Hossein Amirabdollahian Berbicara dengan Faisal bin Farhan Al Saud di Konferensi Yordania
pada tanggal
22 Desember 2022
AMMAN, LELEMUKU.COM - Menteri Luar Negeri Iran, Rabu (21/12) mengatakan ia berbicara dengan menteri luar negeri Arab Saudi di sela-sela konferensi di Yordania sehari sebelumnya. Ini adalah pertemuan tingkat tertinggi antara para pejabat dari dua negara sejak mereka memutuskan hubungan pada tahun 2016.
Dua negara Muslim Sunnyi dan Syiah berpengaruh terkemuka di Timur Tengah, Arab Saudi dan Iran telah saling berseberangan posisi dalam konflik di berbagai konflik di kawasan itu, termasuk di Suriah dan Yaman. Irak telah mengadakan lima pertemuan antara para pejabat Saudi dan Iran sejak tahun lalu dalam upaya meredakan ketegangan, yang terakhir berlangsung pada April lalu.
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian, mencuit dalam bahasa Arab, pada hari Rabu (21/12) menyebut sejawatnya dari Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud, sebagai salah seorang dari beberapa menteri luar negeri yang sempat mengadakan “pembicaraan bersahabat” di sela-sela konferensi Yordania.
“Sejawat Saudi saya meyakinkan saya tentang kesediaan negaranya untuk melanjutkan dialog dengan Iran,” kata Amirabdollahian.
Kementerian luar negeri Saudi tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Ketegangan antara Iran dan Arab Saudi semakin tinggi sejak meletusnya protes di Iran, dengan Garda Revolusi meminta Arab Saudi agar mengendalikan medianya dan menteri intelijen Iran memperingatkan Riyadh bahwa tidak ada jaminan Teheran melanjutkan “kesabaran strategisnya.”
Iran telah menuduh musuh-musuh asingnya mengobarkan protes, di mana warga Iran dari semua lapisan masyarakat ambil bagian.
Seorang jenderal senior di Garda Revolusi Iran, Esmail Ghaani, Selasa (20/12) menyebut Arab Saudi, sekutu lama AS, sebagai “sampah dan tidak berharga sebagai musuh.”
Program nuklir Iran yang disengketakan juga menambah ketegangan. Pembicaraan antara Teheran dan negara-negara berpengaruh untuk menghidupkan kembali pembicaraan mengenai perjanjian nuklir 2015 dengan Iran yang macet sejak September.
Pangeran Faisal sebelumnya mengatakan bulan ini bahwa tanda-tanda itu “sayangnya tidak positif,” dan bahwa negara-negara Teluk Arab akan bertindak untuk meningkatkan keamanan mereka jika Teheran memiliki senjata nuklir, hal yang dibantah Teheran.
Pertemuan di Yordania, yang diselenggarakan oleh Prancis dan Irak serta bertujuan untuk mendukung stabilitas di Irak dan kawasan yang lebih luas, berakhir pada Selasa tanpa pernyataan mengenai pertemuan bilateral antara Arab Saudi dan Iran.
Amirabdollahian, dalam cuitannya, mengatakan ia juga berbicara dengan para menteri luar negeri dari Oman, Qatar, Irak dan Kuwait. (VOA)