PBB Temui Prayuth Chan-o-Cha, Minta Thailand Bantu Akhiri Krisis Myanmar
pada tanggal
16 Mei 2021
BANGKOK, LELEMUKU.COM - Utusan PBB Bertemu PM Thailand, Minta Bantuan untuk Akhiri Krisis Myanmar Utusan Khusus PBB untuk Myanmar Christine Schraner Burgener (kiri), berbicara dengan Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-o-cha dalam sebuah pertemuan di Gedung Pemerintah di Bangkok, Thailand, Jumat, 14 Mei 2021.
Juru bicara pemerintah Thailand via AP
Utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Myanmar bertemu secara tertutup dengan pemimpin Thailand pada hari Jumat, mencoba mencari solusi bagi krisis di Burma, di tengah belum diputuskannya siapa wakil ASEAN untuk dikirim ke negara yang dilanda konflik pasca kudeta itu.
Utusan khusus PBB Christine Schraner Burgener mengatakan kepada Perdana Menteri Prayuth Chan-o-Cha bahwa dia berharap Thailand dapat bekerja dengan militer Burma, yang menggulingkan pemerintah terpilih pada Februari, untuk membawa perdamaian kembali ke Myanmar, di mana hampir 800 orang telah tewas, pasca kudeta itu.
“Saya mengadakan pembicaraan yang sangat konstruktif hari ini di [Bangkok] dengan Perdana Menteri Prayuth Chan-o-cha dan Menteri Luar Negeri Don Pramudwinai tentang solusi damai di Myanmar untuk kepentingan rakyat,” tulis Schraner Burgener di Twitter-nya.
Menurut juru bicara pemerintah Thailand, utusan PBB itu mengatakan dia bertemu Prayuth untuk melanjutkan negosiasi tentang Myanmar, setelah pembicaraannya dengan para pemimpin dan diplomat lainnya - termasuk kepala junta Myanmar Min Aung Hlaing - dari negara-negara Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di sela-sela acara KTT khusus blok itu terkait Myanmar bulan lalu.
"Dia mengatakan harapannya agar Thailand bisa bekerja sama dengan angkatan bersenjata Myanmar untuk mencari solusi damai," demikian statemen dari Anucha Burapachaisri, juru bicara pemerintah Thailand.
Prayuth mengatakan kepada utusan PBB bahwa Thailand mendukung upaya untuk meredakan situasi di Myanmar, sebut pernyataan itu.
Prayuth, mantan jenderal angkatan darat yang merekayasa kudeta di negaranya sendiri pada tahun 2014, disebut dekat dengan militer Myanmar.
Thailand dan Myanmar adalah anggota dari ASEAN.
Utusan PBB Schraner Burgener telah berada di Thailand sejak awal April untuk memantau situasi di Myanmar dan berbicara dengan anggota ASEAN tentang cara terbaik untuk mengakhiri kekerasan setelah kudeta Burma.
Pasukan keamanan Burma telah menewaskan 788 orang - kebanyakan pengunjuk rasa anti-kudeta - sejak pengambilalihan oleh militer pada 1 Februari, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik kelompok hak asasi manusia Myanmar yang berbasis di Thailand.
Utusan Khusus ASEAN
Sementara itu, hampir satu bulan setelah KTT Khusus ASEAN di Jakarta, blok tersebut masih belum mengumumkan siapa utusan khusus yang akan dikirim untuk memfasilitasi dialog antar-pihak berkonflik di Myanmar, sementara para ahli di regional mengingatkan bahwa perhimpunan sudah kehabisan waktu menyusul ketegangan yang tak kunjung mereda di negara tersebut.
Selain menunjuk utusan khusus serta menyetujui untuk mengizinkan individu tersebut mengunjungi Myanmar, konsensus ASEAN juga menyerukan diakhirinya segera kekerasan, dialog konstruktif di antara semua pihak dan penyediaan bantuan kemanusiaan yang dikoordinasikan oleh blok tersebut.
Namun konsesus itu menjadi mentah kembali ketuka Junta Myanmar tidak menghentikan kekerasan dan terus melakukan pembunuhan kepada para pengunjuk rasa.
Pada 26 April, pimpinan junta mengatakan dia akan menindaklanjuti konsensus itu hanya setelah ada "stabilitas" di Myanmar.
Keesokan harinya, pemerintah sipil di Myanmar yang dibentuk oleh para pemimpin yang dilengserkan oleh junta dalam kudeta tersebut merespons dengan mengatakan tidak akan berpartisipasi dalam pembicaraan dengan militer, kecuali semua tahanan politik yang berjumlah lebih dari 3.000 tahanan politik dibebaskan. Tak seorang pun wakil dari pemerintah sipil ini diundang ke pertemuan ASEAN terkait Myanmar.
Selasa lalu, Menteri Luar Negeri Singapura mengatakan ASEAN perlu segera melaksanakan konsensus yang dicapai di Jakarta.
