Bank Sentral AS Naikan Suku Bunga Acuan sebesar 0,75 Persen
pada tanggal
03 November 2022
WASHINGTON, LELEMUKU.COM - Bank Sentral Amerika atau Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuannya pada hari Rabu (2/11) sebesar tiga perempat persen untuk keempat kalinya secara berturut-turut, tetapi juga mengisyaratkan bahwa Fed dapat segera mengurangi tingkat kenaikan suku bunganya.
Langkah Fed itu menaikkan suku bunga jangka pendek utamanya ke kisaran 3,75% hingga 4%, level tertinggi dalam 15 tahun. Kenaikan suku bunga itu adalah yang keenam yang dilakukan bank sentral tahun ini – sebuah rentetan yang telah membuat KPR dan pinjaman konsumen dan bisnis lainnya semakin mahal dan meningkatkan risiko resesi.
Bertahannya harga yang melambung dan biaya pinjaman yang lebih tinggi telah melemahkan kemampuan Partai Demokrat untuk mengkampanyekan kesehatan pasar kerja yang kuat selagi partai itu berusaha mempertahankan kendali di Kongres. Para kandidat Partai Republik telah menggunakan dampak serius dari inflasi yang tinggi ini untuk menyerang kandidat Partai Demokrat menjelang pemilihan paruh waktu yang akan berlangsung Selasa depan
Pernyataan Fed Rabu itu dirilis setelah pertemuan guna membahas kebijakan terbaru. Banyak ekonom memperkirakan Ketua Federal Reserve Jerome Powell memberikan sinyal pada konferensi pers bahwa perkiraan kenaikan suku bunga Fed berikutnya pada bulan Desember mungkin hanya setengah persen, lebih kecil dari tiga perempat persen seperti yang diputuskan selama ini.
Biasanya, Fed menaikkan suku bunga secara bertahap seperempat persen. Tetapi setelah salah menduga ketika berusaha meredam inflasi tahun lalu yang oleh Fed dinilai bersifat sementara saja, Powell menaikkan suku bunga secara lebih agresif untuk mencoba memperlambat laju pinjaman dan belanja serta mengurangi tekanan pada harga-harga barang.
Dilema Warga AS: Sewa Hunian Semakin Mahal, Suku Bunga KPR Juga Naik
Namun, bursa tenaga kerja tetap kuat secara konsisten, sehingga dapat mempersulit Fed untuk mendinginkan ekonomi dan mengekang inflasi. Pada hari Selasa, pemerintah melaporkan bahwa perusahaan mencatat lebih banyak lowongan pekerjaan pada bulan September daripada pada bulan Agustus. Kini ada 1,9 pekerjaan yang tersedia untuk setiap pekerja yang menganggur, jumlah yang luar biasa besar.
Rasio yang sedemikian tingginya bisa berakibat pengusaha akan terus menaikkan gaji untuk menarik dan mempertahankan pekerja. Biaya tenaga kerja yang lebih tinggi tersebut sering kali dibebankan kepada konsumen dalam bentuk harga yang lebih tinggi, sehingga memicu inflasi yang lebih tinggi lagi. (VOA)