Vladimir Putin Sebut Ekonomi Rusia Lebih Baik dari yang Perkirakan
pada tanggal
18 Januari 2023
MOSKOW, LELEMUKU.COM - Presiden Vladimir Putin menyatakan ekonomi Rusia kemungkinan menyusut sebesar 2,5 persen pada 2022. Akan tetapi, kinerjanya lebih baik daripada yang diperkirakan sebagian besar ahli. Ia mengklaim panen yang melimpah memperkuat keuangan Rusia.
Putin mengatakan Rusia sekarang memiliki pemahaman yang lebih baik tentang tantangan ekonomi ke depan. Dia membandingkannya ketika sanksi Barat pertama kali ditingkatkan kepada Moskow, sebagai tanggapan atas kampanye militernya di Ukraina.
"Dinamika yang sebenarnya ternyata lebih baik daripada perkiraan banyak ahli," kata Putin berbicara pada pertemuan dengan pejabat tinggi termasuk menteri keuangan dan kepala bank sentral dalam sambutannya di televisi, Selasa, 17 Januari 2023.
"Beberapa ahli di negara kita, apalagi asing, memperkirakan penurunan (produk domestik bruto) 10 persen dan 15 persen atau bahkan 20 persen. Untuk tahun ini secara keseluruhan diperkirakan turun 2,5 persen," ujarnya menambahkan.
Konflik di Ukraina dan rentetan sanksi Barat berikutnya telah menjungkirbalikkan beberapa sektor ekonomi Rusia. Hukuman ekonomi atas invasi ke Ukraina itu memotong bank-bank terbesarnya dari jaringan keuangan SWIFT, membatasi akses Moskow ke teknologi dan membatasi kemampuannya untuk mengekspor minyak dan gas.
Sementara pemerintah dan bank sentral telah mengakui adanya kesulitan, Moskow mengatakan ekonominya tangguh dan sanksi telah menjadi bumerang terhadap Barat dengan menaikkan inflasi dan harga energi.
“Puji Tuhan kami mendapatkan hasil yang baik di bidang pertanian. Sangat penting untuk membiarkan sektor ini mendapat untung," kata Putin.
Bank sentral mengatakan, Rusia membukukan rekor surplus neraca berjalan tahun lalu. Itu disebabkan jatuhnya impor dikombinasikan dengan pendapatan yang kuat dari impor minyak dan gas membawa uang tunai US$ 227 miliar bersih ke negara itu.
Para ahli mengatakan ekonomi Rusia belum keluar dari kesulitan. Meningkatnya sanksi dan pembatasan ekspor teknologi Barat akan memakan korban jangka panjang. (Tempo)