Inilah 11 Varian COVID-19 yang Menyebar ke Seluruh Dunia
pada tanggal
31 Juli 2021
JAKARTA, LELEMUKU.COM - Sejak akhir tahun 2020, virus Corona atau COVID-19 telah bermutasi menjadi berbagai jenis baru atau varian.
Virus Corona varian baru tersebut telah muncul dan menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Sejauh ini, beberapa pakar dan institusi kesehatan di seluruh dunia, termasuk WHO, telah menemukan adanya mutasi virus SARS-CoV-2.
Varian atau jenis virus Corona penyebab COVID-19 yang baru ini dinamai varian Alfa, Beta, Gamma, Delta, Lambda, Kappa, Theta, Eta, Zeta, Epsilon dan Iota.
Pada dasarnya, semua virus, termasuk virus Corona atau SARS-CoV-2, memang bisa berubah dan mengalami mutasi seiring berjalannya waktu.
Hal ini merupakan salah satu bentuk pertahanan dari virus agar bisa terus berkembang biak.
Perubahan ini bisa berpengaruh pada laju penularan atau penyebaran virus serta tingkat keparahan penyakit dan dikhawatirkan bisa memengaruhi efektivitas vaksin COVID-19 yang telah tersedia.
Variants of concern
Suatu varian virus memiliki satu atau lebih mutasi yang membuatnya berbeda dari varian lain. Menurut WHO, ada beberapa varian virus Corona baru yang termasuk dalam varian yang perlu diwaspadai (variants of Concern), yaitu:
1. Varian Alfa
Kode varian: B. 1.1.7
Kasus pertama kali ditemukan: Inggris, September 2020
Tingkat penularan virus: 43–90% lebih mudah menular dari virus Corona sebelumnya
Tingkat keparahan infeksi: lebih berpotensi menimbulkan gejala berat dan risiko peningkatan risiko rawat inap dari virus Corona jenis awal
COVID-19 varian Alfa diketahui lebih cepat menular dan menyebar karena lebih mampu menembus sistem kekebalan tubuh manusia. Bahkan, sejak April 2021 varian ini sudah menjadi salah satu varian virus Corona yang dominan di Amerika Serikat dan Inggris.
Laporan kasus sejauh ini menunjukkan bahwa pasien COVID-19 yang terinfeksi virus Corona varian Alfa bisa mengalami gejala yang lebih parah. Namun, pada orang yang telah menerima vaksin COVID-19, gejala infeksi virus Corona varian ini umumnya lebih ringan.
2. Varian Beta
Kode varian: B. 1.351
Kasus pertama kali ditemukan: Afrika Selatan, Mei 2020
Tingkat penularan virus: belum diketahui
Tingkat keparahan infeksi: lebih berisiko menyebabkan COVID-19 gejala berat
COVID-19 varian Beta juga diketahui lebih mudah menular antarmanusia. Gejala infeksi virus Corona varian ini umumnya mirip dengan gejala COVID-19 secara umum, tetapi COVID-19 varian Beta diketahui lebih kebal terhadap beberapa jenis pengobatan.
Namun, penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa gejala COVID-19 varian Beta cenderung lebih ringan pada orang yang telah mendapatkan vaksin COVID-19, seperti vaksin Sinovac, Pfizer, dan Moderna.
3. Varian Gamma
Kode varian: P. 1
Kasus pertama kali ditemukan: Brazil, November 2020
Tingkat penularan virus: belum diketahui
Tingkat keparahan infeksi: cenderung kebal terhadap pengobatan COVID-19
COVID-19 varian ini pertama kali ditemukan di Brazil dan Jepang. Meski jenis mutasinya berbeda dengan varian lainnya, virus Corona varian Gamma diketahui dapat menimbulkan gejala yang mirip dengan varian lain, seperti varian Beta.
Hingga saat ini, efektivitas vaksin COVID-19 terhadap varian Gamma masih belum diketahui dengan jelas dan terus diteliti.
