Rusia Tak Akan Tunduk pada Patokan Harga Minyak dari Uni Eropa dan G7
pada tanggal
06 Desember 2022
JAKARTA, LELEMUKU.COM - Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak pada Minggu, 4 Desember 2022, memastikan Rusia tidak sudi menjual minyaknya pada harga yang dipatok oleh Uni Eropa dan negara-negara anggota G7 sebesar USD 60 per barrel (Rp 925 ribu). Moskow saat ini sedang menggodog mekanisme untuk melawan patokan harga tersebut atau price cap.
Sebelumnya pada Sabtu, 3 Desember 2022, Dewan Uni Eropa mengumumkan organisasi terbesar di Benua Biru tersebut setuju untuk membuat patokan pada harga minyak Rusia, yang tidak boleh lebih dari USD 60 per barrel atau setidaknya 5 persen lebih murah dari rata-rata harga pasar.
Seluruh negara anggota G7 dan Australia sebelumnya sudah membuat pengumuman serupa pada Jumat, 2 Desember 2022, di mana mereka kompak menyatakan tidak mau membeli minyak Rusia lebih dari USD 60 per barrel. Saat ini, harga minyak Rusia diperdagangkan dengan harga USD 64 per barrel (Rp 987 ribu)
Rusia telah berulang kali berkeras tidak akan mensuplai minyak ke negara-negara yang mengikuti aturan penetapan batasan harga pada minyak Rusia.
“Kami hanya akan menjual minyak dan produk minyak-minyak kami ke negara-negara yang mau bekerja sama dengan kami berdasarkan kondisi pasar, meskipun kami harus menurunkan kapasitas produksi,” kata Novak, Minggu, 4 Desember 2022.
Uni Eropa juga sudah memangkas jumlah pengiriman minyak Rusia via laut. Pemberlakuan batasan harga minyak Rusia juga akan melarang perusahaan-perusahaan di Eropa membeli minyak di atas harga
USD 60 per barrel dan pengiriman dengan asuransi dibatasi.
Pengiriman minyak Rusia untuk negara-negara ketiga juga tidak boleh dilindungi dengan asuransi, tidak boleh menggunakan pendanaan dan layanan dari perusahaan-perusahaan asal Uni Eropa. Kesepakatan G7 ini punya aturan yang sama.
Novak memprediksi kalau pembatasan harga minyak Rusia hanya akan membuat pasar global menjadi tidak stabil dan hal ini juga bertolak belakang dengan aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Rusia sedang mematangkan mekanisme agar bisa menghindari aturan pembatasan harga tersebut.
Pemangkasan kapasitas produksi minyak akan membuat revenue Rusia berkurang. Dampak jangka pendeknya persediaan minyak akan terbatas.(Tempo)