Indikator Politik Sebut Jokowi Naikkan Harga BBM saat Tingkat Kepuasan 72,3 Persen
pada tanggal
19 September 2022
JAKARTA PUSAT, LELEMUKU.COM - Lembaga survei Indikator Politik menggelar survei approval rating atau tingkat kepuasan terhadap Presiden Joko Widodo atau Jokowi selepas menaikkan harga BBM bersubsidi pada 3 September lalu. Indikator menilai Jokowi pintar mengambil kebijakan yang tidak populer namun tingkat kepuasannya anjlok sampai 10 persen.
"Presiden cerdik melakukan kebijakan yang tak populer saat approval rating sedang tinggi," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi dalam paparan hasil survei secara virtual, Minggu, 18 September 2022.
Dari survei tingkat kepuasan terhadap Jokowi anjlok dari 72,3 persen pada 22 Agustus 2022 menjadi 63,6 persen pada 22 September. "Efek terhadap approval rating presiden cukup lumayan, kurang lebih 10 persen dibanding Agustus sebelum kenaikan harga BBM, ini poin menarik," kata dia.
Burhanuddin menilai Jokowi cerdik karena kebijakan diambil saat tingkat kepuasannya sedang tinggi-tingginya sejak beberapa bulan terakhir. Pada akhir Mei, tingkat kepuasan pada Jokowi baru berada di level 61,8 persen meningkat ke posisi 72,3 atau kembali ke posisi sebelum pandemi Covid-19.
Jika tingkat kepuasan di bawah 50 persen jadi alarm
Sehingga ketika Jokowi memutuskan harga BBM naik, yang tidak menyenangkan publik, tingkat kepuasan masyarakat terhadap Jokowi tidak sampai anjlok di bawah batas psikologis 50 persen. "Kalau sampai di bawah 50 persen, itu alarm," ujar Burhanuddin.
Sehingga, kondisi akan berbeda ketika Jokowi menaikkan harga BBM lebih cepat yaitu pada awal Mei 2022. Sebab saat itu, tingkat kepuasan terhadap Jokowi sedang anjlok ke posisi 58,1 persen. Kalau harga BBM dinaikkan saat itu, kata Burhanuddin, maka tingkat kepuasan bisa anjlok sampai ke bawah 50 persen.
Sebaliknya, kenaikan harga BBM yang masih jauh sebelum Pemilu Serentak 2024 juga dinilai tidak berdampak besar secara politik. Beda cerita kalau harga BBM naik tahun 2023, setahun menjelang pemilu. "Mungkin partai politik enggak mau diasosiasikan jadi bagian dari pemerintah, kalau (harga BBM naik) dekat Pemilu," kata dia.
Kini harga BBM subsidi sudah naik, baik Pertalite maupun solar. "Apakah Jokowi mampu kembali menaikkan approval ratingnya, apalagi setelah mendapat keleluasan mengalihkan subsidi BBM, itu yang kita tunggu. Tapi kalau tren penurunan (tingkat kepuasan) berlanjut, ini jadi masalah," kata Burhanuddin.
Survei Indikator melibatkan 1.215 responden dengan margin of error 2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. Wawancara responden dilakukan melalui telepon dengan asumsi simple random sampling. (Fajar Pebrianto | Tempo)