4. Varian Delta
Kode varian: B.1.617.2
Kasus pertama kali ditemukan: India, Oktober 2020
Tingkat penularan virus: 30–100% lebih mudah menular dari varian Alfa
Tingkat keparahan infeksi: potensi peningkatan risiko dibutuhkannya rawat inap hampir dua kali lipat dari varian Alfa
Varian Delta dari virus Corona adalah varian yang paling mudah menular dan menyebar dengan cepat. Sejak awal ditemukan kasus hingga Juni 2021, infeksi varian Delta sudah menyebar ke 74 negara dan bahkan sudah menjadi varian dominan di India dan Inggris.
Infeksi virus Corona varian Delta diketahui lebih sering ditemukan pada orang dewasa muda. Di Inggris, penelitian menemukan bahwa anak-anak dan orang dewasa di bawah umur 50 tahun hampir tiga kali lebih berisiko untuk terinfeksi varian ini.
Hingga saat ini, penyebab mengapa virus Corona varian Delta sangat cepat menyebar dan lebih berbahaya masih belum diketahui. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada dua kemungkinan alasannya, yaitu virus Corona varian Delta lebih cepat berkembang biak dan lebih mudah memasuki serta kuat melawan sel tubuh manusia.
Namun, kabar baiknya penelitian sejauh ini menunjukkan bahwa vaksin COVID-19, seperti vaksin Astrazenca dan vaksin Pfizer, dinilai mampu memberikan perlindungan hingga sekitar 60–79% terhadap varian Delta dengan dosis pemberian penuh sebanyak 2 dosis.
Variants of interest
Selain varian diatas, ada pula isolat SARS-CoV-2 adalah Variant of Interest (VOI) jika, dibandingkan dengan isolat referensi, genomnya memiliki mutasi dengan implikasi fenotipik yang telah ditetapkan atau masih dugaan.
Selain itu virus yang termasuk dalam VOI ini merupakan salah satu dari: Virus yang telah diidentifikasi menyebabkan penularan komunitas/beberapa kasus/cluster Covid-19, atau telah terdeteksi di banyak negara; atau Virus yang telah dinilai sebagai VOI oleh WHO dengan berkonsultasi dengan Kelompok Kerja Evolusi Virus SARS-CoV-2 WHO.
Adapun virus yang termasuk variant of interest, antara lain:
5. Varian Lambda
Kode varian: C. 37
Kasus pertama kali ditemukan: Peru, Desember 2020
Tingkat penularan virus: belum diketahui
Tingkat keparahan infeksi: belum diketahui
Virus Corona varian Lambda pertama kali ditemukan di Peru dan beberapa negara lain di Amerika latin dan kini telah menyebar ke Eropa dan Inggris.
Berbeda dengan jenis varian Alfa, Beta, Gamma, dan Delta, WHO menyatakan bahwa varian jenis ini sebagai variant of interest atau masih diteliti lebih lanjut tingkat penularan dan keparahan infeksinya.
Hingga saat ini, belum ditemukan bukti yang cukup untuk memastikan apakah COVID-19 varian Lambda lebih mudah menular atau lebih berat gejalanya dibandingkan varian lain tersebut. Namun, laporan kasus sejauh ini menunjukkan bahwa tingkat penularannya tidak berbeda jauh dengan virus Corona jenis pertama.
Selain itu, beberapa riset juga menunjukkan vaksin COVID-19 dapat memberikan perlindungan terhadap virus Corona varian ini.
6. Varian Kappa
Kode varian: 1.617.2
Kasus pertama kali ditemukan: India, Oktober 2020
Tingkat penularan virus: belum diketahui
Tingkat keparahan infeksi: belum diketahui
Menurut laporan kasus COVID-19 nasional, COVID-19 varian Kappa diketahui telah masuk ke Indonesia di bulan Juli 2021. COVID-19 varian Kappa memiliki pola mutasi yang mirip dengan varian Delta, tetapi tingkat penularan dan keparahan infeksinya masih belum diketahui.
