Joe Biden Hadapi Tekanan Akibat Lonjakan Harga Kebutuhan Pokok dan Inflasi
pada tanggal
07 Juni 2022
WASHINGTON,LELEMUKU.COM - Dua kondisi ekonomi yang bertolak belakang terjadi secara bersamaan seiring pulihnya AS dari pandemi COVID-19. Pada satu sisi, terjadi penyerapan tenaga kerja yang baik dan kenaikan upah. Pada sisi lain, harga kebutuhan pokok meroket dalam setahun terakhir, terutama harga BBM.
Kekhawatiran akan inflasi menjadi masalah yang dihadapi Presiden Joe Biden menjelang pemilihan paruh waktu tahun ini. Jajak pendapat ABC News/Ipsos terbaru pada hari Minggu (5/6) menunjukkan hanya 28 persen responden yang menilai baik penanganan inflasi oleh Biden.
Biden mengatakan, ia akan terus membiarkan bank sentral Amerika, Federal Reserve, yang telah memperketat kebijakan moneter dalam beberapa bulan terakhir, melakukan tugasnya. Ia sendiri akan mengambil langkah-langkah baru untuk menurunkan harga BBM dan perumahan.
Para pakar mengatakan, pemerintahan Biden perlu meredakan inflasi secukupnya, agar tidak sampai mendorong perekonomian ke dalam jurang resesi.
Menteri Transportasi AS Pete Buttigieg mengatakan akan tetap ada pertumbuhan ekonomi yang kuat, ketika ia berbicara dalam program “This Week” ABC.
“Yang kami lakukan adalah mempersiapkan jalan ke depan, di mana kita tidak akan melihat pertumbuhan ekonomi yang cepat dan sangat menggembirakan seperti yang kita alami sekitar setahun terakhir, tapi tetap akan memicu pertumbuhan ekonomi yang kuat dan berfungsi dengan baik agar tetap seperti ini,” ujar Buttigieg.
Harga BBM menjadi perhatian khusus. Setelah naik dalam setahun ini, harga BBM semakin melonjak selama perang di Ukraina, dengan anjloknya produksi minyak Rusia akibat sanksi Barat. Politikus Partai Republik menyebut Biden tidak memiliki rencana untuk menghentikan inflasi.
Senator Partai Republik Rick Scott asal Florida mengatakan kepada Fox News, “Biden itu anak kaya… ia tidak tahu cara mengatasi inflasi, ia tidak punya rencana untuk mengatasinya. Yang ia lakukan hanyalah menyalahkan orang lain, termasuk Putin, atas inflasinya.”
Pekan lalu, pemerintahan Biden memuji keputusan sekelompok negara produsen minyak bahwa mereka akan meningkatkan pasokan minyak mentah dalam dua bulan ke depan sebagai sebuah terobosan diplomatik. (VOA)