Polisi Tangkap 3 Wanita Terkait Bom Bunuh Diri di Depan Katedral Makassar
pada tanggal
01 April 2021
MAKASSAR, LELEMUKU.COM - Polisi pada Selasa (30/3/2021) menangkap tiga perempuan di wilayah Sulawesi Selatan yang diduga memiliki keterkaitan dengan pasangan suami istri pelaku bom bunuh diri di gerbang Gereja Katedral Makassar pada Minggu, kata juru bicara kepolisian.
Ketiga perempuan dengan inisial MM, M dan MAN masing-masing diduga mengetahui rencana penyerangan, memberi motivasi, dan pernah mengikuti kajian dengan dua pelaku bom bunuh diri, kata Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Ahmad Ramadhan.
“MM ini perannya adalah mengetahui persis perencanaan amaliyah Lukman dan Dewi, dan juga memberikan motivasi kepada yang bersangkutan,” kata Ahmad, dalam keterangan pers di Jakarta.
Pada Senin, kepolisian mengungkap pasangan suami istri, L alias Lukman dan YSF alias Dewi, sebagai pelaku bom bunuh diri yang melukai sedikitnya 20 jemaah dari Gereja Katedral Makassar usai ibadah Misa, Minggu pagi.
Ahmad menambahkan, penangkapan ketiganya merupakan pengembangan dari sembilan orang anggota kelompok teror Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang ditangkap Densus 88 pascainsiden bom bunuh diri pada Minggu 28 Maret itu. Sembilan tersangka itu antara lain AS, SAS, MR, dan AA yang ditangkap di Makassar, dan juga lima lainnya di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).
“MM mendapat motivasi jihad dan sahid dari terduga SAS yang sudah ditangkap beberapa hari sebelumnya dan bersama-sama sudah ikut pembaiatan,” kata Ahmad.
Adapun tersangka M adalah kakak ipar dari SAS yang mengetahui kegiatan pengajian berisi doktrin jihad di perumahan Villa Mutiara, Makassar.
“Yang terakhir ini MAN. Dia melihat saudara L saat terakhir menggunakan motor berangkat menuju TKP lokasi pada saat rencana bom bunuh diri dan juga mengetahui SAS mengikuti kajian,” kata Ahmad.
Ahmad mengatakan polisi masih terus melakukan penyelidikan terhadap jaringan teroris di wilayah Makassar dan sekitarnya.
“Jadi untuk pengembangan di Makassar, tujuh orang dalam proses penyidikan dan meninggal dua orang. Total semua sementara sembilan orang,” tambahnya, dengan merujuk dua orang itu kepada pasangan suami istri pelaku bom bunuh diri.
Selain di Makassar, polisi juga menangkap empat lainnya di Jakarta dan Jawa Barat dengan inisial ZA (37), HH (56), AJ (46), dan BS (43).
Dalam rangkaian penangkapan di Jabodetabek tersebut, Densus 88 juga menemukan bahan peledak dan lima bom aktif bersumbu siap ledak. Adapula lima stoples besar berisi aseton, H2O2, HCL, sulfur, alumunium powder, dan termometer yang siap dirakit menjadi bahan peledak dengan jumlah mencapai empat kilogram.
Polisi tidak mengungkap apakah keempatnya terkait dengan aksi bom bunuh di Makassar.
BIN bantah kecolongan
Sementara itu, Badan Intelijen Negara (BIN) membantah pihaknya kecolongan dalam insiden bom bunuh diri yang dilakukan pasangan suami istri di depan Gereja Katedral Makassar.
Deputi VII BIN, Wawan Purwanto, mengaku pihaknya telah melakukan pemantauan terhadap jaringan JAD di Makassar sejak 2015, yang dibuktikan melalui penangkapan terduga teroris yang ikut dalam kajian di Villa Mutiara pada awal tahun ini.
“BIN tidak kecolongan, karena kami sudah monitor jaringan JAD sejak 2015 di Sulawesi Selatan,” kata Wawan dalam diskusi daring, Selasa.
Dalam pemantauan tersebut, BIN berhasil mengumpulkan sejumlah data dan menemukan adanya keterkaitan antara jaringan JAD Makassar dengan rencana aksi yang terkait dengan aksi teror di Poso, Sulawesi Tengah, oleh kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan kedua pelaku bom bunuh diri di gereja Makassar adalah buron aparat yang pernah ikut terlibat dalam aksi pengeboman gereja di Jolo, Filipina, awal 2019.
Wawan mengatakan, kedua pelaku bom bunuh diri bersama terduga lainnya sempat melarikan diri ke berbagai provinsi di Nusa Tenggara, Jawa hingga Sumatra.
Selain melarikan diri, para terduga pelaku juga berupaya menyembunyikan identitas diri dengan mengubah nama, pekerjaan, dan menutup komunikasi dengan kontak dengan kerabat lainnya.
“Sekarang (aparat) masih dalam pengejaran, terlepas mereka telah berpencar dan mencerai-beraikan diri sehingga tidak kumpul di satu tempat,” kata Wawan, tapi memberi penjelasan berapa banyak orang dalam pengejaran tersebut.
“Jadi memang ini masih perlu kerja keras dari kita semua dengan melibatkan semua stakeholders yang ada di Indonesia, tukasnya. (beritabenar)