Meski demikian, beberapa penelitian sejauh ini mengatakan bahwa COVID-19 varian Kappa tidak menunjukkan tingkat penularan atau keparahan infeksi yang lebih parah dibandingkan COVID-19 jenis awal. Efektivitas vaksin dan pengobatan COVID-19 terhadap COVID-19 jenis baru ini juga masih terus diteliti.
Sama seperti varian Lambda, COVID-19 varian Kappa juga hingga saat ini masih dikategorikan esbagai variant of interest oleh WHO.
7. Varian Theta
Kode varian : P.3
Kasus pertama kali ditemukan : Filipina, Januari 2021.
Tingkat penularan virus: belum diketahui
Tingkat keparahan infeksi: belum diketahui
Ini adalah salah satu varian SARS-CoV-2 yang pertama kali diidentifikasikan di Filipina pada Januari 2021 saat dua mutasi terdeteksi di Visayas Tengah.
Varian tersebut terdeteksi di Jepang pada 12 Maret 2021 saat seorang pendatang dari Filipina datang ke Bandar Udara Narita, Tokyo.
Varian tersebut berbeda dari varian-varian yang mula-mula ditemukan di Britania Raya, Afrika Selatan dan Brasil, dan dianggap memiliki ancaman serupa.
8. Varian Eta
Kode varian : B.1.525
Kasus pertama kali ditemukan : Inggris dan Nigeria, Desember 2020.
Tingkat penularan virus: belum diketahui
Tingkat keparahan infeksi: belum diketahui
Varian ini merupakan satu-satunya yang tidak spesifik ditemukan diberbagai negara karena hampir semua negara memiliki varian ini. Varian ini terdeteksi pada Desember 2020 di Inggris dan Nigeria. Pada 5 Maret, varian ini telah terdeteksi di 23 negara.
Para ahli Inggris menganggap varian ini membutuhkan studi lebih lanjut sebelum diputuskan sebagai varian yang mengkhawatirkan.
9. Varian Zeta
Kode varian : P.2
Kasus pertama kali ditemukan : Brazil, Februari 2020.
Tingkat penularan virus: belum diketahui
Tingkat keparahan infeksi: belum diketahui
Varian Zeta atau Lineage P.2 pertama kali terdeteksi di negara bagian Rio de Janeiro, Brazil. Varian oni berkembang secara independen di Rio de Janeiro tanpa berhubungan langsung dengan varian gamma.
Zeta dianggap sebagai varian yang menarik, tetapi bukan varian yang menjadi perhatian. Pada Juli 2021, Zeta tidak lagi dianggap sebagai varian yang menarik oleh WHO.
10. Varian Epsilon
Kode varian : B.1.427/B.1.429
Kasus pertama kali ditemukan : California, Amerika Serikat, Maret 2020
Tingkat penularan virus: belum diketahui
Tingkat keparahan infeksi: belum diketahui
Varian Epsilon, juga dikenal sebagai Cal.20C adalah salah satu varian SARS-COV-2, virus yang menyebabkan Covid-19.
Pada Juli 2021, Epsilon tidak lagi dianggap sebagai varian yang tidak memprihatinkan oleh WHO.
11. Varian Iota
Kode varian : B.1.526
Kasus pertama kali ditemukan : Amerika Serikat, November 2020.
Tingkat penularan virus: belum diketahui
Tingkat keparahan infeksi: belum diketahui
Varian Iota adalah salah satu varian SARS-COV-2 yang pertama kali terdeteksi di New York City pada bulan November 2020. Varian telah muncul dengan dua mutasi penting: Mutasi Spike E484K, yang dapat membantu virus menghindar antibodi, dan mutasi S477N, yang dapat membantu virus mengikat sel manusia secara lebih erat .
