Djauhari Oratmangun Sebut Berbagai Kerjasama Indonesia - Tiongkok Semakin Efektif
pada tanggal
26 Mei 2021
BEIJING, LELEMUKU.COM - Duta Besar Indonesia untuk Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Mongolia, Djauhari Oratmangun saat diwawancarai oleh stasiun TV swasta Tiongkok, Eye 1 Chongqing menyatakan bahwa kerjasama Indonesia dan RRT melalui kerjasama dibawah program Inisiatif Sabuk Satu Jalan atau Belt and Road Initiative semakin efektif.
"Kami menghubungkan inisiatif One Belt One Road yang diusulkan oleh Presiden Xi Jinping dengan konsep Global Ocean Pivot yang diusulkan oleh Presiden Joko Widodo. Pada tahun 2018, kedua belah pihak sepakat untuk membangun empat koridor ekonomi di Indonesia dalam dua kerangka tersebut diantaranya di Sumatera Utara, Bagian Utara Kalimantan sebagai pusat energi dan mineral, Sulawesi Utara sebagai pusat ekonomi di Lingkar Pasifik dan tentunya Bali sebagai pusat pariwisata dan inovasi teknologi. Sejauh ini, proyek-proyek tersebut berjalan dengan cukup baik," kata dia seperti dikutip Lelemuku.com pada Rabu 26 Mei 2021.
Dikatakan selain program tersebut, Indonesia dan Tiongkok juga bekerjasama melalui kemitraan Regional Comprehensive Economic Partnership Agreement (RCEP) yang merupakan perjanjian perdagangan bebas kawasan Asia -Pasifik terbesar di dunia yang ditandatangani pada 15 November 2020 lalu.
"RCEP diprakarsai oleh Indonesia saat kita menjadi ketua ASEAN saat itu, saat pelaksanaan KTT ASEAN di Bali. Sejak saat itu, proses negosiasi pun dimulai. Tentu saja Cina memainkan peran yang sangat penting dan kami berharap ke-15 negara peserta dapat terus memajukan proses domestiknya sehingga RCEP dapat dilaksanakan pada tahun 2022," kata dia.
Ia menyatakan Indonesia akan memperoleh manfaat dari RCEP. Sebab RCEP yang melibatkan Australia, Brunei, Kamboja, China, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Laos, Malaysia, Myanmar, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam ini diprediksi dapat menyumbang hampir 30% dari perdagangan dan investasi global.
"Jika RCEP dilaksanakan dengan arah yang benar, maka tidak hanya menguntungkan pemerintah dan negara peserta, tetapi yang lebih penting, juga akan menguntungkan masyarakat negara peserta. Oleh karena itu, kami berharap RCEP dapat diimplementasikan dalam waktu dekat," papar Oratmangun.
Saat ditanyai terkait tudingan media di Amerika Serikat yang menafsirkan RCEP sebagai langkah strategis bagi Tiongkok untuk menggunakan pengaruh politik di kawasan Asia-Pasifik. Dubes menyatakan hal itu sebagai hal yang lumrah.
"Saya pikir orang memiliki pendapat berbeda tentang ini. Seperti yang saya sebutkan tadi, penilaian masyarakat positif dan optimis, dan ini adalah kesepakatan ekonomi antara 15 negara peserta. Oleh karena itu, kami akan melanjutkan sesuai rencana," kata dia.
Ia menegaskan tahun 2020 menandai peringatan 70 tahun terjalinnya hubungan diplomatik antara China dan Indonesia. Sebab kedua negara mengalami perkembangan yang cukup berarti, terutama di era pasca-Pandemi COVID-19.
"Tiongkok dan Indonesia mulai melakukan kemitraan strategis. Tidak hanya berteman, tetapi juga mempercepat dan meningkatkan kerja sama, sehingga menjadi hubungan yang melampaui teman. Kemitraan strategis dan komprehensif ini juga harus tercermin dalam angka," kata dia.
Pada tahun 2020, jabarnya, volume perdagangan bilateral mendekati 79 miliar dolar AS. Pada bulan April 2021, para pemimpin kedua negara juga mengadakan komunikasi guna meningkatkan kerjasama tersebut.
"Oleh karena itu kolaborasi, kerjasama, dan pertukaran terbuka akan mempertemukan kita dan menantikan masa depan China dan Indonesia. Saya sangat optimis dan yakin dalam kerangka kemitraan strategis yang komprehensif, kedua belah pihak menjunjung tinggi semangat kerja sama, yang tentunya akan mendorong pembangunan berkelanjutan dan kemakmuran kedua negara dan berkontribusi pada perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran kawasan dan dunia," tutup dia. (Laura Sobuber)