Taliban Cabut Siaran Radio Free Europe di Afghanistan
pada tanggal
02 Desember 2022
KABUL, LELEMUKU.COM - Taliban pada Kamis (1/12) mencabut siaran Radio Free Europe/Radio Liberty layanan Afghanistan yang didanai pemerintah AS. Radio itu telah bertekad tidak akan mematuhi kelompok penguasa negara itu.
Radio Azadi, yang berarti “liberty” atau “kebebasan,” dan bersiaran dalam bahasa Dari dan Pashto, menggunakan sebagian siarannya untuk memberikan program pendidikan bagi anak-anak perempuan yang tak lagi boleh bersekolah sejak Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan tahun lalu.
Abdul Haq Hammad, pejabat Kementerian Informasi Taliban, menulis di Twitter bahwa Azadi dicabut dari gelombang udara karena “tidak patuh pada prinsip-prinsip jurnalis dan liputan sepihak.”
Radio Free Europe/Radio Liberty, yang didanai Kongres AS namun independen secara editorial, mengonfirmasi bahwa Azadi dihapus dari gelombang siaran AM dan FM dan berjanji akan meningkatkan upayanya agar warga Afghanistan dapat mengakses siarannya melalui cara lain.
“Azadi adalah penyelamat puluhan juta warga Afghanistan, membuat keputusan Taliban itu lebih tragis,” kata Presiden Radio Free Europe/Radio Liberty (RFE/RL) Jamie Fly dalam sebuah pernyataan.
“RFE/RL tidak akan mengubah garis editorial kami untuk memenuhi permintaan Taliban agar tetap bisa bersiaran. Dari pengalaman kami, audiens kami berusaha keras untuk bisa mendengarkan siaran kami,” kata Fly.
RFE/RL mengatakan bahwa survei pemerintah AS mengatakan bahwa separuh Warga Afghanistan mengakses konten Azadi setiap pekannya. Sebagai informasi, baik RFE/RL dan VOA sama-sama berada di bawah naungan Badan Media Global AS (USAGM).
Azadi dibentuk setelah AS menggulingkan rezim Taliban menyusul serangan 11 September 2001. Azadi kemudian menutup kantor fisik bironya setelah Taliban kembali berkuasa akhir tahun lalu di tengah penarikan pasukan AS dari Afghanistan.
Azadi kemudian melanjutkan siarannya dari luar Afghanistan, termasuk melalui program-program bagi anak-anak perempuan berusia tujuh sampai 12 tahun, serta liputan tentang penderitaan perempuan, anak perempuan dan komunitas LGBTQ di bawah Taliban.(VOA)