Persidangan Kasus Penerimaan Mahasiswa Varsity Blues di Pengadilan Boston Janjikan Hal baru
pada tanggal
28 September 2021
WASHINGTON, LELEMUKU.COM - Seleksi juri dimulai Rabu (8/9./2021) di pengadilan federal di Boston dalam kasus terhadap dua orang tua - mantan eksekutif kasino Gamal Abdelaziz dan mantan eksekutif Staples and Gap Inc. John Wilson. Mereka dituduh membayar ratusan ribu dolar untuk membantu anak-anak mereka diterima di University of Southern California (USC) dengan berbohong menyatakan mereka direkrut sebagai atlet.
Meskipun mereka termasuk di antara puluhanorang tua terkenal, pelatih atletik, dan yang lainnya yang ditangkap di seluruh negeri ketika kasus itu menjadi berita utama lebih dari dua tahun lalu, kasus mereka adalah yang pertama diadili.
Pengacara diperkirakan akan menyatakan bahwa klien mereka yakinpembayaran mereka adalah sumbangan yang sah dan bahwa perlakuan USC terhadap anak-anak mereka adalah hal yang rutin bagi orang tua yang berkantong tebal.
"Pemerintah tampaknya ingin memberikan bukti sepihak bahwa 'sekolah tidak benar' memberikan perlakuan penerimaan khusus karena sumbangan sementara pada saat yang sama menghalangibukti terdakwa bahwa, pada kenyataannya, sekolah menyetujui pengaturan ini," tulis pengacara kedua eksekutif itu dalam dokumen pengadilan.
Jaksa mengatakan pembela hanya mencoba memperkeruh situasi dalam kasus yang jelas-jelas kebohongan dan penipuan.
Sejak Maret 2019, sejumlah orang tua kaya telah mengaku bersalah membayar mahal untuk membantuanak-anak mereka diterima di sekolah elit dengan nilai ujian yang dicurangi atau tanda pengenal atletik palsu. Kelompok itu - termasuk aktris TV Felicity Huffman dan Lori Loughlin dan suami perancang busana Loughlin, Mossimo Giannulli,telah menerima hukuman mulai dari masa percobaan hingga hukuman penjara selama sembilan bulan.
Haley Mandelberg, seorang pendudukBoston,Massachusets, di mana Felicity Huffman dihukum 14 hari penjara September tahun lalu, mengikuti kasus skandal penerimaan mahasiswa ini.
"Saya kira menarik bahwa ini terjadi di sebuah kota perguruan tinggi yang besar. Saya kira penerimaan perguruan tinggi harus menjadi sistem yang didasarkan pada prestasi, jadi menarik untuk menyaksikan apa yang terjadi di sini. Orang-orang membayar untuk memasukkan anak-anak mereka ke perguruan tinggi," katanya kepada kantor berita AFP.
"Tidak terlalu mengejutkan kan? Maksud saya, kalau orang memiliki sarana, terutama para bintang film yang membayar untuk bisa diterima di perguruan tinggi - kita beranggapan itulah yang terjadi - jadi saya tidak terkejut. Saya senang itu sekarang terungkap," ujar Oliver Thorn penduduk Boston lainnya
Sekarang, jaksa menghadapi tantangan untuk meyakinkan juri bahwa dua dari orang tua yang tersisa bersalah.
Abdelaziz, dari Las Vegas, dituduh membayar $300 ribu untuk badan amal palsu yang dijalankan oleh dalang skema penerimaan mahasiswa ini,konsultan penerimaan mahasiswa Rick Singeruntuk memasukkan putri Abdelaziz ke USC sebagai atlet bola basket. Jaksa mengatakan Abdelaziz menandatangani profil atletik yang memuji mahasiswi itu sebagai bintang olah raga, meskipun ia bahkan tidak masuk tim basket di SMU-nya.
Wilson, yang mengepalai sebuah perusahaan ekuitas swasta di Massachusetts, dituntut karena membayar $220 ribu agar putranya ditunjuk sebagai atlet yang direkrut untuk tim polo air USC. Ia membayar tambahan $1 juta agar putri kembarnya diterima di Harvard dan Stanford.
Jaksa mengatakan Singer memberi tahu Wilson bahwa ia tidak bisa menempatkan keduaanak perempuannya dalam tim layar Stanford karena - menurut Singer - pelatih "benar-benar harus merekrut beberapa atlet sesungguhnya supaya tidak diketahui oleh Stanford."
Seorang pengacara Abdelaziz menolak berkomentar sebelum persidangan, danpengacara Wilson tidak menanggapi pesan untuk berkomentar.
Pengacara dalam dokumen pengadilanberargumen klien mereka tidak mengetahui informasi palsu yang disampaikan mengenai anak-anak mereka. Mereka mengatakan USC tidak bisa menjadi korban penipuan karena universitas itu secara teratur memberi penghargaan kepada para donatur dengan memberikan perlakuan khusus kepada anak-anak mereka untuk diterima di universitas tersebut.
Jaksa menuduh pembela mencoba mengubah kasus ini menjadi persidangan mengenai kebijakan USC dalam penerimaan mahasiswa, bukannya mengenai apakah orang tua setuju untuk berbohong dan mengarang tentang kredensial atletik anak-anak mereka. USC sebelumnya mengatakan tidak mengetahui skema Singer sampai 2018 ketika mulai bekerja sama dengan penyelidik.
Hakim kepada tim pembela pada sidang baru-baru ini mengatakan bahwa "USC tidak diadili." Hakim mengatakan pengacara orang tua akan diizinkan untuk mengajukan bukti bahwa universitas itu menerima mahasiswa lain yang tidak memenuhi syarat dengan donasi orang tuanya, hanya jika terdakwa menyadarinya pada saat mereka membayar dugaan suap.
Pengacara telah berusaha untuk memblokir jaksa memaparkan bukti tentang pendapatan, kekayaan, pengeluaran atau gaya hidup mereka,dengan mengatakan hal itu tidak akan mempengaruhi apa pun selain "menyebabkan praduga juri secara tidak adil."
Tetapi Hakim Distrik AS Nathaniel Gorton mengatakan bukti semacam itu bisa menunjukkan bahwa orang tua termotivasi "untuk memasukkan anak-anak mereka ke universitas elit sehingga mereka bisa mempertahankan atau meningkatkan status mereka dalam masyarakat."
Singer, seorang konsultan penerimaan mahasiswa, mulai bekerja sama dengan FBI pada 2018 dan merekam percakapan teleponnya dengan para orang tua mahasiswa. Ia telah mengaku bersalah dan sudah lama diperkirakan akan menjadi saksi kunci bagi pemerintah. (VOA)