Pada Februari 2021, varian ini telah menyebar dengan cepat di wilayah New York. Pada tanggal 11 April 2021, varian telah terdeteksi di setidaknya 48 negara AS dan 18 negara.
WHO menganggap Iota sebagai varian yang menarik (VOI), tetapi belum menjadi varian yang menjadi perhatian.
Gejala Umum COVID-19
Perbedaan varian COVID-19 yang penting untuk dipahami. Sebab dengan adanya penyebaran varian baru tersebut gejala COVID-19 bisa bervariasi juga tingkat keparahannya.
Namun, secara umum, gejala COVID-19 yang timbul akibat infeksi virus Corona varian baru tersebut tidak jauh berbeda dengan gejala COVID-19 pada umumnya, antara lain: Batuk, Demam, Sakit kepala, Sakit tenggorokan, Nyeri otot, dan Anosmia (kehilangan indra penciuman).
Pada kasus tertentu, COVID-19 varian Alfa, Beta, Gamma, dan Delta juga bisa menimbulkan gejala yang lebih parah, seperti sesak napas, dada berdebar-debar, berkurangnya nafsu makan, hingga penurunan kesadaran atau koma.
Gejala berat tersebut umumnya akan lebih berisiko muncul pada kelompok lansia atau penderita penyakit penyerta, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, atau asma.
Oleh karena itu, jika Anda mengalami gejala COVID-19, janganlah mengganggap sepele kondisi ini dan segeralah lakukan isolasi mandiri, mengingat varian COVID-19 Alfa, Beta dan Delta sudah ditemukan di Indonesia. Apabila gejala yang dirasakan tak kunjung membaik, segera periksakan diri Anda ke dokter. Untuk mendiagnosis COVID-19, dokter dapat menyarankan tes PCR.
Apa pun jenis variannya, cara terbaik untuk mencegah penularan virus Corona adalah dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan, yakni rajin mencuci tangan, mengenakan masker, selalu menjaga jarak dengan orang lain, dan menghindari keramaian.
Selain itu, vaksinasi juga merupakan pilihan efektif untuk memberikan perlindungan terhadap beragam varian virus Corona yang baru tersebut. (WHO/Tempo)
Sejauh ini, beberapa pakar dan institusi kesehatan di seluruh dunia, termasuk WHO, telah menemukan adanya mutasi virus SARS-CoV-2.
Varian atau jenis virus Corona penyebab COVID-19 yang baru ini dinamai varian Alfa, Beta, Gamma, Delta, Lambda, Kappa, Theta, Eta, Zeta, Epsilon dan Iota.
Pada dasarnya, semua virus, termasuk virus Corona atau SARS-CoV-2, memang bisa berubah dan mengalami mutasi seiring berjalannya waktu.
Hal ini merupakan salah satu bentuk pertahanan dari virus agar bisa terus berkembang biak.
Perubahan ini bisa berpengaruh pada laju penularan atau penyebaran virus serta tingkat keparahan penyakit dan dikhawatirkan bisa memengaruhi efektivitas vaksin COVID-19 yang telah tersedia.
Variants of concern
Suatu varian virus memiliki satu atau lebih mutasi yang membuatnya berbeda dari varian lain. Menurut WHO, ada beberapa varian virus Corona baru yang termasuk dalam varian yang perlu diwaspadai (variants of Concern), yaitu:
1. Varian Alfa
Kode varian: B. 1.1.7
Kasus pertama kali ditemukan: Inggris, September 2020
Tingkat penularan virus: 43–90% lebih mudah menular dari virus Corona sebelumnya
Tingkat keparahan infeksi: lebih berpotensi menimbulkan gejala berat dan risiko peningkatan risiko rawat inap dari virus Corona jenis awal
COVID-19 varian Alfa diketahui lebih cepat menular dan menyebar karena lebih mampu menembus sistem kekebalan tubuh manusia. Bahkan, sejak April 2021 varian ini sudah menjadi salah satu varian virus Corona yang dominan di Amerika Serikat dan Inggris.
