Abdul Somad Batubara Klarifikasi Tuduhan Radikal Pemerintah Singapura di Hadapan Jusuf Kalla
pada tanggal
25 Mei 2022
JAKARTA PUSAT, LELEMUKU.COM - Penceramah Abdul Somad Batubara alias Ustad Abdul Somad ditolak masuk saat ingin berlibur ke Singapura. Pemerintah setempat menilai pria yang akrab disapa UAS itu sosok ekstremis dan segregasionis.
“Somad dikenal menyebarkan ajaran ekstremis dan segregasi, yang tidak dapat diterima di masyarakat multi-ras dan multi-agama Singapura,” bunyi keterangan Kementerian Dalam Negeri Singapura dikutip dari laman resminya, Selasa, 17 Mei 2022.
Pemerintah Singapura menuding ceramah-ceramah Abdul Somad membuat sejumlah warga di negaranya ditangkap karena kasus radikalisasi.
Sikap pemerintah Singapura ini menuai pro dan kontra di Indonesia. Ada yang mendukung namun tak sedikit yang mengecamnya, bahkan menggelar unjuk rasa di depan kantor Kedutaan Besar Singapura di Jakarta.
Pada Minggu, 4 Februari 2018, Abdul Somad pernah menunaikan salat Subuh dan salat Duha berjemaah di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta Pusat. Hadir pula wakil presiden saat itu, Jusuf Kalla, wakapolri Syafruddin, dan Kepala BIN Budi Gunawan.
Salat berjemaah ini berlangsung beberapa bulan setelah Abdul Somad ditolak masuk oleh imigrasi Hong Kong pada Desember 2017. Saat itu Somad hendak mengisi pengajian karena diundang oleh salah satu WNI.
Di hadapan Jusuf Kalla, Abdul Somad menyampaikan banyak tuduhan di internet yang menyebut dirinya ustad radikal. "Banyak orang nuduh saya di internet, katanya saya jihad keras, ustad radikal," katanya saat itu.
Abdul Somad menjelaskan orang yang menuduhnya radikal pasti menonton ceramahnya sepotong-sepotong atau hanya pada bagian saat intonasi suaranya meninggi. Ia mencontohkannya sambil membaca kalimat talbiyah dengan nada keras. "Pasti dia nonton pas saya, LABAIKALLAH ALLAHUMMA LABAIKA," katanya sambil berteriak.
Somad kemudian mencontohkan cara bicaranya yang lembut dengan melantunkan talbiyah. "Coba nonton yang lembut tadi. Labbaika Allahumma labbaika. Labbaika la syarika laka labbaika. Innal hamda wan ni'mata laka wal mulk laa syarika lak."
Ia bergurau bahwa orang yang menuduhnya radikal itu tidak bisa menonton ceramahnya lebih lama di internet. "Paketnya (paket data) enggak ada," kata Abdul Somad. (Friski Riana | Tempo)