Model Fesyen Thaw Nandar Aung Terima Suaka dari Kanada
pada tanggal
30 September 2022
OTTAWA, LELEMUKU.COM - Seorang model fesyen dari Myanmar yang takut ditangkap oleh pemerintah militer negara itu jika ia dipaksa pulang dari pengasingan telah tiba di Kanada, yang katanya telah memberinya suaka.
Thaw Nandar Aung, yang juga dikenal sebagai Han Lay, berangkat dengan penerbangan dari Bandara Suvarnabhumi, Bangkok, Rabu pagi, menurut Archayon Kraithong, wakil komisaris Biro Imigrasi Thailand.
Dalam sebuah pesan yang terlihat Kamis pagi (29/9) di halaman Facebooknya, Thaw Nandar Aung mengatakan ia telah tiba di Kanada dan berterima kasih kepada para penggemarnya atas dukungan mereka.
Thaw Nandar Aung mengatakan kepada Radio Free Asia, media berita yang didanai pemerintah AS, pada hari Selasa bahwa ia menuju ke Kanada, setelah diberi suaka politik di sana dengan bantuan Badan Urusan Pengungsi PBB dan Kedutaan Besar Kanada di Thailand.
“Semuanya terjadi begitu cepat, dan saya hanya punya beberapa potong pakaian. Jadi saya harus mengikuti apa yang mereka rencanakan untuk saya,'' katanya.
“Saya membicarakan mengenai Myanmar ke mana pun saya pergi Saya telah berbicara kepada media tentang negara saya selama saya tinggal di Thailand. Karena Kanada adalah tempat yang aman bagi saya, saya akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk berbicara tentang masalah ini. Dan seperti yang Anda tahu, ada komunitas Myanmar yang besar di Kanada, jadi saya yakin saya bisa melanjutkan perjuangan untuk Myanmar dengan bantuan mereka,'' imbuhnya.
Panggilan telepon Associated Press ke Kedutaan Besar Kanada untuk meminta komentar tidak segera dibalas.
Thaw Nandar Aung terjebak di bandara Bangkok setelah pihak berwenang Thailand menolaknya masuk ketika ia tiba pada 21 September dari perjalanan singkat ke Vietnam. Ia telah tinggal di Thailand tetapi harus keluar masuk negara itu untuk memperpanjang masa tinggalnya.
Saat berada di bandara, ia bertemu dengan perwakilan badan urusan pengungsi PBB dalam upaya menghindari pemulangan ke Myanmar. Orang-orang yang ditolak masuk ke Thailand biasanya dideportasi ke titik keberangkatan terakhir mereka, tetapi badan PBB tersebut mengingatkan bahwa ia kemungkinan akan ditangkap di Vietnam dan kemudian dipulangkan ke Myanmar. Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand mengatakan Thaw Nandar Aung ditolak masuk ke Thailand “karena masalah dengan dokumen perjalanannya.''
Thaw Nandar Aung mengecam penguasa militer negaranya tahun lalu di panggung kontes kecantikan Miss Grand International yang diadakan di Bangkok. Ia menuduh militer mementingkan diri sendiri dan menyalahgunakan kekuasaan mereka karena menggunakan kekuatan mematikan sewaktu berusaha meredam protes damai, dan meminta bantuan internasional untuk negaranya.
Militer Myanmar merebut kekuasaan pada Februari 2021 dari pemerintah terpilih yang dimotori Aung San Suu Kyi dan telah menindak keras oposisi yang meluas terhadap kekuasaannya. Para kritikus, termasuk aktor dan pesohor lainnya, telah ditangkap dengan tuduhan yang memungkinkan mereka dikenai hukuman tiga tahun penjara hingga hukuman mati.
Pada bulan Juli, pihak berwenang mengeksekusi empat aktivis yang dituduh terlibat dengan kegiatan teroris, dan para ahli PBB menggambarkan kekerasan di negara itu sebagai perang saudara.
Human Rights Watch yang berbasis di New York menuduh pemerintah militer Myanmar mencabut paspor Thaw Nandar Aung, dan menjadikannya “korban tindakan politik yang disengaja oleh junta untuk membuatnya tidak memiliki kewarganegaraan ketika ia terbang kembali dari Vietnam ke Thailand”. Taktik serupa sering juga digunakan militer untuk melawan kritikus-kritikus lainnya.
“Tidak ada keraguan bahwa apa yang terjadi adalah jebakan untuk mencoba memaksa Han Lay kembali ke Myanmar, di mana ia akan menghadapi penangkapan segera, kemungkinan pelecehan dalam penahanan, dan pemenjaraan,'' kata Phil Robertson, wakil direktur Asia kelompok itu dalam pernyataan yang dikirim melalui email.
“Untungnya, ia mendapat saran bagus untuk tetap tinggal di bandara, dan menunggu perlindungan yang dibutuhkan. Ini adalah kemenangan untuk hak, dan perlindungan pengungsi,” tegasnya. (VOA)