Pendukung Timnas Maroko Rayakan Kemenangan atas Kekalahan Spanyol di Piala Dunia 2022
pada tanggal
08 Desember 2022
JAKARTA, LELEMUKU.COM - Para pendukung timnas Maroko merayakan kemenangan bersejarah atas Spanyol di Piala Dunia 2022. Kemenangan adu penalti tersebut membuat tim berjuluk Singa Atlas tersebut melaju menantang timnas Portugal di babak perempat final.
Orang-orang dari negara Timur Tengah dan Afrika Utara bergembira melihat kemenangan Maroko. Dari Kota Baghdad hingga Kota Casablanca, para penggemar bersorak saat Maroko menjadi negara Arab pertama yang mencapai perempat final Piala Dunia. Mereka menang adu penalti 3-0 setelah bermain imbang 0-0 hingga perpanjangan waktu.
Di Kota Rabat, para penggemar telah memadati kafe selama berjam-jam sebelumnya untuk menonton pertandingan. Kerumunan orang memacetkan jalan pusat kota menuju alun-alun tempat para penggemar berpesta setelah kemenangan Maroko. "Ini pertama kalinya aku punya perasaan ini. Kami sangat bangga," kata Fahd Belbachir dikutip dari Reuters.
Para pemimpin dari seluruh dunia Arab menghujani pihak Maroko dengan pujian. "Selamat kepada Singa Atlas, Anda membuat kami senang. Wow Maroko, Anda melakukannya,", tulis Ratu Rania Al Abdullah dari Yordania, lewat akun Twitter.
Kegembiraan juga terlihat di Kairo, Beirut, Tunis, Amman, Ramallah saat orang-orang Arab bergembira atas kemenangan mengejutkan atas Spanyol. Aksi Achraf Hakimi dan kawan-kawan berhasil menggemakan kebanggaan yang kontras dengan perselisihan politik yang telah lama memecah belah negara-negara Arab.
Di luar Education City Stadium di Doha, penggemar Maroko tampak jauh melebihi jumlah pendukung Spanyol. Lebih dari 44 ribu orang bersuka-cita hadir, para wanita bersorak dan para pria menabuh genderang dalam pesta dansa.
Ratusan suporter Maroko telah terbang ke Qatar untuk menyaksikan pertandingan tersebut. "Saya tumbuh dengan menonton tim besar Spanyol seperti Barcelona dan Madrid. Jadi mengalahkan negara besar seperti Spanyol adalah kemenangan besar bagi Maroko," kata warga Maroko, Taha Lahrougui, 23 tahun.
Kemenangan atas Spanyol mungkin terasa sangat manis. Fans memadati lingkungan El Raval Barcelona, mengibarkan bendera Maroko, bersorak dan menyalakan suar. Sorakan makin kencang ketika Achraf Hakimi, yang lahir di Kota Madrid, menjadi penentu kemenangan Maroko.
Ahmed Inoubli, warga keturunan Tunisia dan Aljazair yang tinggal di Doha, menjadi pendukung Maroko. Menurut dia, tidak ada yang mustahil di Piala Dunia. "Kami memiliki tim Arab. Lihatlah para penggemar. Apakah menurut Anda mereka semua orang Maroko? Tidak. Kami orang Arab," kata dia sambil menunjuk ke arah kerumunan yang sangat gembira.
Kemenangan Negara Arab dan Afrikad Al Thani, menyaksikan pertandingan di stadion, mengacungkan jempol dan memegang bendera Maroko. Ia memberi ucapan selamat kepada para pemain.
Selain itu, para pemimpin negara Arab juga buka suara. Ulama Syiah Irak Moqtada al-Sadr, penguasa Dubai Sheikh Mohammed bin Rashid al-Maktoum, Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati dan Perdana Menteri Libya Abdulhamid al-Dbeibah termasuk di antara mereka yang mengucapkan selamat kepada Maroko.
“Ini adalah kemenangan bagi semua orang Arab, bukan hanya Maroko dan kegembiraannya bahkan lebih besar karena dicapai di tanah Arab,” kata Hazem al Fayez, seorang warga Yordania yang membunyikan klakson mobilnya di Amman untuk merayakannya.
“Saya pikir ini adalah kemenangan besar dan sangat dibutuhkan bagi pemuda dunia Arab dan khususnya pemuda Maroko,” kata Ralph Beydoun, 31 tahun, di Beirut.
Di kafe di Kota Tunis, para penggemar bertepuk tangan dan bernyanyi saat pertandingan selesai. "Ini adalah kemenangan bersejarah dan Maroko menghormati semua orang Arab dan Afrika," kata Nourredine Sassi.
Mohamed Aly, seorang Mesir berusia 35 tahun, merasa bergetar saat menonton pertandingan Maroko vs Spanyol di Kairo. "Bermain di Qatar sangat membantu mereka, semua fans Arab mendukung mereka di sana," kata dia.
Timnas Maroko juga merupakan tim Afrika terakhir yang tersisa di turnamen Piala Dunia. Mereka menjadi tim keempat yang mencapai perempat final setelah Kamerun pada 1990, Senegal pada 2002, dan Ghana pada 2010. (Tempo)