-->

WHO Sebut Lonjakan COVID di China Bukan Ancaman Langsung


BEIJING, LELEMUKU.COM - Direktur kantor WHO untuk kawasan Eropa Hans Kluge mengatakan bahwa berdasarkan informasi yang diterima organisasinya dari China, tidak ada ancaman langsung dari wabah COVID-19 di China terhadap kawasannya. Namun, dia mengakui bahwa informasi yang lebih rinci dan teratur dari China diperlukan untuk memantau situasi yang berkembang.

Kluge mengatakan, “Tapi kami tidak bisa berpuas diri. Meskipun kami mengakui bahwa China telah membagikan informasi tentang pengurutan virus, kami membutuhkan informasi terperinci dan teratur, terutama tentang epidemiologi dan varian lokal, untuk memastikan dengan lebih baik mengenai situasi yang berkembang.”

China kini sedang berjuang untuk mengatasi wabah virus corona secara nasional setelah secara tiba-tiba negara itu melonggarkan berbagai pembatasan. Beberapa negara telah memberlakukan persyaratan pengujian COVID-19 pada para pendatang dari China.

Australia dan Kanada mewajibkan pendatang dari China untuk mengikuti tes COVID-19 sebelum menaiki pesawat mereka. Negara-negara lain termasuk AS, India, Jepang, Korea Selatan, dan beberapa negara Eropa telah mengumumkan langkah-langkah COVID-19 yang lebih ketat pada pendatang dari China di tengah adanya keprihatinan mengenai kurangnya data tentang infeksi di China dan kekhawatiran akan munculnya varian baru.

Kluge mengakui bahwa sejumlah negara telah memberlakukan beberapa tindakan pencegahan terhadap pendatang dari China.

“Wajar bagi negara-negara untuk mengambil tindakan pencegahan demi untuk melindungi populasi mereka, sementara mereka menunggu informasi lebih rinci yang dibagikan melalui database yang dapat diakses publik,” ujar Kluge.

Setiap tindakan harus “berakar pada sains, proporsional dan tidak diskriminatif”, tambahnya.

Awal bulan ini, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa badan itu “khawatir tentang risiko terhadap kehidupan di China” di tengah ledakan penyebaran virus corona di seluruh negeri dan kurangnya data mengenai wabah itu dari pemerintah China.

Dia mengatakan WHO baru-baru ini bertemu dengan pejabat China untuk menggarisbawahi pentingnya berbagi lebih banyak rincian tentang masalah COVID-19, termasuk tingkat rawat inap dan urutan genetik, bahkan ketika pandemi terus surut secara global sejak dimulai pada akhir 2019.

Sementara itu, China hari Selasa (10/1) menangguhkan pemberian visa bagi warga Korea Selatan untuk datang ke negara itu untuk pariwisata atau bisnis. Langkah itu merupakan pembalasan yang jelas atas persyaratan pengujian COVID-19 pada pelancong dari China ke Korea Selatan.

Dalam jumpa pers harian pada hari Selasa (10/1), juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin menyerukan agar “negara-negara terkait tidak mempolitisasi COVID.”

“Sayangnya, segelintir negara, dengan mengabaikan sains dan fakta serta kenyataan di dalam negeri, bersikeras mengambil tindakan pembatasan masuk yang diskriminatif yang menarget China. China dengan tegas menolak ini dan mengambil tindakan timbal balik,” kata Wang.

Belasan negara telah mengikuti AS dalam mewajibkan tes negatif untuk pendatang dari China, yang telah mencabut sebagian besar pembatasan terkait kebijakan “nol-COVID” untuk pertama kalinya dalam tiga tahun tetapi juga telah mengalami wabah besar sejak bulan lalu.

Bulan lalu, China tiba-tiba membatalkan berbagai pembatasan yang ketat untuk menahan pandemi. Langkah itu diambil sebagai tanggapan atas apa yang dikatakannya sebagai perubahan sifat wabah. (VOA)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel



Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Lelemuku.com selain "" di Grup Telegram Lelemuku.com. Klik link https://t.me/lelemukucom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Lelemuku.com - Cerdaskan Anak Negeri


Iklan Bawah Artikel