Singapura dan New York Jadi Kota Termahal di Dunia
pada tanggal
04 Desember 2022
JAKARTA, LELEMUKU.COM - New York dan Singapura mendapat peringkat sebagai kota termahal di dunia, menurut survei tahunan Worldwide Cost of Living Economist Intelligence Unit (EIU). New York menduduki peringkat teratas untuk pertama kalinya, sementara Singapura kembali berada di posisi teratas untuk kedelapan kalinya dalam 10 tahun terakhir.
Tel Aviv Israel, yang ditetapkan sebagai kota termahal di dunia pada tahun 2021, menempati peringkat ketiga tahun ini sebagai kota termahal di dunia. Selain New York, Los Angeles dan San Francisco juga naik ke daftar sepuluh kota termahal di dunia. Sebanyak 22 kota di AS naik peringkat di tengah mahalnya harga-harga. Enam di antaranya adalah Atlanta, Charlotte, Indianapolis, San Diego, Portland, dan Boston, yang termasuk di antara 10 kota yang naik peringkat paling cepat.
Kenaikan harga juga terjadi di kota-kota Rusia di Moskow dan St. Petersburg. Masing-masing melonjak menjadi peringkat ke-88 dan 70 kota termahal di dunia karena harga melonjak di tengah sanksi Barat.
Sebagian besar kota Eropa lainnya turun peringkat, karena krisis energi dan melemahnya ekonomi menekan nilai euro dan mata uang lokal lainnya. Harga gas dan listrik naik rata-rata sebesar 29 persen dalam mata uang lokal di kota-kota Eropa Barat karena mencoba melepaskan diri dari energi Rusia.
Kota termurah di dunia adalah ibu kota Suriah, Damaskus dan ibu kota Libya Tripoli.
Survei dilakukan berdasarkan kenaikan harga rata-rata 8,1 persen tahun-ke-tahun. Kenaikan harga tahun ini adalah yang tertinggi dalam 20 tahun terakhir. Penyebab kenaikan harga yaitu perang di Ukraina dan masalah rantai pasokan yang berkelanjutan telah berkontribusi pada kenaikan harga, mempengaruhi produksi dan perdagangan di seluruh dunia.
Survei kota termahal di dunia tahun ini dilakukan antara 16 Agustus hingga 16 September 2022 di 172 kota besar di seluruh dunia. "Perang di Ukraina, sanksi Barat terhadap Rusia dan kebijakan zero-covid China telah menyebabkan masalah rantai pasokan yang, dikombinasikan dengan kenaikan suku bunga dan pergeseran nilai tukar, telah mengakibatkan krisis biaya hidup di seluruh dunia," kata Upasana Dutt, kepala Biaya Hidup Sedunia di EIU. (Tempo)