Tsunami Covid di China Dikhawatirkan Memicu Mutasi Varian Baru
pada tanggal
27 Desember 2022
JAKARTA, LELEMUKU.COM - Melonjaknya jumlah kasus Covid di China membuat ilmuwan khawatir bahwa akan terjadi mutasi virus Corona. Saat ini belum diketahui varian yang beredar di China, apakah Omicron atau kombinasi dari strain yang sama sekali berbeda dari sebelumnya.
“China memiliki populasi yang sangat besar dan kekebalannya terbatas. Itu tampaknya menjadi penyebab ledakan varian baru," kata Dr Stuart Campbell Ray, pakar penyakit menular di Universitas Johns Hopkins.
Setiap infeksi baru memungkinkan virus corona untuk bermutasi. Virus ini menyebar dengan cepat di China, negara berpenduduk 1,4 miliar ini yang telah meninggalkan kebijakan nol-COVID-nya.
Meskipun tingkat vaksinasi yang dilaporkan secara keseluruhan tinggi, hanya sedikit orang tua yang telah mendapat suntikan penguat atau booster. Vaksin buatan China juga terbukti kurang efektif melawan infeksi serius dibandingkan versi mRNA buatan Barat. Banyak yang telah divaksinasi Covid-19 lebih dari setahun lalu, sehingga kekebalannya telah berkurang.
“Ketika kita melihat gelombang besar infeksi, sering kali diikuti dengan munculnya varian baru,” kata Ray.
Sekitar tiga tahun lalu, virus corona menyebar dari China ke seluruh dunia dan akhirnya digantikan oleh varian Delta, diikuti oleh Omicron dan turunannya yang terus menjangkiti dunia saat ini.
Dr Shan-Lu Liu, yang mempelajari virus di Ohio State University, mengatakan banyak varian Omicron yang ada telah terdeteksi di China, termasuk BF.7. Varian ini sangat mahir menghindari kekebalan dan diyakini mendorong lonjakan saat ini.
Para ahli mengatakan populasi yang sebagian kebal seperti China memberi tekanan khusus pada virus untuk berubah. Ray membandingkan virus itu dengan petinju yang belajar menghindari keterampilan yang dimiliki dan beradaptasi untuk menyiasatinya.
Satu hal besar yang tidak diketahui adalah apakah varian baru akan menyebabkan penyakit yang lebih parah. Para ahli mengatakan tidak ada alasan biologis yang melekat mengapa virus harus menjadi lebih ringan dari waktu ke waktu.
Di China, kebanyakan orang belum pernah terpapar virus corona. Vaksin China mengandalkan teknologi lama yang menghasilkan lebih sedikit antibodi dibandingkan vaksin mRNA.
Dr Gagandeep Kang, yang mempelajari virus di Christian Medical College di Vellore, India, mengatakan masih harus dilihat apakah virus akan mengikuti pola evolusi yang sama di China seperti yang di seluruh dunia setelah vaksinasi. “Atau akankah pola evolusi benar-benar berbeda?” katanya.
Baru-baru ini, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyatakan keprihatinan tentang laporan membludaknya pasien Covid-19 yang parah di Tiongkok. Di sekitar kota Baoding dan Langfang di luar Beijing, rumah sakit kehabisan tempat perawatan intensif dan staf karena kasus melonjak drastis.(Tempo)