Polisi Brasil Tembak Gas Air Mata pada Pengunjuk Rasa atas Protes Kekalahan Jair Bolsonari dalam Pilpres
pada tanggal
02 November 2022
BRASILIA, LELEMUKU.COM - Kepolisian Brazil pada hari Selasa (1/11) menembakkan gas air mata ke arah para pengunjuk rasa yang memblokir jalan-jalan raya utama pada hari kedua setelah kekalahan capres petahana Jair Bolsonaro dalam pemilihan presiden Brazil, yang hingga kini belum mengakui kekalahan.
Tiga puluh enam jam setelah hasil resmi menunjukkan ia kalah dalam pemilihan presiden hari Minggu, dengan selisih hanya 1,8 persen, Bolsonaro belum juga buka suara, meningkatkan kekhawatiran dirinya akan mencoba menantang hasil tersebut setelah berbulan-bulan menyerang sistem pemilu negaranya yang ia klaim sarat kecurangan.
Di Novo Hamburgo, di dekat kota Porto Alegre di selatan Brazil, polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan unjuk rasa, menurut salah satu fotografer AFP.
Direktur Eksekutif Kepolisian Jalan Raya Federal (PRF) Marco Antonio Territo de Barros mengatakan dalam sebuah konferensi pers di ibu kota Brasilia bahwa tengah terjadi pemblokiran 267 jalan di seantero Brazil, sementara 306 pemblokiran lainnya sudah berhasil dibubarkan sejak Minggu (30/10).
“Ini adalah sebuah operasi yang kompleks, yang melibatkan jalan raya dengan panjang lebih dari 75.000 kilometer,” katanya.
Para pengunjuk rasa yang mengenakan pakaian berwarna kuning dan hijau, yang diambil dari warna bendera Brazil dan diadopsi oleh Bolsonaro dalam kampanyenya, mengungkapkan ketidaksenangan mereka akan hasil pemilu.
“Kami tidak akan menerima kehilangan atas apa yang telah kami peroleh, kami menginginkan apa yang tertulis pada bendera kami, ‘ketertiban dan kemajuan.’ Kami tidak akan menerima situasi ini begitu saja,” kata Antoniel Almeida, 45 tahun, kepada AFP pada sebuah unjuk rasa di Barra Mansa, Rio de Janeiro.
Di Sao Paulo, Jeremias Costa, salah satu pengunjuk rasa, mengatakan dirinya “menunggu dengan cemas” agar Bolsonaro muncul “demi Brazil, demi demokrasi.”
Senin (31/10) malam, Hakim Mahkamah Agung Brazil Alexander de Moraes memerintahkan polisi untuk segera membubarkan pemblokiran-pemblokiran itu. Ia mengambil keputusan itu untuk menanggapi permintaan sebuah federasi transportasi yang mengeluh bahwa mereka tidak bisa melanjutkan bisnis mereka akibat aksi tersebut. (VOA)