Yayasan Puteri Indonesia (YPI) Tanggapi Video Rasis Olvah Alhamid Sindir WNA China
JAKARTA, LELEMUKU.COM – Yayasan Puteri Indonesia (YPI) memberi pernyataan menanggapi beredarnya video rasis milik Puteri Intelegensia Puteri Indonesia Tahun 2015 asal Papua, Syarifah Olvah Alhamid kepada Warga Negara Asing (WNA) China di Bandara Soekarno Hatta.
Dalam keterangan resmi pada Kamis, 9 Desember 2021, pihak YPI mengaku turut prihatin dengan beredarnya video salah satu finalis Puteri Indonesia yang mengeluarkan pernyataan bermuatan SARA tersebut.
YPI sangat menyesalkan dan menentang keras serta tidak mentolerir sikap atau perilaku serta ucapan yang menyinggung SARA oleh siapa pun.
“Namun demikian klarifikasi dan permohonan maaf sudah disampaikan yang bersangkutan terkait hal ini,” ujar pihak YPI melalui Media Sosial (Medsos) resminya.
Selanjutnya, pihak YPI pun berharap hal serupa tidak terulang kembali dan mengimbau kepada seluruh Puteri Indonesia untuk dapat lebih menjaga sikap, perilaku dan ucapan dimanapun berada serta selalu menjunjung tinggi semangat keberagaman dan menjauhi segala hal yang menyinggung SARA.
“YPI sangat menjujung tinggi semangat keberagaman dan persatuan yang ada di negara Indonesia,” tambah rilis itu.
Sebelumnya, Puteri Intelegensia dalam ajang Puteri Indonesia Tahun 2015 asal Papua Barat, Syarifah Olvah Alhamid meminta maaf telah menunjukkan video berbau rasis kepada Warga Negara Asing (WNA) China di Bandara Soekarno Hatta.
Video tersebut terlihat di Instagram Story akun pribadinya @olvaholvah. Dalam video itu, Olvah melontarkan kata-kata rasis saat baru saja mendarat di bandara.
“Saya ingin meminta maaf sebesar-besarnya, sedalam-dalamnya terhadap apa yang saya bilang di dalam video itu,” ucap dia pada Selasa, 7 Desember 2021.
Olvah mengakui seharusnya perlakuan itu tidak dilakukan dan pun tidak ingin membenarkan hal tersebut.
Kemudian, wanita yang selalu mengklaim dirinya sebagai Pejuang Stop Rasisme dan Diskriminasi terhadap orang Papua itu menjelaskan alasan dirinya mengeluarkan kata-kata tidak pantas, karena di masa lalu ia hingga keluarganya perna pengalami sikap serupa dari keturunan China di Surabaya, Jawa Timur (Jatim).
“Saya sering mendapatkan perlakukan yang tidak menyenangkan dan membuat luka mendalam terhadap saya, terutama dari ras-ras tertentu yang ada di Indonesia, khususnya ras China,” sebut Olvah.
Menurut Olvah, kenangan tersebut sangat tidak menyenangkan dan membekas hingga kini serta menjadi alasan dirinya selalu aktif menyuarakan stop rasisme atau hinaan dan stereotype terhadap perbedaan perilaku dan ketidaksetaraan berdasarkan warna kulit, ras, suku, da nasal-usul seseorang yang membatasi atau melanggar hak dan kebebasan seseorang.
“Jadi saya minta maaf kepada semua pihak yang tersingung dengan bahasa yang tidak seharusnya seperti itu, saya akan belajar lebih baik lagi ke depannya,” pinta wanita 31 tahun itu.
Sebelumnya, Olvah mengeluh dengan banyaknya WNA yang datang ke Indonesia di tengah mewabahnya Covid-19 saat memperlihatkan video beberapa penumpang yang berjalan menuju tempat pengambilan barang.
“Bingung aja masih banyak banget WNA boleh masuk keluar apalagi yang dari China. Tadi di bandara Kendari mereka banyak banget. Apalagi pas di bandara Makassar, udah berasa di Beijing,” tulisnya.
Olvah mengatakan para WNA yang ia temui di bandara terlihat takut kepadanya.
“Nih orang-orang China semua nih, mereka takut lho, takut sama kita. Padahal mereka yang bawa penyakit ke Indonesia. Hey China, China,” lanjut dia.
Video tersebut ramai diperbincangkan warganet, mereka mengecewakan tindakan Olvah yang sama sekali tidak mencerminkan gerakan Stop Rasisme yang ia dengungkan.
“Saya sempat kagum dengan anda, tapi maaf kali ini saya ga respect, apapun alasannya Rasisme itu TIDAK dibenarkan, apalagi anda selama ini begitu gencar menyuarakan ANTI RASISME, maaf auto unfollow,” tulis akun maya_zalkhira.
Selain itu, akun suanggigirl mengapresiasi Olvah yang sudah mengakui kesalahannya dan berpesan agar Olvah jangan jadikan alasan karena perna dibully di masa lalu oleh ras tertentu menjadi patokan untuk hal serupa.
“Kalo ngerasisin orang berarti bkan gak ada gunanya kita teriak-teriak stop tindakan rasisme sedangkan kita sendiri tidak menjalankannya,” komen akun tersebut. (Laura Sobuber)