Laporan kasus sejauh ini menunjukkan bahwa pasien COVID-19 yang terinfeksi virus Corona varian Alfa bisa mengalami gejala yang lebih parah. Namun, pada orang yang telah menerima vaksin COVID-19, gejala infeksi virus Corona varian ini umumnya lebih ringan.
2. Varian Beta
Kode varian: B. 1.351
Kasus pertama kali ditemukan: Afrika Selatan, Mei 2020
Tingkat penularan virus: belum diketahui
Tingkat keparahan infeksi: lebih berisiko menyebabkan COVID-19 gejala berat
COVID-19 varian Beta juga diketahui lebih mudah menular antarmanusia. Gejala infeksi virus Corona varian ini umumnya mirip dengan gejala COVID-19 secara umum, tetapi COVID-19 varian Beta diketahui lebih kebal terhadap beberapa jenis pengobatan.
Namun, penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa gejala COVID-19 varian Beta cenderung lebih ringan pada orang yang telah mendapatkan vaksin COVID-19, seperti vaksin Sinovac, Pfizer, dan Moderna.
3. Varian Gamma
Kode varian: P. 1
Kasus pertama kali ditemukan: Brazil, November 2020
Tingkat penularan virus: belum diketahui
Tingkat keparahan infeksi: cenderung kebal terhadap pengobatan COVID-19
COVID-19 varian ini pertama kali ditemukan di Brazil dan Jepang. Meski jenis mutasinya berbeda dengan varian lainnya, virus Corona varian Gamma diketahui dapat menimbulkan gejala yang mirip dengan varian lain, seperti varian Beta.
Hingga saat ini, efektivitas vaksin COVID-19 terhadap varian Gamma masih belum diketahui dengan jelas dan terus diteliti.
4. Varian Delta
Kode varian: B.1.617.2
Kasus pertama kali ditemukan: India, Oktober 2020
Tingkat penularan virus: 30–100% lebih mudah menular dari varian Alfa
Tingkat keparahan infeksi: potensi peningkatan risiko dibutuhkannya rawat inap hampir dua kali lipat dari varian Alfa
Varian Delta dari virus Corona adalah varian yang paling mudah menular dan menyebar dengan cepat. Sejak awal ditemukan kasus hingga Juni 2021, infeksi varian Delta sudah menyebar ke 74 negara dan bahkan sudah menjadi varian dominan di India dan Inggris.
Infeksi virus Corona varian Delta diketahui lebih sering ditemukan pada orang dewasa muda. Di Inggris, penelitian menemukan bahwa anak-anak dan orang dewasa di bawah umur 50 tahun hampir tiga kali lebih berisiko untuk terinfeksi varian ini.
Hingga saat ini, penyebab mengapa virus Corona varian Delta sangat cepat menyebar dan lebih berbahaya masih belum diketahui. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada dua kemungkinan alasannya, yaitu virus Corona varian Delta lebih cepat berkembang biak dan lebih mudah memasuki serta kuat melawan sel tubuh manusia.
Namun, kabar baiknya penelitian sejauh ini menunjukkan bahwa vaksin COVID-19, seperti vaksin Astrazenca dan vaksin Pfizer, dinilai mampu memberikan perlindungan hingga sekitar 60–79% terhadap varian Delta dengan dosis pemberian penuh sebanyak 2 dosis.
Variants of interest
Selain varian diatas, ada pula isolat SARS-CoV-2 adalah Variant of Interest (VOI) jika, dibandingkan dengan isolat referensi, genomnya memiliki mutasi dengan implikasi fenotipik yang telah ditetapkan atau masih dugaan.
Selain itu virus yang termasuk dalam VOI ini merupakan salah satu dari: Virus yang telah diidentifikasi menyebabkan penularan komunitas/beberapa kasus/cluster Covid-19, atau telah terdeteksi di banyak negara; atau Virus yang telah dinilai sebagai VOI oleh WHO dengan berkonsultasi dengan Kelompok Kerja Evolusi Virus SARS-CoV-2 WHO.
