Jokowi Butuh Kolaborasi dalam Pembangunan Bangsa
pada tanggal
21 Juni 2022
JAKARTA, LELEMUKU.COM - Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa dibutuhkan kolaborasi dan kerja sama dari setiap orang sesuai dengan peran dan keahliannya masing-masing dalam rangka membangun Indonesia yang lebih baik. Menurutnya, kolaborasi tersebut nantinya akan menghasilkan sebuah karya besar.
Hal tersebut disampaikan Presiden saat meresmikan Pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Sekolah Partai DPP PDIP, Jakarta, pada Selasa, 21 Juni 2022.
“Masing-masing harus berperan sesuai keahliannya, masing-masing harus berperan sesuai dengan keunggulannya, dan kemudian saling bekerja sama, saling berkolaborasi, saling bersinergi untuk sekali lagi menghasilkan sebuah karya besar,” ucap Presiden.
Seperti halnya dalam sebuah organisasi, Presiden menyebut setiap unit kerja memiliki fungsi dan kompetensi masing-masing, tetapi tetap bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Setiap orang, tambah Presiden, bertugas sesuai dengan keunggulan masing-masing dan saling bersinergi untuk satu target yang sama.
“Inilah nanti golnya yaitu kesuksesan besar, kemenangan besar. Itulah saya kira strategi Indonesia ke depan,” lanjutnya.
Pada kesempatan tersebut, Presiden juga menjelaskan bahwa saat ini dunia masih menghadapi krisis yang sulit dan bertubi-tubi, mulai dari krisis pangan hingga keuangan. Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memprediksi 60 negara di dunia akan mengalami kesulitan dalam perekonomiannya.
“Terakhir baru kemarin saya mendapatkan informasi 60 negara akan ambruk ekonominya, 42 dipastikan sudah menuju ke sana. Siapa yang mau membantu mereka kalau sudah 42?” kata Presiden.
“Mungkin kalau 1, 2, 3 negara krisis bisa dibantu mungkin dari lembaga-lembaga internasional, tapi kalau sudah 42 nanti betul dan mencapai bisa 60 betul kita enggak ngerti apa yang harus kita lakukan,” tambahnya.
Untuk itu, Presiden pun mengingatkan semua pihak agar terus waspada dan berhati-hati dalam menghadapi keadaan yang penuh dengan ketidakpastian ini. Menurutnya, sudah ada sejumlah negara yang mengalami krisis karena tidak memiliki cadangan devisa untuk memenuhi kebutuhan pangan dan energi.
“Kemudian terjebak juga kepada pinjaman utang yang sangat tinggi karena debt rasionya terlalu tinggi. Jadi sekali lagi ngeri saya kalau lihat angka-angkanya,” ucapnya.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut yaitu Presiden Ke-5 Republik Indonesia sekaligus Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Ketua DPR RI Puan Maharani, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, dan Menteri ESDM Arifin Tasrif. (Setpres)