Sanggar Aiyu Kamoro Tampilkan Tarian Balada Cenderawasih di Cabor Judo PON XX Papua
pada tanggal
01 Oktober 2021
TIMIKA, LELEMUKU.COM - Sanggar Aiyu dari Suku Kamoro menampilkan Tarian Balada Cenderawasih di Venue Cabor Judo di Graha Eme Neme Yauware pada pertandingan hari ketiga, Jumat (1/10/2021).
Tarian ini menggambarkan cerita rakyat suku Kamoro tentang kakak beradik mencari sagu.
Tarian tersebut dibawakan oleh seorang laki-laki dan beberapa perempuan mengenakan pakaian adat Kamoro. Penampilan yang indah serta sarat makna akan nilai-nilai kearifan lokal suku asli masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir Mimika.
Pelatih sekaligus Humas Sanggar Aiyu, Mathias Boyau menuturkan tarian ini menceritakan tentang kakak beradik yang sedang mencari sagu di hutan.
“Saudara laki-laki meminta kepada kakaknya ulat sagu untuk dimakan, tetapi kata kakaknya nanti dulu tanya sama kau pu kakak laki-laki dolo (kakak ipar-red),” tutur Mathias.
Meskipun sudah kedua kali sang adik meminta tetap saja tidak digubris.
Begitupu permintaan sang adik yang ketiga kalinya. Walaupun dengan berpura-pura membuang air kecil lalu datang kembali sang kakak juga tetap pada pendirian tidak melayani ulat sagu itu.
Merasa kecewa permintaannya selalu ditolak, sang adik putus asa ingin menjadi Burung Cenderawasih.
“Biar sudah saya jadi burung saja, jadi dia ambil sagu dari pucuk yang warna kuning, lalu dia berubah menjadi burung Cenderawasih,” kisahnya.
Ulat sagu dalam bahasa Kamoro artinya ko, jadi ketika mendengar suara burung Cenderawasih ko.. ko.. ko.. Itu artinya dia meminta ulat sagu.
Saat sang kakak mencarinya tidak ada lagi sudah berubah menjadi burung Cenderawasih. Ini bentuk sebuah ungkapan rasa kecewa dari sang adik.
Usai pementasan, Koordinator Sanggar Aiyu, Waltweus Kutapo menuturkan, Sanggar Ayiu Grup sudah dibentuk sejak 1998 beranggota kurang lebih 40 orang.
Melalui wadah ini ada berbagai macam karya seni yang dibina, seperti ukiran, anyaman dan tarian dalam rangka mempertahankan eksistensi budaya Kamoro agar tidak punah.
“Nama Ayiu artinya adalah kebanggaan. Nama dari salah satu dusun di Kampung Keakwa. Kita pernah juara satu di hari ulang tahun Mimika sekitar tahun 2004 untuk tarian Balada Cenderawasih dan tarian seka juara 2,” kenangnya.
Ia berharap generasi muda jangan pernah melupakan sejarah. "Anak-anak muda kami didik untuk ikut belajar sejarah nenek moyang mereka sudah harus tahu,” tandasnya. (humasponxx)