Brace Ricky Ricardo Cawor Bawa Papua Juara Sepak Bola PON XX
pada tanggal
15 Oktober 2021
JAYAPURA,LELEMUKU.COM — Brace Ricky Ricardo Cawor mengantarkan tim sepak bola putra Papua meraih medali emas pada ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2021. Di partai final yang berlangsung di Stadion Mandala Jayapura, Kamis (14/10/2021), tuan rumah sukses menekuk anak-anak Bumi Rencong dengan skor 2-0.
Dua gol diborong Ricky tercipta pada menit ke-5 melalui titik putih, kemudian gol kedua solo run pada menit 23. Kemenangan ini membuat Papua melengkapi target Asprov PSSI Papua dengan tiga medali emas, mengikuti sepak bola putri d an futsal.
Torehan ini juga membuat Papua sudah tiga kali meraih medali emas di ajang PON. Sebelumnya, Papua juga pernah menorehkan prestasi yang sama saat PON XIII 1993 di Jakarta. Kala itu, Papua juga mengalahkan Aceh dengan skor 6-3. Kemudian, medali emas kedua didapatkan anak-anak Bumi Cenderawasih saat PON XVI 2004.
Hasil ini juga membuat Papua menjadi tuan rumah keenam yang mampu menjadi juara di rumah sendiri. Selain itu, dua tambahan gol Ricky juga menobatkan dirinya sebagai top skor PON XX 2021 dengan 11 gol, dan melampaui catatan rekor dari Boaz Solossa dengan 10 golnya pada PON Palembang, 2024.
Sesuai dengan prediksi, laga final berjalan sangat sengit. Kedua tim mempertontonkan pertandingan yang menarik. Aceh yang biasanya bermain bertahan juga meladeni permainan tuan rumah dengan jual beli serangan.
Sayangnya, petaka menghampiri Aceh ketika pertandingan baru berjalan 5 menit. Salah satu pemain Aceh kedapatan melakukan handball di dalam kotak 16, Fariq Hitaba yang memimpin jalannya pertandingan pun menunjuk titik putih.
Kapten sepakbola Papua, Ricky Cawor yang ditunjuk sebagai algojo pun menjalankan tugasnya dengan baik dan membawa Papua unggul 1-0.
Dalam posisi tertinggal, Aceh kian gencar melakukan serangan. Namun rapatnya lini pertahan tuan rumah membuat Aceh tidak leluasa untuk menembus pertahanan Papua.
Namun Ricky benar-benar menjadi pembeda dalam pertandingan ini. Ia kembali mencatatkan namanya untuk kedua kalinya di papan skor pada menit 23 untuk membawa Papua kembali unggul 2-0 setelah melepaskan sepakan dari luar kotak penalti.
Aceh yang terus berusaha untuk memangkas jarak selalu menemui jalan buntu. Aceh juga terlihat kewalahan meladeni permainan cepat dari Ricky Cawor dan kolega. Meski kedua tim saling jual beli serangan pada menit akhir babak pertama, namun skor 2-0 tetap bertahan hingga turun minum.
Dari ruang ganti, tempo permainan kedua tim tidak berubah. Aceh yang belum buang handuk tampil lebih ngotot. Tapi pekerjaan Aceh kian berat setelah salah satu pemainnya Muharrir mendapatkan kartu kuning kedua pada menit 63.
Papua yang unggul jumlah pemain kian menggila dan mengurung pertahanan Aceh pada 20 menit terakhir laga. Pemain Papua beberapa kali menciptakan peluang, namun tidak merubah kedudukan 2-0 hingga bubaran.
Pelatih kepala Sepakbola Papua, Eduard Ivakdalam mengatakan timnya memang sangat layak menjadi juara pada ajang PON di tanah sendiri. Sejak awal, ia optimis anak asuhnya meraih juara.
“Sejak awal saya sudah sampaikan kepada pemain, bahwa tim saya bentuk untuk menjadi yang terbaik. Kemenangan ini juga tidak lepas dari pertolongan Tuhan. Dengan jangka waktu sehari saja istirahat tapi pemain tampil sangat baik dengan penuh motivasi,” tutur Edu saat ditemui usai pertandingan.
“Seluruh pengalaman saya sudah curahkan semua kepada tim ini, sehingga kita masuk pertandingan saya tidak ragu sama sekali. Dan masyarakat juga bisa melihat sendiri dari tujuh game yang kami jalani, semua pemain tampil baik. Dan kami juga memenuhi target yang diberikan oleh Asprov PSSI Papua,” tutur Edu.
Sementara itu, pelatih kepala sepak bola Aceh, Fachri Husaini mengaku pemainnya sudah tampil baik. Hanya saja, bermain 10 pemain pada awal babak kedua membuat mereka kesulitan untuk mengimbangi permainan tuan rumah.