“Ini bukan proses yang mudah. Kerja sama Tatmadaw [angkatan bersenjata Myanmar] akan dibutuhkan,”kata Menteri Luar Negeri Vivian Balakrishnan saat menjawab pertanyaan di parlemen, menurut transkrip resmi.
Tanggapan yang “meremehkan” dari junta terhadap konsensus ASEAN itu menunjukkan batas-batas proses pengambilan keputusan berdasarkan konsensus yang "dibanggakan" oleh blok itu, kata Marzuki Darusman, mantan Jaksa Agung Indonesia dan mantan ketua misi pencarian fakta PBB tentang Myanmar.
"Sementara ASEAN memberikan Min Aung Hlaing perlakuan sangat terhormat di Jakarta, orang-orang sekarat di jalan-jalan berjuang mempertahankan demokrasi," tulisnya dalam sebuah artikel op-ed di Bangkok Post awal pekan ini.
Utusan khusus ASEAN untuk Myanmar “belum kelihatan, juga tidak ada dialog yang melibatkan oposisi,” kata Marzuki.
“Jika Myanmar adalah ujian utama bagi kemampuan ASEAN untuk menyelesaikan sebuah krisis, maka hasilnya adalah gagal.”
Pada hari Jumat, Bangkok Post menggemakan kritik itu dalam editorialnya.
Dunia sekali lagi melihat ke ASEAN "untuk melihat bagaimana blok itu akan menanggapi tantangan ini," demikian editorial media itu.
“Sejauh ini, belum ada langkah signifikan dari blok tersebut; sebaliknya, kesenyapan kolektif yang merupakan kekecewaan. Jika pun ada sesuatu, itu hanyalah kesan keliru yang disignalkan kepada Jenderal Jenderal Min Aung Hlaing yang menilai bahwa ASEAN memaafkan perilakunya. "
Ong Keng Yong dari S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS) di Universitas Nanyang Technological Singapore mengatakan Ketua ASEAN perlu sesegera mungkin menunjuk utusan khusus merujuk waktu yang sudah banyak terbuang usai konsensus disepakati para pemimpin kawasan.
“Walaupun saya yakin bahwa Utusan Khusus itu akan ditolak kehadirannya oleh pihak militer di Myanmar, tapi ASEAN tetap harus melakukan itu. Karena dalam pertemuan pemimpin ASEAN bulan lalu telah disepakati penunjukkan tanpa ada prasyarat apapun dari pihak-pihak yang hadir,” kata Ong dalam diskusi yang sama.
Menteri Luar Negeri Kedua Brunei Darussalam Dato Erywan Pehin Yusof mengatakan hingga saat ini ASEAN masih mempertimbangkan masukan dari berbagai pihak terkait siapa yang akan menjadi utusan khusus, meski mengamini bahwa kunjungan ke Myanmar perlu segera dilakukan.
“Kami menerima banyak masukan. Salah satu negara anggota ASEAN menyarankan untuk memilih utusan sesuai jumlah negara anggota, jadi ada kumpulan individu dari berbagai negara anggota yang akan berfokus pada aspek-aspek berbeda,” kata Erywan dalam diskusi daring pada Jumat (14/5).
Prayuth dan militer Burma
Secara terpisah, sebuah laporan di Nikkei Asia pada hari Rabu mengutip sumber tingkat tinggi yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa Thailand telah "menggunakan jalur belakang, dan [Prayuth dan Min Aung Hlaing] telah berkomunikasi tanpa harus bertemu."
Rujukannya adalah kritik terhadap Prayuth yang melewatkan pertemuan khusus para pemimpin ASEAN di Myanmar pada 24 April. Banyak analis yang mengatakan Perdana Menteri Thailand itu tidak hadir dalam pertemuan tersebut karena ia dekat denganpimpinan junta Myanmar.
"Perdana Menteri tidak harus menghadiri KTT ASEAN untuk bertemu [dengan Min Aung Hlaing]," kata sumber itu kepada Nikkei Asia.
Prayuth memilih Myanmar sebagai negara asing pertama yang dikunjungi setelah ia merebut kekuasaan pada Mei 2014, dan empat tahun kemudian, Thailand menganugerahi Min Aung Hlaing sebuah tanda kehormatan dari kerajaan itu.
Beberapa analis mengatakan minggu ini bahwa jika ada yang bisa meyakinkan junta Myanmar untuk menghentikan kekerasan, maka itu adalah Prayuth.
“Prayuth harus menggunakan hubungannya ini untuk menjelaskan bahwa harga yang harus dibayar karena keras kepala Tatmadaw terlalu tinggi untuk Thailand dan ASEAN. Dia harus menekan Min Aung Hlaing untuk mundur, "kata John Blaxland, profesor Kajian Keamanan dan Intelijen Internasional di Australian National University College of Asia and the Pacific, di Twitter.
“Prayuth memiliki pilihan. Dia hanya perlu untuk memutuskan.” (Wilawan Watcharasakwet/Ronna Nirmala | BeritaBenar)