PBB Sebut Seorang Tentara Penjaga Perdamaian Meninggal Dunia di Mali
pada tanggal
04 Oktober 2021
BAMAKO, LELEMUKU.COM - Pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Mali mengatakan seorang penjaga perdamaian PBB tewas dan empat lainnya luka parah ketika konvoi mereka mengenai bom rakitan di Mali utara Sabtu (2/10).
Pertumpahan darah dekat Kota Tessalit itu terjadi pasca pembunuhan lima polisi Mali dalam penyerbuan terhadap sebuah konvoi tambang di Mali selatan awal pekan ini, yang diklaim oleh kelompok yang terkait al-Qaida.
Serangan bersenjata oleh militan Islamis dan kelompok-kelompok lain sering terjadi di banyak wilayah Mali serta Burkina Faso dan Niger, meski ada banyak pasukan internasional.
Ribuan warga sipil telah tewas dan jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal.
"Insiden ini mengingatkan akan bahaya permanen yang mengancam para tentara penjaga perdamaian kami," kata El Ghassim Wane, kepala misi PBB yang dikenal sebagai MINUSMA, dalam pernyataan.
Tentara penjaga perdamaian yang tewas itu berasal dari Mesir.
Misi itu telah mengerahkan lebih dari 13.000 tentara untuk mengendalikan kekerasan yang dilakukan kelompok-kelompok bersenjata di sebelah utara dan tengah negara itu.
Mereka telah mencatat sekitar 255 kematian sejak 2013, menjadikan misi di Mali sebagai yang paling mematikan dibanding belasan misi perdamaian lainnya. (VOA)
Pertumpahan darah dekat Kota Tessalit itu terjadi pasca pembunuhan lima polisi Mali dalam penyerbuan terhadap sebuah konvoi tambang di Mali selatan awal pekan ini, yang diklaim oleh kelompok yang terkait al-Qaida.
Serangan bersenjata oleh militan Islamis dan kelompok-kelompok lain sering terjadi di banyak wilayah Mali serta Burkina Faso dan Niger, meski ada banyak pasukan internasional.
Ribuan warga sipil telah tewas dan jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal.
"Insiden ini mengingatkan akan bahaya permanen yang mengancam para tentara penjaga perdamaian kami," kata El Ghassim Wane, kepala misi PBB yang dikenal sebagai MINUSMA, dalam pernyataan.
Tentara penjaga perdamaian yang tewas itu berasal dari Mesir.
Misi itu telah mengerahkan lebih dari 13.000 tentara untuk mengendalikan kekerasan yang dilakukan kelompok-kelompok bersenjata di sebelah utara dan tengah negara itu.
Mereka telah mencatat sekitar 255 kematian sejak 2013, menjadikan misi di Mali sebagai yang paling mematikan dibanding belasan misi perdamaian lainnya. (VOA)