Antonio Guterres Kunjungi Daerah Banjir di Pakistan
pada tanggal
11 September 2022
JAKARTA, LELEMUKU.COM - Sekjen PBB Antonio Guterres pada Sabtu, 10 September 2022, mengunjungi beberapa daerah di Pakistan yang dilanda banjir. Guterres berada di Pakistan selama dua hari untuk meningkatkan kesadaran terhadap bencana banjir.
Curah hujan monsun yang menyentuh rekor dan mencairnya gletser di kawasan pegunungan utara Pakistan telah memicu terjadinya banjir. Musibah ini telah menewaskan lebih dari 1.391 orang, menyapu rumah, jalan, rel kereta api, jembatan, hewan ternak dan tanaman.
Sebagian besar wilayah di Pakistan terendam air, dan ratusan ribu orang terpaksa meninggalkan rumah mereka. Pemerintah mengatakan, hampir 33 juta kehidupan warga telah terganggu. Pakistan memperkirakan kerusakannya mencapai $30 miliar atau setara Rp. 445 triliun, baik pemerintah maupun Guterres menyalahkan banjir itu sebagai akibat dari perubahan iklim.
Guterres mendarat di provinsi Sindh pada Sabtu, 10 September 2022. Dia lalu terbang ke beberapa daerah yang terkena dampak paling parah sekaligus melakukan perjalanan ke Balochistan, yakni provinsi yang terparah yang disapu banjir.
Sebuah rekaman video, yang dirilis oleh kantor Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif, Guterres yang mendarat di Sindh mengatakan, sulit untuk tidak merasa tersentuh ketika mendengar gambaran tragedi yang begitu mendetail.
"Pakistan membutuhkan dukungan keuangan besar-besaran. Ini bukan masalah kedermawanan, ini masalah keadilan," ujarnya
Menteri Informasi Pakistan Marriyum Aurangzeb merilis sebuah video yang memperlihatkan Guterres duduk di sebelah Perdana Menteri Sharif. Keduanya tampak melihat daerah yang rusak akibat banjir dari jendela pesawat.
Aktivitas anak-anak korban banjir saat mengungsi di Dera Allah Yar, distrik Jafferabad, Pakistan, 25 Agustus 2022. REUTERS/Amer Hussain
TEMPO.CO, Jakarta - Sekjen PBB Antonio Guterres pada Sabtu, 10 September 2022, mengunjungi beberapa daerah di Pakistan yang dilanda banjir. Guterres berada di Pakistan selama dua hari untuk meningkatkan kesadaran terhadap bencana banjir.
Curah hujan monsun yang menyentuh rekor dan mencairnya gletser di kawasan pegunungan utara Pakistan telah memicu terjadinya banjir. Musibah ini telah menewaskan lebih dari 1.391 orang, menyapu rumah, jalan, rel kereta api, jembatan, hewan ternak dan tanaman.
Sekjen PBB, Antonio Guterres. REUTERS
Sebagian besar wilayah di Pakistan terendam air, dan ratusan ribu orang terpaksa meninggalkan rumah mereka. Pemerintah mengatakan, hampir 33 juta kehidupan warga telah terganggu. Pakistan memperkirakan kerusakannya mencapai $30 miliar atau setara Rp. 445 triliun, baik pemerintah maupun Guterres menyalahkan banjir itu sebagai akibat dari perubahan iklim.
Guterres mendarat di provinsi Sindh pada Sabtu, 10 September 2022. Dia lalu terbang ke beberapa daerah yang terkena dampak paling parah sekaligus melakukan perjalanan ke Balochistan, yakni provinsi yang terparah yang disapu banjir.
Sebuah rekaman video, yang dirilis oleh kantor Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif, Guterres yang mendarat di Sindh mengatakan, sulit untuk tidak merasa tersentuh ketika mendengar gambaran tragedi yang begitu mendetail.
"Pakistan membutuhkan dukungan keuangan besar-besaran. Ini bukan masalah kedermawanan, ini masalah keadilan," ujarnya
Menteri Informasi Pakistan Marriyum Aurangzeb merilis sebuah video yang memperlihatkan Guterres duduk di sebelah Perdana Menteri Sharif. Keduanya tampak melihat daerah yang rusak akibat banjir dari jendela pesawat.
"Tidak terbayangkan," kata Guterres, mengamati kerusakan.
Pada Juli dan Agustus 2022, Pakistan mengalami curah hujan 391 mm (15,4 inci), atau hampir 190 persen lebih banyak dari 30 tahun belakangan. Provinsi selatan Sindh telah mengalami 466 persen lebih banyak hujan daripada biasanya.
Guterres mengatakan dunia perlu memahami dampak perubahan iklim di negara-negara berpenghasilan rendah. Manusia telah melakukan perang melawan alam, namun sekarang alam yang menyerang balik.
"Alam menyerang balik di Sindh, tetapi bukan Sindh yang membuat emisi gas rumah kaca yang mempercepat perubahan iklim secara dramatis. Ada situasi yang sangat tidak adil yang berhubungan dengan tingkat kehancuran," kata Guterres. (Tempo)