Inilah Penyebab Ekspor Minyak Kelapa Sawit Mentah Anjlok ke 1,388 Juta Ton
pada tanggal
14 November 2021
JAKARTA,LELEMUKU.COM - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat ekspor minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) turun menjadi 2,886 juta ton pada September 2021. Padahal, realisasi ekspor CPO itu sempat berada di posisi 4,274 juta ton pada Agustus 2021.
Direktur Eksekutif GAPKI Mukti Sardjono mengatakan nilai ekspor produk CPO juga turun menjadi US$ 3.111 miliar pada September 2021. Pencatatan nilai ekspor itu turun drastis dari torehan US$ 4.433 miliar pada Agustus 2021.
“Penurunan volume ekspor terbesar terjadi untuk tujuan India sebesar 683,0 ribu ton menjadi 275,5 ribu ton (-71,3 persen), RRC sebesar 351,8 ribu ton menjadi 467,4 ribu ton (-42,94 persen), Belanda sebesar 169,6 ribu ton menjadi 33,46 ribu ton (-83,5 persen) dan Malaysia sebesar 157,1 ribu ton menjadi 35,1 ribu ton (-81,74 persen),” kata Mukti melalui siaran pers, Jumat, 12 November 2021.
Mukti menambahkan, kinerja ekspor CPO ke Uni Eropa secara keseluruhan juga turun yang signifikan sebesar 52,54 persen atau 243,2 ribu ton menjadi 219,6 ribu ton. Adapun, ekspor ke Cina tercatat lebih tinggi 25,7 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
“Sedangkan ke India 24,4 persen lebih rendah, ke Belanda 0,4 persen lebih rendah dan ke Uni Eropa secara keseluruhan 8,1 persen lebih rendah,” kata dia.
Penurunan kinerja ekspor akhir triwulan ketiga tahun ini ditengarai karena rendahnya volume produksi CPO dalam negeri. Berdasarkan laporan GAPKI, produksi CPO Indonesia sebesar 4.176 ribu ton pada September 2021 atau turun sekitar 1 persen jika dibandingkan Agustus 2021.
“Turun sekitar 1 persen dari bulan Agustus dan masih belum naik seperti yang diharapkan, demikian juga produksi Malaysia yang dilaporkan turun 0,39 persen dari produksi bulan Agustus,” kata dia.
Konsekuensinya, Mukti menambahkan, harga CPO dunia kembali terkerek naik akibat pasokan yang relatif turun saat itu. Berdasarkan catatan GAPKI, Harga CPO Cif Rotterdam pada September mencapai US$ 1.235 per ton naik dari Agustus yang berada di angka US$ 1.226 per ton.
Selanjutnya, harga soybean oil (Dutch, ex mill) turun dari US$ 1.435 per ton menjadi US$ 1.405 per ton, sunflower oil (FOB NW Europe) turun dari US$ 1.380 per ton menjadi US$ 1.333 per ton dan rapeseed oil (Dutch FOB) naik menjadi US$1.606 persen ton dari US$ 1486 per ton.
“Kenaikan harga minyak sawit mungkin disebabkan rendahnya stok awal bulan September yang hanya 3,4 juta ton, 1,1 juta ton lebih rendah dari stok awal Agustus,” kata dia.
Di sisi lain, konsumsi dalam negeri bulan September sebesar 1.475 ribu ton yang relatif sama dengan bulan Agustus di posisi 1.465 ribu ton. Konsumsi untuk pangan turun mencapai 6,4 persen menjadi 672 ribu ton dari 718 ribu ton pada Agustus, untuk oleokimia relatif tetap, sedangkan alokasi pada biodiesel naik mencapai 9,3 persen menjadi 622 ribu ton dari 569 ribu ton pada bulan Agustus.
“Dengan produksi rendah dan ekspor yang turun, stok akhir September minyak sawit Indonesia masih naik menjadi 3,65 juta ton dari 3,43 juta ton pada bulan Agustus,” tuturnya. (Bisnis/ Tempo)