Sri Lanka Berjuang Kumpulkan $587 Juta untuk Bayar Pengiriman BBM
pada tanggal
04 Juli 2022
KOLOMBO, LELEMUKU.COM - Sri Lanka sedang berjuang keras mengumpulkan 587 juta dolar untuk membayar sekitar separuh pengiriman BBM, demikian pernyataan seorang menteri utama negara itu hari Minggu (3/7) ketika negara yang kekurangan uang itu berusaha mengatasi krisis keuangan terburuknya dalam beberapa puluh tahun.
Negara berpenduduk 22 juta jiwa ini tidak mampu membayar impor bahan makanan, pupuk, obat-obatan dan BBM yang penting karena krisis dolar yang parah.
Menteri Tenaga Kerja Kanchana Wijesekera mengatakan pengiriman BBM baru sedang disiapkan, tetapi pihaknya sedang berjuang mengumpulkan cukup uang untuk membayar pengiriman itu karena bank sentral hanya dapat memasok sekitar 125 juta dolar.
Sri Lanka hanya memiliki sisa cadangan 12.774 ton solar dan 4.061 ton bensin, ujar Wijesekera kepada wartawan di Kolombo.
“Minggu ini kami membutuhkan 316 juta dolar untuk membayar pengiriman baru. Jika kami menambahkan dua pengiriman minyak mentah, maka jumlahnya akan meningkat menjadi 587 juta dolar,” tambahnya.
Pengiriman pertama 40.000 ton diesel dari Coral Energy diharapkan tiba pada 9 Juli dan pembayaran sebagian pengiriman sebesar 49 juta dolar sudah harus dilakukan untuk pengiriman kedua dari Vitol pada Kamis ini (7/7).
BBM Langka, Sri Lanka Hentikan Kegiatan
Sangat terbatasnya stok solar dan bensin membuat Sri Lanka pekan lalu menutup sekolah, meminta PNS untuk bekerja dari rumah, dan membatasi pasokan BBM pemerintah untuk layanan penting.
Wijesekera mengatakan negara harus berusaha mengumpulkan dana dari pasar terbuka dan mencari opsi pembayaran yang lebih fleksibel dari pemasok.
Ditambahkannya, rencana untuk menyelesaikan utang sebesar 800 juta dolar kepada tujuh pemasok – untuk pembelian BBM tahun ini – sedang dibahas.
Pejabat-pejabat Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan akan terus melangsungkan pembicaraan dengan Sri Lanka untuk kemungkinan penyediaan dana talangan sebesar tiga miliar dolar. Pekan lalu mereka telah menyelesaikan kunjungan selama 10 hari ke Kolombo.
Namun pencairan dana talangan segera dari IMF tidak memungkinkan karena negara itu harus terlebih dahulu memulihkan beban utangnya pada jadwal yang mampu dikelola oleh negara itu. (V0A)