Masjid Wapauwe di Kaitetu Simpan Mushaf Alquran Tertua Mencapai 7 Abad
pada tanggal
23 April 2022
JAKARTA SELATAN, LELEMUKU.COM - Masjid Wapauwe adalah sebuah warisan sejarah Indonesia yang menjadi bukti masuknya Islam ke tanah Maluku untuk pertama kalinya. Masjid ini dibangun pada 1414 dan hingga kini umurnya sudah mencapai 7 abad.
Mulanya Masjid Wapauwe yang terletak di Desa Kaitetu, Kabupaten Maluku Tengah ini bernama Masjid Wawane karena dibangun di Lereng Gunung Wawane oleh Pernada Jamilu, keturunan Kesultanan Islam Jailolo dari Moloku Kie Raha Maluku Utara.
Jamilu datang ke tanah Hitu sekitar tahun 1400 M untuk menyebarkan ajaran Islam pada lima negeri di sekitar pegunungan Wawane, yakni Assen, Wawane, Atetu, Tehala dan Nukuhaly.
Merasa tidak aman dengan ulah Belanda, Masjid Wawane dipindahkan pada 1614 ke Kampung Tehala yang berjarak 6 km sebelah timur Wawane namun Ada sebuah hikayat yang kemudian diceritakan dari generasi ke generasi, dikisahkan ketika masyarakat Tehala, Atetu dan Nukuhaly turun ke pesisir pantai dan bergabung menjadi negeri Kaitetu, Masjid Wapauwe masih berada di dataran Tehala.
Namun pada suatu pagi, ketika masyarakat bangun dari tidurnya masjid secara gaib telah berada di tengah-tengah permukiman penduduk di tanah Teon Samaiha, lengkap dengan segala kelengkapannya.
"kepercayaan masyarakat Kaitetu yang di ceritakann secara turun temurun, bahwasanya masjid ini berpindah secara gaib, menurut cerita orang tua-tua kami, saat masyarakat bangun pagi ternyata masjid sudah ada," kata modim masjid Kaiteto.
Masjid ini dari segi arsitekturnya unsur bangunan kuno setempat. Konstruksinya berdinding gaba-gaba atau pelepah sagu yang kering dan masih berfungsi dengan baik sebagai tempat salat hingga saat ini.
Bangunan induk Masjid Wapauwe hanya berukuran 10 x 10 meter, sedangkan bangunan tambahan yang merupakan serambi berukuran 6,35 x 4,75 meter. Tipologi bangunannya berbentuk empat bujur sangkar.
Dalam masjid ini tersimpan Mushaf Alquran yang konon termasuk tertua di Indonesia. Yang tertua adalah Mushaf Imam Muhammad Arikulapessy yang selesai ditulis tangan pada 1550 dan tanpa iluminasi hiasan pinggir. Sedangkan Mushaf lainnya adalah Mushaf Nur Cahya yang selesai ditulis pada 1590, dan juga tanpa iluminasi serta ditulis tangan pada kertas produk Eropa.
Menurut modim mesjid Wapauwe, masjid itu menjadi saksi penyebaran Islam di Indonesia bagian timur, dan saat ini menjadi destinasi wisata religi yang sering dikunjungi wisatawan untuk menyaksikan desain arsitektur kuno dan Alquran yang termasuk tertua di Indonesia. (Idris Boufakar | Tempo)