Australia Kehilangan 30 Persen Hewan Koala dalam 3 Tahun Terakhir
pada tanggal
28 September 2021
CANBERRA, LELEMUKU.COM - Yayasan Koala Australia mengatakan negara itu telah kehilangan sekitar 30 persen populasi koala selama tiga tahun terakhir akibat dilanda kekeringan, kebakaran hutan dan penebangan pohon untuk pembukaan lahan perumahan.
Kelompok nirlaba independen tersebut memperkirakan populasi koala telah turun menjadi kurang dari 58.000 tahun ini dari jumlah sebelumnya yang mencapai lebih dari 80.000 pada 2018. Penurunan populasi terburuk terjadi di negara bagian New South Wales, di mana jumlahnya turun hingga 41 persen.
"Penurunannya cukup dramatis," kata Ketua Yayasan Koala Australia Deborah Tabart, Selasa (21/9), sebagaimana dikutip dariReuters.
Tidak ada tren kenaikan keberadaan koala di wilayah Australia mana pun. Hanya satu daerah dalam penelitian yang diperkirakan memiliki lebih dari 5.000 koala, dan beberapa daerah diperkirakan memiliki sedikitnya lima atau 10.
Tabart mengatakan negara itu membutuhkan undang-undang perlindungan koala.
"Saya hanya berpikir bahwa (memulai) tindakan (perlindungan) saat ini sangatlah penting. Saya tahu bahwa itu mungkin terdengar seperti kisah kelangkaan dan kehancuran yang tak ada habisnya, tetapi angka-angka ini benar. (Dan) ada kemungkinan bahwa jumlah sebenernya lebih buruk," katanya kepadaReuters.
Penurunan di New South Wales kemungkinan dipercepat setelah sebagian besar hutan hancur dalam kebakaran hutan pada akhir 2019 dan awal 2020, tetapi beberapa dari daerah tersebut sudah tidak memiliki koala.
"Yang kami khawatirkan adalah tempat-tempat seperti bagian barat New South Wales di mana kekeringan terjadi selama sepuluh tahun terakhir baru saja memiliki efek kumulatif - sistem sungai benar-benar kering selama bertahun-tahun dan pohonriver red gum,yang merupakan sumber kehidupan koala, mati," dia berkata.
Selain dampak kekeringan dan kebakaran, pembukaan lahan oleh pengembang properti dan pembangun jalan telah menghancurkan habitat hewan berkantung yang ikonik itu.
"Saya pikir semua orang mengerti (bahwa) kita harus berubah. Tapi jika buldoser itu terus bekerja, maka saya sangat kahwatir (akan nasib) para koala," kata Tabart. (VOA)