Adapun virus yang termasuk variant of interest, antara lain:
5. Varian Lambda
Kode varian: C. 37
Kasus pertama kali ditemukan: Peru, Desember 2020
Tingkat penularan virus: belum diketahui
Tingkat keparahan infeksi: belum diketahui
Virus Corona varian Lambda pertama kali ditemukan di Peru dan beberapa negara lain di Amerika latin dan kini telah menyebar ke Eropa dan Inggris.
Berbeda dengan jenis varian Alfa, Beta, Gamma, dan Delta, WHO menyatakan bahwa varian jenis ini sebagai variant of interest atau masih diteliti lebih lanjut tingkat penularan dan keparahan infeksinya.
Hingga saat ini, belum ditemukan bukti yang cukup untuk memastikan apakah COVID-19 varian Lambda lebih mudah menular atau lebih berat gejalanya dibandingkan varian lain tersebut. Namun, laporan kasus sejauh ini menunjukkan bahwa tingkat penularannya tidak berbeda jauh dengan virus Corona jenis pertama.
Selain itu, beberapa riset juga menunjukkan vaksin COVID-19 dapat memberikan perlindungan terhadap virus Corona varian ini.
6. Varian Kappa
Kode varian: 1.617.2
Kasus pertama kali ditemukan: India, Oktober 2020
Tingkat penularan virus: belum diketahui
Tingkat keparahan infeksi: belum diketahui
Menurut laporan kasus COVID-19 nasional, COVID-19 varian Kappa diketahui telah masuk ke Indonesia di bulan Juli 2021. COVID-19 varian Kappa memiliki pola mutasi yang mirip dengan varian Delta, tetapi tingkat penularan dan keparahan infeksinya masih belum diketahui.
Meski demikian, beberapa penelitian sejauh ini mengatakan bahwa COVID-19 varian Kappa tidak menunjukkan tingkat penularan atau keparahan infeksi yang lebih parah dibandingkan COVID-19 jenis awal. Efektivitas vaksin dan pengobatan COVID-19 terhadap COVID-19 jenis baru ini juga masih terus diteliti.
Sama seperti varian Lambda, COVID-19 varian Kappa juga hingga saat ini masih dikategorikan esbagai variant of interest oleh WHO.
7. Varian Theta
Kode varian : P.3
Kasus pertama kali ditemukan : Filipina, Januari 2021.
Tingkat penularan virus: belum diketahui
Tingkat keparahan infeksi: belum diketahui
Ini adalah salah satu varian SARS-CoV-2 yang pertama kali diidentifikasikan di Filipina pada Januari 2021 saat dua mutasi terdeteksi di Visayas Tengah.
Varian tersebut terdeteksi di Jepang pada 12 Maret 2021 saat seorang pendatang dari Filipina datang ke Bandar Udara Narita, Tokyo.
Varian tersebut berbeda dari varian-varian yang mula-mula ditemukan di Britania Raya, Afrika Selatan dan Brasil, dan dianggap memiliki ancaman serupa.
8. Varian Eta
Kode varian : B.1.525
Kasus pertama kali ditemukan : Inggris dan Nigeria, Desember 2020.
Tingkat penularan virus: belum diketahui
Tingkat keparahan infeksi: belum diketahui
Varian ini merupakan satu-satunya yang tidak spesifik ditemukan diberbagai negara karena hampir semua negara memiliki varian ini. Varian ini terdeteksi pada Desember 2020 di Inggris dan Nigeria. Pada 5 Maret, varian ini telah terdeteksi di 23 negara.
Para ahli Inggris menganggap varian ini membutuhkan studi lebih lanjut sebelum diputuskan sebagai varian yang mengkhawatirkan.
