Kecelakaan Pesawat di Nepal, Keluarga Mulai Menerima Jasad Korban
pada tanggal
18 Januari 2023
KATHMANDU, LELEMUKU.COM - Staf rumah sakit memulai tugas berat untuk menyerahkan jenazah kepada keluarga yang berduka pada Selasa 17 Januari 2023, setelah kecelakaan pesawat di Nepal menjadi bencana penerbangan terburuk di negara itu dalam tiga dekade.
Baca juga: Kisah Sejoli Pilot Nepal, Tewas dalam Kecelakaan Pesawat Berselang 16 Tahun
Sebanyak 10 jenazah dipindahkan dengan truk tentara dari rumah sakit Pokhara ke bandara, siap untuk diterbangkan kembali ke ibu kota, Katmandu. Tiga jenazah lainnya diserahkan kepada keluarga yang berduka di Pokhara, dan yang lainnya akan menyusul.
Raj Dhungana, paman dari salah satu penumpang, Sangita Shahi yang berusia 23 tahun, mengatakan di luar rumah sakit di Pokhara bahwa seluruh keluarganya "menderita".
Dia menggambarkan korban sebagai seorang wanita muda yang “sangat berbakat” yang merupakan seorang mahasiswa di Katmandu. Ia juga menjalankan studio rias sambil bekerja di platform bisnis online sebagai sampingan."Tuhan telah mengambil orang yang begitu baik," katanya.
Penerbangan Yeti Airlines dengan 68 penumpang dan empat awak jatuh ke ngarai yang curam, hancur berkeping-keping dan terbakar saat mendekati pusat kota Pokhara pada Minggu. Semua penumpang, termasuk enam anak serta 15 orang asing, diyakini tewas.
Sebanyak 70 jenazah telah diambil pada Selasa pagi, kata pejabat polisi AK Chhetri. Pejabat senior lainnya mengatakan pada Senin bahwa harapan untuk menemukan seseorang yang masih hidup adalah "nihil".
“Kami mengambil satu jasad tadi malam, tetapi dalam tiga potong. Kami tidak yakin apakah itu tiga tubuh atau satu tubuh. Jasad itu akan dikonfirmasi setelah tes DNA, ”katanya. "Pencarian (untuk) dua jenazah lainnya kini telah dilanjutkan," kata Chhetri.
Tim penyelamat telah bekerja hampir sepanjang waktu untuk mengeluarkan sisa-sisa jasad korban dari ngarai sedalam 300 meter. Bangkai pesawat berserakan dengan kursi pesawat bengkok dan potongan badan pesawat dan sayap. Drone digunakan dan pencarian telah diperluas hingga radius dua hingga tiga katanya.
ATR 72 sedang terbang dari Katmandu ke Pokhara, pintu gerbang bagi peziarah dan trekker, ketika jatuh sesaat sebelum pukul 11:00 waktu setempat.
“Saya sedang berjalan ketika mendengar ledakan keras, seperti bom meledak,” kata saksi Arun Tamu, 44 tahun, yang berada sekitar 500 meter dan video live streaming dari puing-puing yang terbakar di media sosial.
Penyebab jatuhnya pesawat nahas itu belum diketahui, tetapi sebuah video di media sosial menunjukkan pesawat berbaling-baling ganda itu membelok tiba-tiba dan tajam ke kiri saat mendekati bandara Pokhara. Sebuah ledakan keras mengikuti.
Para ahli mengatakan bahwa tidak jelas dari klip tersebut apakah hal ini dipicu oleh kesalahan manusia atau kerusakan mekanis.
Kotak hitam dari pesawat buatan ATR yang berbasis di Prancis itu sudah ditemukan. Para ahli dari badan investigasi kecelakaan Prancis dijadwalkan tiba di Nepal pada Selasa, kata badan itu.
Menurut kantor berita Press Trust of India, pilot Anju Khatiwada bergabung dengan sektor penerbangan Nepal setelah suaminya tewas saat menerbangkan pesawat penumpang kecil pada 2006.
Industri penerbangan Nepal berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, membawa barang dan orang di antara daerah yang sulit dijangkau, serta mengangkut pendaki gunung asing.
Sektor ini terganggu oleh keamanan yang buruk karena kurangnya pelatihan dan pemeliharaan.
Uni Eropa telah melarang semua maskapai penerbangan Nepal dari wilayah udaranya karena masalah keamanan.
Nepal juga memiliki beberapa landasan pacu tersulit dan terjauh di dunia. Lapangan pacu ini diapit oleh puncak yang tertutup salju dengan pendekatan yang sulit dan cuaca yang berubah-ubah.
Kecelakaan penerbangan paling mematikannya terjadi pada 1992, ketika semua 167 orang di pesawat jet Pakistan International Airlines tewas saat jatuh saat mendekati Katmandu. (Tempo)