“Kami harus bermain 10 pemain, tapi apa yang pemain perlihatkan bahwa tim ini punya semangat yang luar biasa. Kami hanya bisa mempersembahkan medali perak dan tentu ini sedikit meleset apa yang kami harapkan. Apapun itu, saya menghargai perjuangan mereka dalam pertandingan meski bermain 10 pemain,” tegas Husaini. (HumasPONXXEryck/Gusty Masan Raya)
Dua gol diborong Ricky tercipta pada menit ke-5 melalui titik putih, kemudian gol kedua solo run pada menit 23. Kemenangan ini membuat Papua melengkapi target Asprov PSSI Papua dengan tiga medali emas, mengikuti sepak bola putri d an futsal.
Torehan ini juga membuat Papua sudah tiga kali meraih medali emas di ajang PON. Sebelumnya, Papua juga pernah menorehkan prestasi yang sama saat PON XIII 1993 di Jakarta. Kala itu, Papua juga mengalahkan Aceh dengan skor 6-3. Kemudian, medali emas kedua didapatkan anak-anak Bumi Cenderawasih saat PON XVI 2004.
Hasil ini juga membuat Papua menjadi tuan rumah keenam yang mampu menjadi juara di rumah sendiri. Selain itu, dua tambahan gol Ricky juga menobatkan dirinya sebagai top skor PON XX 2021 dengan 11 gol, dan melampaui catatan rekor dari Boaz Solossa dengan 10 golnya pada PON Palembang, 2024.
Sesuai dengan prediksi, laga final berjalan sangat sengit. Kedua tim mempertontonkan pertandingan yang menarik. Aceh yang biasanya bermain bertahan juga meladeni permainan tuan rumah dengan jual beli serangan.
Sayangnya, petaka menghampiri Aceh ketika pertandingan baru berjalan 5 menit. Salah satu pemain Aceh kedapatan melakukan handball di dalam kotak 16, Fariq Hitaba yang memimpin jalannya pertandingan pun menunjuk titik putih.
Kapten sepakbola Papua, Ricky Cawor yang ditunjuk sebagai algojo pun menjalankan tugasnya dengan baik dan membawa Papua unggul 1-0.
Dalam posisi tertinggal, Aceh kian gencar melakukan serangan. Namun rapatnya lini pertahan tuan rumah membuat Aceh tidak leluasa untuk menembus pertahanan Papua.
Namun Ricky benar-benar menjadi pembeda dalam pertandingan ini. Ia kembali mencatatkan namanya untuk kedua kalinya di papan skor pada menit 23 untuk membawa Papua kembali unggul 2-0 setelah melepaskan sepakan dari luar kotak penalti.
Aceh yang terus berusaha untuk memangkas jarak selalu menemui jalan buntu. Aceh juga terlihat kewalahan meladeni permainan cepat dari Ricky Cawor dan kolega. Meski kedua tim saling jual beli serangan pada menit akhir babak pertama, namun skor 2-0 tetap bertahan hingga turun minum.
Dari ruang ganti, tempo permainan kedua tim tidak berubah. Aceh yang belum buang handuk tampil lebih ngotot. Tapi pekerjaan Aceh kian berat setelah salah satu pemainnya Muharrir mendapatkan kartu kuning kedua pada menit 63.
Papua yang unggul jumlah pemain kian menggila dan mengurung pertahanan Aceh pada 20 menit terakhir laga. Pemain Papua beberapa kali menciptakan peluang, namun tidak merubah kedudukan 2-0 hingga bubaran.
Pelatih kepala Sepakbola Papua, Eduard Ivakdalam mengatakan timnya memang sangat layak menjadi juara pada ajang PON di tanah sendiri. Sejak awal, ia optimis anak asuhnya meraih juara.
“Sejak awal saya sudah sampaikan kepada pemain, bahwa tim saya bentuk untuk menjadi yang terbaik. Kemenangan ini juga tidak lepas dari pertolongan Tuhan. Dengan jangka waktu sehari saja istirahat tapi pemain tampil sangat baik dengan penuh motivasi,” tutur Edu saat ditemui usai pertandingan.
“Seluruh pengalaman saya sudah curahkan semua kepada tim ini, sehingga kita masuk pertandingan saya tidak ragu sama sekali. Dan masyarakat juga bisa melihat sendiri dari tujuh game yang kami jalani, semua pemain tampil baik. Dan kami juga memenuhi target yang diberikan oleh Asprov PSSI Papua,” tutur Edu.
Sementara itu, pelatih kepala sepak bola Aceh, Fachri Husaini mengaku pemainnya sudah tampil baik. Hanya saja, bermain 10 pemain pada awal babak kedua membuat mereka kesulitan untuk mengimbangi permainan tuan rumah.
“Kami harus bermain 10 pemain, tapi apa yang pemain perlihatkan bahwa tim ini punya semangat yang luar biasa. Kami hanya bisa mempersembahkan medali perak dan tentu ini sedikit meleset apa yang kami harapkan. Apapun itu, saya menghargai perjuangan mereka dalam pertandingan meski bermain 10 pemain,” tegas Husaini. (HumasPONXXEryck/Gusty Masan Raya)