9. Varian Zeta
Kode varian : P.2
Kasus pertama kali ditemukan : Brazil, Februari 2020.
Tingkat penularan virus: belum diketahui
Tingkat keparahan infeksi: belum diketahui
Varian Zeta atau Lineage P.2 pertama kali terdeteksi di negara bagian Rio de Janeiro, Brazil. Varian oni berkembang secara independen di Rio de Janeiro tanpa berhubungan langsung dengan varian gamma.
Zeta dianggap sebagai varian yang menarik, tetapi bukan varian yang menjadi perhatian. Pada Juli 2021, Zeta tidak lagi dianggap sebagai varian yang menarik oleh WHO.
10. Varian Epsilon
Kode varian : B.1.427/B.1.429
Kasus pertama kali ditemukan : California, Amerika Serikat, Maret 2020
Tingkat penularan virus: belum diketahui
Tingkat keparahan infeksi: belum diketahui
Varian Epsilon, juga dikenal sebagai Cal.20C adalah salah satu varian SARS-COV-2, virus yang menyebabkan Covid-19.
Pada Juli 2021, Epsilon tidak lagi dianggap sebagai varian yang tidak memprihatinkan oleh WHO.
11. Varian Iota
Kode varian : B.1.526
Kasus pertama kali ditemukan : Amerika Serikat, November 2020.
Tingkat penularan virus: belum diketahui
Tingkat keparahan infeksi: belum diketahui
Varian Iota adalah salah satu varian SARS-COV-2 yang pertama kali terdeteksi di New York City pada bulan November 2020. Varian telah muncul dengan dua mutasi penting: Mutasi Spike E484K, yang dapat membantu virus menghindar antibodi, dan mutasi S477N, yang dapat membantu virus mengikat sel manusia secara lebih erat .
Pada Februari 2021, varian ini telah menyebar dengan cepat di wilayah New York. Pada tanggal 11 April 2021, varian telah terdeteksi di setidaknya 48 negara AS dan 18 negara.
WHO menganggap Iota sebagai varian yang menarik (VOI), tetapi belum menjadi varian yang menjadi perhatian.
Gejala Umum COVID-19
Perbedaan varian COVID-19 yang penting untuk dipahami. Sebab dengan adanya penyebaran varian baru tersebut gejala COVID-19 bisa bervariasi juga tingkat keparahannya.
Namun, secara umum, gejala COVID-19 yang timbul akibat infeksi virus Corona varian baru tersebut tidak jauh berbeda dengan gejala COVID-19 pada umumnya, antara lain: Batuk, Demam, Sakit kepala, Sakit tenggorokan, Nyeri otot, dan Anosmia (kehilangan indra penciuman).
Pada kasus tertentu, COVID-19 varian Alfa, Beta, Gamma, dan Delta juga bisa menimbulkan gejala yang lebih parah, seperti sesak napas, dada berdebar-debar, berkurangnya nafsu makan, hingga penurunan kesadaran atau koma.
Gejala berat tersebut umumnya akan lebih berisiko muncul pada kelompok lansia atau penderita penyakit penyerta, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, atau asma.
Oleh karena itu, jika Anda mengalami gejala COVID-19, janganlah mengganggap sepele kondisi ini dan segeralah lakukan isolasi mandiri, mengingat varian COVID-19 Alfa, Beta dan Delta sudah ditemukan di Indonesia. Apabila gejala yang dirasakan tak kunjung membaik, segera periksakan diri Anda ke dokter. Untuk mendiagnosis COVID-19, dokter dapat menyarankan tes PCR.
Apa pun jenis variannya, cara terbaik untuk mencegah penularan virus Corona adalah dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan, yakni rajin mencuci tangan, mengenakan masker, selalu menjaga jarak dengan orang lain, dan menghindari keramaian.
Selain itu, vaksinasi juga merupakan pilihan efektif untuk memberikan perlindungan terhadap beragam varian virus Corona yang baru tersebut. (WHO/Tempo)