-->

Tim Pakar Sebut Bank Sentral AS Terus Naikkan Suku Bunga Bisa Picu Resesi


WASHINGTON, LELEMUKU.COM - Bisakah bank sentral AS (Federal Reserve atau the Fed) terus menaikkan suku bunga dalam upaya melawan inflasi terburuk di AS dalam 40 tahun terakhir tanpa menyebabkan resesi?

Jawabnya: Tidak, menurut sebuah makalah penelitian baru yang menyimpulkan bahwa "disinflasi tak bernoda" seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya. Makalah tersebut diproduksi oleh sekelompok ekonom terkemuka, dan tiga pejabat The Fed menyampaikan kesimpulannya dalam sambutan mereka pada hari Jumat (24/2) di sebuah konferensi tentang kebijakan moneter di New York.

Ketika inflasi melonjak, seperti yang terjadi selama dua tahun terakhir, The Fed biasanya merespons dengan menaikkan suku bunga, seringkali secara agresif, untuk mencoba mendinginkan perekonomian dan memperlambat kenaikan harga. Tingkat suku bunga yang lebih tinggi itu, pada gilirannya, membuat hipotek, pinjaman mobil, pinjaman kartu kredit, dan pinjaman bisnis menjadi lebih mahal.

Namun terkadang tekanan inflasi masih terus-menerus terjadi dan membutuhkan tingkat suku bunga yang lebih tinggi untuk dijinakkan. Hasilnya — pinjaman yang makin mahal — dapat memaksa perusahaan untuk membatalkan usaha baru dan memangkas pekerjaan serta konsumen untuk mengurangi pengeluaran. Itu semua ujung-ujungnya akan memicu resesi.

Makalah penelitian itu menyimpulkan, hal itulah yang terjadi pada periode inflasi tinggi sebelumnya. Para peneliti meninjau 16 episode sejak 1950 ketika bank sentral seperti The Fed menaikkan biaya pinjaman untuk melawan inflasi, di Amerika Serikat, Kanada, Jerman, dan Inggris. Dalam setiap kasus, terjadi resesi.

"Tidak ada preseden pasca-1950 untuk ... disinflasi yang cukup besar yang tidak memerlukan pengorbanan atau resesi ekonomi yang substansial," makalah itu menyimpulkan.

Selama setahun terakhir, The Fed telah menaikkan suku bunga jangka pendek utamanya sebanyak delapan kali.

Persepsi bahwa bank sentral perlu terus menaikkan biaya pinjaman diperkuat oleh laporan pemerintah pada Jumat (24/2) bahwa indikator inflasi the Fed mengalami percepatan pada bulan Januari, setelah beberapa bulan mengalami penurunan. Harga kembali melonjak 0,6% dari Desember hingga Januari, kenaikan bulanan terbesar sejak Juni tahun lalu.

Bukti terbaru adanya percepatan harga membuat The Fed perlu berbuat lebih banyak untuk mengalahkan inflasi yang tetap tinggi.

Dengan menggunakan data historis, para peneliti memproyeksikan bahwa jika the Fed menaikkan suku bunga acuannya menjadi antara 5,2% dan 5,5% — tiga perempat poin lebih tinggi dari level saat ini, yang menurut banyak ekonom akan dilakukan oleh Fed — tingkat pengangguran akan meningkat menjadi 5,1%, sementara inflasi akan turun hingga 2,9%, pada akhir 2025.

Inflasi pada level tersebut masih akan melebihi target the Fed, menunjukkan bahwa bank sentral harus menaikkan suku bunga lebih jauh lagi.

Pada Desember, pejabat Fed memproyeksikan bahwa tingkat yang lebih tinggi akan memperlambat pertumbuhan dan menaikkan tingkat pengangguran menjadi 4,6%, dari 3,4% sekarang. Namun, mereka memperkirakan ekonomi AS akan tetap tumbuh sedikit tahun ini dan tahun depan, serta menghindari penurunan.

Ekonom lain telah menunjukkan periode ketika The Fed berhasil mencapai apa yang disebut dengan "soft landing", termasuk pada tahun 1983 dan 1994. Namun pada periode tersebut, menurut catatan makalah tersebut, inflasi yang terjadi tidak separah inflasi pada tahun lalu. Tingkat inflasi pada 2022 lalu mencapai puncaknya pada Juni sebesar 9,1%, angka inflasi tertinggi di AS dalam empat dekade. Dalam kasus-kasus sebelumnya, the Fed lebih dahulu menaikkan suku bunga guna mencegah inflasi, daripada harus meredam inflasi setelah terjadi lonjakan harga. (VOA)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel



Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Lelemuku.com selain "" di Grup Telegram Lelemuku.com. Klik link https://t.me/lelemukucom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Lelemuku.com - Cerdaskan Anak Negeri


Iklan Bawah Artikel