Kunjungi Kinshasa, Antony Blinken Katakan AS Beri Dukungan untuk Akhiri Kekerasan di Wilayah Kongo Timur
pada tanggal
10 Agustus 2022
KHINSHASA, LELEMUKU.COM - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken, pada Selasa (9/8), mengatakan bahwa AS akan mendukung upaya yang dipimpin Kenya dan Angola untuk mengakhiri kekerasan di wilayah Kongo timur dan membantu menyelesaikan krisis di negara Afrika tengah itu dengan Rwanda.
Blinken melakukan perjalanan ke ibu kota Kongo, Kinshasa, pada Selasa sebagai bagian dari tur ke tiga negara Afrika. Dalam kunjungannya itu, ia bertemu Presiden Kongo Felix Tshisekedi dan pejabat pemerintah lainnya, termasuk Menteri Luar Negeri Christophe Lutundula yang bersamanya pada konferensi pers setelah pertemuan.
“Kami ingin kekerasan di Kongo timur ini berakhir. Kami menyerukan M23 dan semua kelompok bersenjata lainnya untuk menghentikan tindakan mereka, meletakkan senjata, dan datang dalam kerangka proses negosiasi.”
Blinken berada di Kongo selama dua hari dan diperkirakan akan mendorong terciptanya solusi untuk kekerasan di Kongo timur di mana serangan meningkat secara dramatis dalam sebulan ini. Peningkatan serangan itu disebabkan oleh bangkitnya kelompok pemberontak M23 dan kekerasan yang berlanjut oleh banyak kelompok milisi yang berlomba-lomba untuk menguasai wilayah tersebut yang kaya akan mineral.
Kongo menuduh Rwanda mendukung pemberontak M23. Rwanda menolak laporan pakar PBB yang mengatakan mereka memiliki "bukti kuat" bahwa anggota angkatan bersenjata Rwanda melakukan operasi di Kongo timur untuk mendukung kelompok pemberontak M23.
Rwanda menuduh Kongo bekerja sama dengan kelompok pemberontak lain, FDLR, dan mengatakan keamanan regional tidak bisa dicapai sampai masalah itu diatasi. Kongo membantah telah mendukung kelompok itu.
Kekerasan di Kongo timur telah menewaskan puluhan orang dan memaksa puluhan ribu orang mengungsi, memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah ada di negara itu.
Blinken, pada Rabu (10/8), akan melakukan perjalanan ke Rwanda untuk bertemu Presiden Paul Kagame dan menteri luar negerinya. (VOA)