Pengungsi Afghanistan Protes Penundaan Program Relokasi ke AS
pada tanggal
27 Februari 2023
KABUL, LELEMUKU.COM - Ratusan pengungsi Afghanistan, yang telah menunggu sangat lama untuk mendapatkan persetujuan atas visa mereka untuk masuk ke Amerika Serikat melalui program relokasi warga Afghanistan, menggelar protes di ibu kota Pakistan pada Minggu (26/2). Para warga tersebut, yang merupakan bagian dari kelompok yang berisiko setelah Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan, memprotes program relokasi yang kini tampak mandek.
Prioritas 1 dan Prioritas 2 pemerintah AS, yang dikenal sebagai program pengungsi P1 dan P2 dimaksudkan mempercepat visa bagi warga Afghanistan yang berisiko termasuk jurnalis dan aktivis HAM setelah Taliban mengambil alih tanah air mereka. Mereka yang memenuhi syarat harus sudah bekerja untuk pemerintah Amerika Serikat, organisasi media yang berbasis di AS, atau organisasi nonpemerintah di Afghanistan, dan harus dirujuk pemberi kerja yang berbasis di Amerika Serikat.
Pelamar telah menunggu proses aplikasi visa mereka di Pakistan selama lebih dari satu setengah tahun. Keterlambatan dalam menyetujui visa dan pemukiman kembali telah membuat para warga Afghanistan itu berada dalam posisi yang sangat rentan karena mereka menghadapi kesulitan ekonomi dan kurangnya akses ke kesehatan, pendidikan dan layanan lainnya di Pakistan.
Mohammad Baqir Ahmadi, yang mengaku membantu mengatur protes di luar Klub Pers Nasional Pakistan di Islamabad, mengatakan banyak warga Afghanistan yang menghadapi masalah dalam perpanjangan visa di Pakistan di saat menunggu proses aplikasi visa untuk masuk ke Amerika Serikat.
Berdasar peraturan AS, pemohon harus pindah dulu ke negara ketiga sementara pengajuan visa mereka diproses. Masa tunggu tersebut dapat berjalan selama 14 hingga 18 bulan. Proses dilakukan melalui pusat dukungan pemukiman kembali.
Taliban merebut kembali kekuasaan di Afghanistan pada Agustus 2021 ketika pasukan Amerika Serikat dan NATO keluar dari negara itu. Banyak warga Afghanistan berusaha pergi begitu Taliban mengambilalih kekuasaan. (VOA)