Susilo Bambang Yudhoyono Menyesal Beri Jabatan Tertinggi di TNI ke Moeldoko
pada tanggal
06 Maret 2021
JAKARTA, LELEMUKU.COM - Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan banyak yang tercengang dan tak percaya Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengambil alih partainya melalui KLB Demokrat.
"Banyak yang tidak percaya bahwa KSP Moeldoko yang bersekongkol dengan orang dalam benar-benar tega dan dengan darah dingin melakukan kudeta ini," kata Yudhoyono dalam konferensi pers, Jumat malam, 5 Maret 2021.
Sebelumnya, KLB Partai Demokrat yang digelar di Hotel The Hill, Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara menetapkan Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat periode 2021-2026. KLB juga menyatakan Ketua Umum Partai Demokrat hasil Kongres V, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), telah demisioner.
Yudhoyono mengatakan Moeldoko telah melakukan perebutan kepemimpinan yang tak terpuji, jauh dari sikap kesatria dan nilai-nilai moral. Menurut Yudhoyono, yang dilakukan Moeldoko itu hanya mendatangkan rasa malu bagi perwira dan prajurit yang pernah bertugas di jajaran Tentara Nasional Indonesia.
"Termasuk rasa malu dan rasa bersalah saya yang dulu beberapa kali memberikan kepercayaan dan jabatan kepadanya," kata dia. "Saya memohon ampun ke hadirat Allah Subhanahu wa ta'ala, Tuhan Yang Maha Kuasa atas kesalahan saya itu."
Ketika menjadi Presiden keenam, Yudhoyono memang pernah mempercayakan jabatan kepada Moeldoko. Pada 2013, Yudhoyono mengangkat Moeldoko sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) menggantikan adik iparnya, Pramono Edhie Wibowo yang memasuki masa pensiun.
Kemudian berselang tiga bulan, Yudhoyono mengajukan nama Moeldoko sebagai calon Panglima TNI ke Dewan Perwakilan Rakyat. Moeldoko kemudian menjabat Panglima TNI hingga pensiun pada 2015.
Yudhoyono mengatakan KLB Deli Serdang telah mendongkel dan merebut kepemimpinan dari Ketua Umum Partai Demokrat AHY yang telah diresmikan negara. Adapun Moeldoko, kata SBY, sebelumnya mengklaim pertemuannya dengan segelintir kader Demokrat hanya untuk minum kopi. "Tetapi hari ini sejarah telah mengabadikan apa yang terjadi di negara yang kita cintai ini," ujarnya.(Tempo)