. (Laura Sobuber)